Dakwah: Deradikalisasi dengan Moderasi Beragama
Artikel berikut merupakan kiriman dari peserta Lomba Menulis Artikel Hidayatuna.com yang lolos ke tahap penjurian, sebelum penetapan pemenang. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
HIDAYATUNA.COM – Label Islam sebagai agama yang menakutkan baik di Indonesia maupun internasional, disebabkan munculnya gerakan radikalisme yang mengarah pada aksi teror. Belum lama ini, banyak sekali terdengar kabar mengenai penangkapan terduga teroris di tanah air kita.
Kelompok teroris tersebut mempelajari islam dalam kegelapan sehingga mereka menciptakan tindakan deskruptif-anarkis yang menampilkan romantisme gerakan jihad melalui cara kekerasan. Aksi radikal tersebut yang ternyata menjadi pemicu retaknya hubungan umat beragama di Indonesia.
Padahal terkonsep dalam Alquran [Q.S. Al Hujurat (49): 13] menyatakan bahwa umat Islam adalah umat yang anti kekerasan dan menjunjung tinggi kerukunan. Keanekaragaman umat manusia yang terjadi di Indonesia mengharuskan kita memahami arti dari kerukunan itu sendiri yang juga dikehendaki oleh Allah SWT.
Lantas, mengapa aksi terorisme masih menghantui Negara kita? Sejatinya, para penganut radikalisme mengklaim adanya kebenaran tunggal sehingga ia menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan kelompok yang tidak sepaham dengannya.
Selain itu, mereka juga mengabaikan konsep gradual dalam dakwah, bertentangan dengan isi dari [Q.S. Ash-Shaf 61: 4]. Bahwa dakwah harus melibatkan semua kelompok, yakni agama, politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
Bukan hanya itu, bahkan mereka menginginkan adanya perubahan pada bentuk pemerintahan Indonesia dari Negara demokrasi menjadi Negara Islam. Yakni dengan mengubah dasar hukum yang awalnya berlandaskan Pancasila menjadi berlandaskan Alquran dan Hadis. Sebab mereka menganggap Islam bukan hanya sebuah agama melainkan ideologi politik.
***
Penyebab lahirnya radikalisme ialah adanya missunderstanding yang terjadi dan diiringi oleh keegoisan tiap individu. Termasuk dalam memahami konsep Islam yang bertentangan dengan Alquran dan Sunah.
Oleh sebab itu, kita sebagai sesama umat muslim memiliki kewajiban untuk meng-influence saudara seiman mengenai arti Islam yang sesungguhnya. Lahirnya Islam kepada hamba Allah sejak zaman dahulu hingga sekarang, tak luput dari manifestasi serta karakter dakwah yang disebarkan oleh Nabi saw. beserta para sahabatnya.
Dengan begitu, tumbuh dan merosotnya syiar Islam pada zaman sekarang dan masa depan sungguh berpatokan oleh aktivitas dakwah. Dengan tujuan menghilangkan kekeliruan dalam menafsirkan Alquran dan Hadis yang dilakukan oleh umat Islam sendiri.
Pendakwah atau Da’i disini bertugas untuk mengajak manusia ke jalan yang benar melalui penyebaran syariat Islam sebagai salah satu ajaran normative dalam Islam. Memang, posisi dakwah semakin mendapat tantangan.
Namun, justru tantangan tersebutlah yang membangkitkan semangat dakwah para da’i demi menghidupkan hati yang mati dengan menggunakan pokok materi dakwah. Lalu, dakwah seperti apa yang dapat melunturkan tinta radikalisme?
Komponen Pokok Materi Dakwah Pemutus Rantai Radikalisme
Pertama, dengan membahas mengenai aqidah Islamiyah berupa iman dan aqidah. Tercantum dalam [Q.S. Al-Anbiya’ (21): 25] bahwa seseorang yang imannya sudah terbentuk cenderung akan mendekatkan dirinya menuju kebaikan dan memuliakan keesaan Allah. Dalam uluhiyah, rububiyah, dan Asma’ wa Shifat Allah serta menjauhi dirinya dari perbuatan jahat.
Kedua, materi yang bersifat syari’ah perihal kemashlahatan sosial dan moral. Syariah mencakup kontak batin umat dengan Tuhan serta persaudaaraannya dengan manusia.
Ketiga, mentransfer pengertian akhlak dan moral guna menumbuhkan kualitas perbuatan manusia ke arah yang lebih positif. Ini sebagai bentuk ekspresi dan kondisi jiwanya (Shihab, 2008).
Strategi dakwah dengan tema deradikalisasi difokuskan pada kaum pendukung, militan, dan partisan yang diselenggarakan di dalam ataupun di luar penjara. Tujuannya untuk menghilangkan anggapan bahwa melancarkan bom bunuh diri adalah satu-satunya pilihan untuk menebus keterbatasan pandangan hidupnya.
Goals dari dakwah itu sendiri mengharapkan adanya pemahaman baru dari kaum militan, pendukung, dan partisan. Agar dapat mengeleminasi aksi kezaliman dan teror dalam menjalankan satuan tugas. Serta memoderasi doktrin radikalnya seirama dengan energi kelompok Islam moderat juga searah dengan misi nasionalisme yang memperkuat NKRI.
Dalam konteks melakukan deradikalisasi, ulama memiliki peran yang sangat penting untuk terus menerus mendakwahkan bahwa agama tidak hanya berisi perang. Tetapi juga mengajak untuk berbuat kasih sayang, toleransi dan kewajiban beramal salih.
Tercatat lima ayat dalam Alquran mengenai instruksi pelaksanaan jihad pada hamba Allah. Namun, dari lima ayat tersebut hanya satu yang mengartikan jihad adalah perang fisik. Sisanya bermakna perjuangan untuk mempererat hubungan diri kepada-Nya dan mendakwahkan agama Islam kepada umat manusia.
Re-orientasi terhadap pemaknaan jihad secara akurat pun mengekspresikan salah satu strategi deradikalisasi agama. Hal itu dimaksudkan menetralkan kembali terhadap pemahaman yang keliru tentang arti dan makna jihad yang sesungguhnya.
Sebab, pemahaman yang salah tentang arti jihad menjadi sumber penyebab munculnya sikap radikal yang berujung pada tindakan terorisme.