Di Dunia Kaya Raya Di Akhirat Masuk Surga ala Abdurrahman bin Auf

 Di Dunia Kaya Raya Di Akhirat Masuk Surga ala Abdurrahman bin Auf

Menggugat Penggunaan Atsar Sahabat tentang Tradisi (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Abdurrahman bin Auf  lahir tahun 43 SH atau tahun 580 M. Ibunya bernama Syifa binti Auf bin Abdu bin AL-Harits bin Zuhrah, jalur nasabnya bertemu dengan Rasulullah saw dari Zuhrah.

Beliau merupakan salah satu assabiqun al-awwalun (orang yang pertama masuk Islam) dan di jamin masuk syurga melalui lisan Nabi Muhammad saw. Beliau juga merupakan sahabat Nabi Muhammad paling kaya.

Karena itulah sebagian besar muslimin bermimpi menjadi sosok seperti Abdurrahman bin Auf r.a., yang bisa kaya raya tatkala hidup di dunia, serta mulia kelak di surga.

Untuk sukses hidup di dunia dan akhirat kita bisa meneladani 3 kunci sukses ala Abdurrahman bin Auf, yakni:

1. Berani Action

Tatkala hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf hanya membawa sedikit bekal. Ketika ada sebuah peluang beliau menolak secara halus tawaran Sa’ad bin Al-Rabi, saudara barunya dari kaum anshor untuk mengelola kebun milik Sa’ad dan menikahi salah satu istri Sa’ad.

Abdurrahman bin Auf hanya meminta saudara barunya menunjukkan pasar terdekat. Kemudian Sa’ad menunjukkan pasar bani Qainuqa. Lalu Abdurrahman bin Auf pergi kesana membeli bahan untuk membuat keju dan mentega.

Keesokan harinya Abdurrahman bin Auf kembali ke pasar untuk menjual keju dan mentega yang telah dibuatnya. Dari situlah kesuksesan Abdurrahman bin Auf dimulai.

2. Mampu membaca peluang dan menciptakan pasar.

Setelah sukses berjualan mentega di pasar, Abdurrahman bin Auf melihat sebuah tanah kurang berharga di dekat pasar. Kemudian beliau meminta tolong kepada Sa’ad bin Al-Rabi untuk membeli tanah tersebut, lalu dijadikan beberapa kios.

Dalam buku karya Yanuar Arifin: Jejak Para Sahabat Nabi, kios tersebut disewakan kepada siapapun dengan tarif seikhlasnya jika mendapat keuntungan dari hasil jualan di kios yang ditempatinya.

Sistem tersebut membuat sebagian besar pedagang pasar pindah ke tempat Abdurrahman bin Auf, karena membebaskan mereka dari biaya operasional.

Dari situ lalu Abudurrahman bin Auf mendapat keuntungan bagi hasil dan dengan semangat yang tinggi, keuletan, serta kerja keras, keuntungan bagi hasil kemudian beliau lipat gandakan melalui usaha keju dan menteganya, serta beberapa usaha seperti jual beli hewan ternak dan lainnya.

Hal itulah mengantarkannya pada kesuksesan yang luar biasa kala itu.

3. Berintegritas dan hanya mencari keberkahan.

Dalam sebuah riwayat dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din, Abdurrahman bia Auf pernah ditanya, “apa yang membuat usahamu mudah?”

Dia menjawab, “ada tiga hal: pertama, aku tidak pernah menolak keuntungan meskipun sedikit. Dalam sebuah kisah Aburrahman bin Auf pernah menjual 1000 ekor Unta, dia tidak mengambil untung dari penjualan Unta tersebut melainkan dari tali yang mengikat di leher Unta.

Kedua aku tidak pernah menunda-nunda pesanan meski hanya satu hewan. Ketiga, aku tidak menjual sesuatu secara riba.”

4. Sedekah Ekstrem

Abdurrahman bin Auf percaya betul terhadap sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa harta yang disedekahkan tidak akan berkurang. Di antara sedekah Abdurrahman bin Auf adalah: sebagai berikut.

Pertama, sedekah untuk keperluan perang. Beberapa yang tercatat diantaranya sebesar 2000 dinar (sekitar 4,7 milyar rupiah), 40.000 dinar (sekitar 94,3 milyar), 200 uqiyah (sekitar 13,2 milyar), 500 ekor Kuda, dan 500 ekor Unta.

Kedua, menanggung kehidupan para sahabat. Beberapa yang tercatat diantaranya dia menanggung kesejahteraan penduduk Madinah dengan meminjaminya harta, membayarkan hutang-hutang mereka dan menjaga keharmonisan sesama.

Dia juga bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan istri-istri Rasulullah SAW. Pernah juga memberikan 50.000 dinar (sekitar 118 milyar) untuk pejuang-pejuang Islam dengan, serta  40.000 dinar (sekitar 94,35 milyar) kepada 100 veteran Perang Badar, termasuk Utsman bin Affan. Dia juga setidaknya pernah memerdekakan 30.000 budak.

Sungguh sedekah yang sangat menakjubkan. Meski demikian ketika wafat dia masih meninggalkan harta senilai 32 juta dirham atau 6,3 triliun rupiah. Ini diluar peninggalannya berupa tanah, properti, 1000 Unta, 3000 Kambing, dan 100 Kuda sebagaimana ditulis dalam buku Abdul Wadud: Jejak Bisnis Sahabat Rasul.

Begitulah beberapa kunci sukses dunia dan akhirat ala sahabat Abdurrahman bin Auf r.a. Tugas kita sebagai muslim adalah meneladaninya dengan giat berusaha. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, namun juga untuk masyarakat sekitar kita.

Dengan berusaha menjadi kaya berarti kita telah menjalankan perintah Islam untuk menjauhkan diri dari kemiskinan, karena menurut Islam kemiskinan sangatlah dekat dengan kekafiran.

Namun jangan sampai kita mengamalkan harta kita kepada hal-hal yang dilarang oleh-NYA, karena hidup di dunia semata hanya untuk mengharapkan ridho-Nya.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *