Dampak Hujan Lebat, Bangunan Bersejarah di Kota Sanaa, Yaman Dikabarkan Runtuh
HIDAYATUNA.COM – Hujan lebat yang melanda ibu kota Yaman, Kota Sanaa, kota yang mendapat julukan ‘berasal dari zaman kuno’, dalam beberapa hari terakhir menyebabkan 10 bangunan di Kota Sanaa runtuh.
Sedikitnya terdapat 80 bangunan lain yang rusak berat akibat hujan lebat dan membutuhkan perbaikan segera, kata pemberontak Houthi yang menguasai Kota Sanaa sejak pecahnya perang saudara Yaman lebih dari delapan tahun lalu, pada Rabu (10/08).
Kota Tua Sanaa adalah situs Warisan Dunia UNESCO. Daerah ini diyakini telah dihuni selama lebih dari dua milenium. Bangunan-bangunan di kota tua ini memiliki arsitektur unik dengan pondasi dan lantai pertama dibangun dari batu sementara lantai berikutnya dari batu bata dianggap sebagai beberapa gedung tinggi pertama di dunia.
Bangunan-bangunan tersebut memiliki fasad bata merah yang dihiasi dengan cetakan gipsum putih dalam pola hiasan. Model seperti itu menggambarkan perbandingan dengan rumah roti jahe, gaya yang melambangkan ibu kota Yaman.
Banyak dari rumah-rumah tersebut masih merupakan rumah pribadi dan ada pula yang berusia lebih dari 500 tahun.
Dalam sebuah pernyataan, Abdullah al-Kabsi, menteri kebudayaan dalam pemerintahan Houthi, mengatakan pemberontak bekerja dengan organisasi internasional dan mencari bantuan dalam menangani kehancuran bangunan-bangunan bernilai historis tinggi tersebut.
Banyak rumah yang telah berdiri selama berabad-abad, tetapi hujan deras musim ini telah meruntuhkan banyak bangunan dan rumah.
“Saya takut ketika mendengar hujan dan berdoa kepada Tuhan karena saya takut rumah saya akan runtuh menimpa saya,” kata Youssef al-Hadery, seorang warga Kota Sanaa sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Al-Kabsi bersikeras bahwa UNESCO memikul tanggung jawab untuk upaya penyelamatan dan restorasi, mengingat nilai sejarah yang terdapat di daerah tersebut. Pengabaian selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan sebelumnya telah memakan korban, tambahnya.
Sebuah inisiatif pada tahun 2021 memperbaiki ratusan rumah dan membangun kembali selusin bangunan di Kota Sana menjadi bentuk pemeliharaan serius pertama sejak perang dimulai.