Cucu Nabi Pernah Menyerahkan Jabatan Kekhalifan Kepada Mu’awiyah
![Cucu Nabi Pernah Menyerahkan Jabatan Kekhalifan Kepada Mu’awiyah](https://i0.wp.com/hidayatuna.com/wp-content/uploads/2021/01/cucu-nabi-bertemu-nabi-khidir.png?resize=850%2C560&ssl=1)
Mengenal Empat Tingkatan Manusia (Ilust/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa cucu Nabi Muhammad Saw, al-Hasan bersedia berunding dengan Mu’awiyah. Ia kemudian menyerahkan kekhalifahan kepadanya.
Salah satu di antaranya yakni karena al-Hasan hanya mengharap pahala di sisi Allah SWT. Al-Hasan bersedia menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Mu’awiyah karena cucu Nabi ini juga inginkan kebaikan bagi umat Islam.
Nufair al-Hadrami mengatakan, suatu ketika aku ingin mengetahui tanggapan al-Hasan terhadap komentar masyarakat tentang dirinya. Aku katakan: “Orang-orang mengatakan bahwa sebenarnya engkau menginginkan jabatan sebagai khalifah”.
Ini merupakan tuduhan keji yang dialamatkan kepada para juru damai. Betapa tidak? Niat baik mereka justru disalahtafsirkan, dan motif mereka malah dipertanyakan.
Tanggapan al-Hasan terhadap perkataan Nufair al-Hadhrami, ia berkata: “Ketika itu nasib orang-orang Arab berada digenggamanku. Mereka siap berdamai dengan siapa pun yang berdamai denganku, dan siap memerangi siapa pun yang aku perangi. Meskipun demikian, kutinggalkan tampuk kekhalifahan itu demi mengharap wajah Allah (Al Bidayah wan Nihayah dan Adz-Dzurriyyah ath-Thayyibah).
Sungguh tepat keputusan al-Hasan, dan sikapnya itu benar-benar mencerminkan firman Allah:
اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ اِخۡوَةٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَيۡنَ اَخَوَيۡكُمۡ ۚوَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”. (Al-Hujurat ayat 10).
Memikirkan Kepentingan Umat
al-Hasan ingin mewujudkan janji kakeknya. Nabi Muhammad Saw mengabarkan bahwa al-Hasan akan menjadi pemimpin yang mendamaikan dua kelompok besar kaum mukminin yang bertikai.
Jaminan ini mendorong al-Hasan untuk berpikir, menyusun rencana, mempersiapkan dirinya untuk menciptakan perdamaian. Serta menyingkirkan semua halangan yang menghadang terwujudnya persatuan umat.
al-Hasan juga berupaya menjaga nyawa kaum muslimin. Al-Hasan melakukan semua itu, salah satunya, adalah demi menjaga kehormatan dan nyawa kaum muslimin.
Al-Hasan menuturkan: “Aku khawatir jika pada hari Kiamat ada 70 ribu atau 80 ribu orang. Atau kurang lebih segitu, yang urat nadi di leher mereka terus mengucurkan darah. Lalu mereka semua mengadu kepada Allah perihal mengapa darah mereka harus ditumpahkan sia-sia?” (Al Bidayah wan Nihayah).
Bagi al-Hasan, melindungi nyawa kaum muslimin tergolong ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, dia lebih mengkhawatirkan proses hisab dirinya di hadapan-Nya mengenai darah orang-orang muslim pada hari Kiamat.
Meskipun konsekuensinya dia harus menyerahkan kekhalifahan kepada orang lain.
Al-hasan lebih memprioritaskan kepentingan umat daripada kepentingan pribadi. Dia rela menyerhakan kepemimpinan kepada orang lain demi melindungi nyawa kaum muslimin.