Dilema Penggemar K-Pop, Dianggap Bid’ah Sampai Pemuja Setan

 Dilema Penggemar K-Pop, Dianggap Bid’ah Sampai Pemuja Setan

Penggemar K-pop

HIDAYATUNA.COM – Korean Pop (K-Pop) telah merambah dengan sangat pesat di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Siapa yang tidak tahu dengan boy band maupun girl band Korea Selatan ini?

Seolah kemunculan group band ini mampu menggeser posisi artis-artis khususnya di Indonesia yang juga populer. Tetapi karena gerakan K-Pop yang cukup masif, tidak hanya menampilkan inovasi gerak dan lagu saja. Tetapi juga visual para artisnya yang membuat anak-anak muda semakin jatuh hati.

Belum lagi ditambah dengan sistem promosi yang digencarkan oleh manajemen group band dengan strategi yang membius banyak idola dalam sekejap. Tentunya hal ini pun tak mampu untuk dibendung.

Ada banyak sekali group band asal Korea Selatan yang kebanyakan menunjukkan kelincahan dance yang dikombinasikan dengan vokal. Sebut saja BTS, EXO, NCT, Blackpink, Red Velvet, dan masih banyak lagi. Hal inilah yang kemudian mampu membuat para penggemarnya sangat tergila-gila, baik laki-laki maupun perempuan.

Saking sukanya, hingga tak jarang membuat mereka mengalami halu. Ini merupakan akibat dari berlebihnya rasa kekaguman mereka. Dari sinilah kemudian bermunculan anggapan-anggapan bernuansa negatif berasal dari orang-orang yang tidak suka dengan budaya K-Pop.

Ada yang menyebut bahwa fans K-Pop adalah orang yang rendah agamanya, bid’ah, bahkan ada juga yang menyebut sebagai pemuja setan. Hal ini tentu saja menjadi permasalahan serius. Tak pelak membuat para penggemar K-Pop mulai naik pitam menunjukkan rasa tidak terima.

Orang-orang yang beranggapan bahwa penggemar K-Pop adalah pemuja setan tidak terlepas dari banyaknya fenomena penggemar yang lebih sering mendengarkan lagu-lagu idolanya.

Mereka kerap menempelkan foto-foto idola di dinding kamar, rela mengeluarkan uang banyak demi bisa menonton konsernya, memiliki barang-barang yang berhubungan dengannya, hingga keinginan untuk bisa memiliki pasangan seperti idolanya tersebut.

Hal ini bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Dimana dari sisi negatif segala sesuatu yang berlebihan tidak akan baik. Ibarat saat sedang makan secara berlebihan, maka bisa membuat sakit perut. Begitu juga dengan budaya K-Pop yang digemari secara berlebihan, maka bukan hal yang mustahil jika suatu saat akan mendatangkan mudharat.

Namun jika dilihat dari sisi positifnya, maka budaya K-Pop ini adalah seni yang menampilkan nilai keindahan. Sebagian besar manusia suka akan keindahan dengan versi yang berbeda-beda. Begitu pun dengan Allah SWT yang juga suka akan keindahan sebagaimana dalam hadits HR Thabrani. Bahwa sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.

Tidak hanya itu saja, group band Korea Selatan ini juga menjadi media untuk mengenalkan para penggemar yang merupakan masyarakat Indonesia agar lebih mengenal negara Korea Selatan. Baik budaya, kuliner, bahasa, dan sebagainya. Sehingga hal ini berdampak pada hubungan kedua negara.

Selain itu, setiap manusia memiliki hak masing-masing untuk menyukai apa yang dianggapnya menarik. Tentu saja ini sifatnya subjektif yang tidak semua orang bisa merasakan rasa suka yang sama. Tetapi tetap harus menyikapinya secara bijak.

Sedangkan mereka yang tidak menyukai budaya K-Pop bisa lebih memahami serta berusaha menahan diri untuk tidak memberikan judge yang mampu menciderai perasaan para penggemar.

Melalui sikap yang bijak dan saling mengontrol diri masing-masing, maka sebagai penggemar K-Pop pun bisa tetap mengekspresikan rasa sukanya. Begitu juga dengan mereka yang tidak menyukai K-Pop. Maka akan lebih mudah untuk menerima bahwa setiap orang memiliki kesukaan masing-masing. (Hidayatuna/Wid)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *