Dakwah Agama dan Pelestarian Budaya Bangsa

 Dakwah Agama dan Pelestarian Budaya Bangsa

Sejarah Asal Usul Sarung Menurut Gus Muwafiq (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Dakwah seringkali diidentikkan dengan hanya sebatas naik keatas ke podium dengan kegiatan ceramah keagamaan pada umumnya. Namun, dalam era millennial ini, dakwah dapat dilakukan secara masif lewat pegenalan budaya.

Salah satu yang menjadi trend saat ini adalah keberadaan sarung batik dalam ,kalangan santri. Sarung batik adalah sarung pada umumnya yang bermotifkan batik khas nusantara.

Hal ini dalam hemat penulis adalah bentuk dakwah khas Islam nusantara berbalut bingkai kulturalisme antara agama dan budaya. Memang sarung bukan termasuk sandangan yang dipakai oleh nabi.

Sarung adalah sandangan sebagai alat menutup aurat yang bisa digunakan oleh pria maupun wanita. Bukankah hal untuk menutup aurat tanpa memperlihatkan lekuk tubuh “untuk wanita” adalah hal yang wajib.

Maka sarung adalah salah satu solusinya. Sarung dalam keseharian santri dapat berfungsi beragam hal. Mulai dari penutup aurat badan, selimut ketika tidur hingga gaya fashionable akan motif yang beraneka ragam.

Sarung dan Dakwah Islam

Penulis sewaktu mondok hanya mengenal dakwah dilakukan secara kontekstual. Dalam arti, dakwah dilakukan hanya lewat kajian-kajian kitab dan ceramah diatas podium dengan istilah menjadi uztad.

Dalam praktiknya tidak semua orang dapat berbicara diatas podium atau berdalil dengan hujjah agama bukan? Maka tak heran bila Islam mengatur setiap manusia utnul berdakwah dengan caranya sendiri.

Dalam Islam akhlaqul karimah menjadi hal yang pertama dan paling utama dalam seni penyampaian dakwah, yang meliputi tiga hal. Antara lain, pengucapan, tingkah laku dan pakaian.

Pemakaian sarung dalm kehidupan sehari dapat lebih mengenalkan budaya dan kearifan lokal serta menjadi ajang aktualisasi diri dalam dakwah bissaubi. Bagaimana seseorang dikenalkan dengan tata cara berpakaian secara benar.

Selain itu, berpakaian secara benar dan dapat menutup aurat yang benar akan menjauhkan dari segala bentuk kejahatan di sekitar. Baik lelaki maupun perempuan, yang memang telah diatur oleh Islam. Inilah Islam yang memperhatikan akan kehidupan ummatnya.

Sarung Batik dan Batik

Tak perlu diragukan lagi bahwasannya batik telah menjadi salah satu ikon pertama bangsa Indonesia. Dengan variasi motif yang beragama batik mampu menjadi baju kebanggaan bagi yang memakainya.

Dalam satu waktu, penulis dibuat terkejut dengan perpaduan antara sarung dan batik. Keduanya menghasilkan sarung batik yang bernilai seni tinggi kepada setiap yang memakainya.

Batik pula menjad simbol mencintai akan kearifan lokal budaya bangsa. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw tentang mencintai Tanah Air. Itu berarti juga mencintai budayanya.

Nabi pula mencintai daerah/negara kelahirannya, nabi pula memakai pakaian khas arab pada waktu itu. Selain itu, Nabi bangga akan bahasa Arab. Maka, selayaknyalah kita juga patut bangga akan budaya bangsa kita, seperti batik dan sarung.

“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu.” (HR Ibnu Hibban).

Mahbub Hanafi menjelaskan dalam tulisannya. “Dari penjelasan singkat ini, setidaknya kita dapat menarik kesimpulan bahwa mencintai tanah air merupakan tabiat dasar manusia. Di samping itu, juga dianjurkan oleh syara (agama) sebagaimana penjelasan dalam kitab karya Ibnu Hajar Al asqalani yang dikemukakan di atas,” kata Mahbub. (Republika.co.id, 2020)

Dapat kita Tarik kesimpulan bahwasannya cinta tanah air berarti pula bangga akan budaya bangsa. Sebagaian dari keimanana manusia adalah mencintai budaya bangsa, mengenalkan budaya bangsa dan menjaga wibawa bangsa dari hal-hal yang berpotensi berbahaya bagi keamanan bangsa.

Hilal Mulki Putra

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *