Contoh Terlengkap Naskah Khutbah Idul Fitri 2020 di Rumah
HIDAYATUNA.COM – Majelis Ulama Indonesia ( MUI) telah mengeluarkan Fatwa Nomor 28 Tahun 2020, yang diantaranya adalah tentang tata cara pelaksanaan khutbah Idul Fitri yang sebaiknya dilaksanakan di rumah dengan syarat jumlah jamaah minimal adalah 4 orang (satu orang imam dan 3 orang makmum) serta ada yang mempunyai kemampuan untuk berkhutbah. Berikut panduan tata cara khutbah Idul Fitri dari MUI :
- Khutbah Idul Fitri hukumnya sunah yang merupakan
kesempuranaan shalat Idul Fitri. - Khutbah Idul Fitri dilaksanakan dengan dua khutbah,
dilaksanakan dengan berdiri dan di antara keduanya
dipisahkan dengan duduk sejenak. - Khutbah pertama dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membaca takbir sebanyak sembilan kali
b. Memuji Allah dengan sekurang-kurangnya membaca اَلحمْدُ لِلَه
c. Membaca shalawat nabi saw, antara lain dengan membaca
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
d. Berwasiat tentang takwa.
e. Membaca ayat Al-Qur’an - Khutbah kedua dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membaca takbir sebanyak tujuh kali
b. Memuji Allah dengan sekurang-kurangnya membaca
اَلحمْدُ لِلَه
c. Membaca shalawat nabi saw, antara lain dengan membaca
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
d. Berwasiat tentang takwa.
e. Mendoakan kaum muslimin
Berikut contoh Terlengkap Naskah Khutbah Idul Fitri 2020, dengan tema “Kesalehan Ritual Vs Kesalehan Sosial”
Khutbah Pertama
اللهُ اَكْبَرْ(×9) اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَعَبْدَهْ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَانَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ: اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ. وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً.
اللهُ اَكْبَر اَللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر وَ ِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Bi qauli Alhamdulillah, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kita menunaikan shalat Idul Fitri pada pagi yang insyaallah penuh berkah ini. Shalawat serta salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah SAW, yang telah menerangi kehidupan dengan sinar Iman, Islam, serta Ihsan dalam diri kita.
Pada pagi hari ini, izinkan saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada kita semua untuk menyempurnakan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Mari tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah SWT. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kesombongan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat-Nya.
اللهُ اَكْبَر اَللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر وَ ِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2020 yang harus kita jalani di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini harus kita jadikan momentum untuk memperbaiki Hubungan kita dengan Allah (Hablumminallah) dan Hubungan kita dengan manusia (Hablumminnas).
Dalam Islam, antara Hablumminallah dan Hablumminnas harus berjalan seimbang. Pada konteks pemenuhan Hablumminallah dan Hablumminnas ini, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah mempopulerkannya dengan dua macam istilah kesalehan. Pertama, kesalehan ritual yang merujuk pada ibadah yang dilakukan dalam konteks Hablumminallah seperti shalat, puasa, haji, dan ritual lainnya. Kedua, kesalehan sosial yang merujuk pada berbagai macam aktivitas dalam rangka memenuhi Hablumminannas. Keduanya saling terkait dan harus berjalan seimbang.
Faktanya, ada Muslim yang cenderung lebih tekun dengan ibadah mahdlah (wajib), tapi kurang perhatian terhadap sekelilingnya. Dan sebaliknya, ada Muslim yang terlihat sangat peduli terhadap sesama, namun kualitas ibadahnya biasa saja, bahkan cenderung abai. Banyak juga Muslim yang baik ibadah ritual maupun sosialnya sama-sama tidak dilakukan. Naudzubillah
اللهُ اَكْبَر اَللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر وَ ِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Fenomena tidak sejalannya kesalehan ritual dan kesalehan sosial ini bisa dilihat di Indonesia melalui perbandingan kebaikan Vs kejahatan dan keburukan. Dalam hal kebaikan, Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar di dunia saat ini memiliki lebih dari 1 juta masjid dan jamaah haji Indonesia pun merupakan yang terbesar di dunia.
Namun, disisi lain tingkat kejahatan di Indonesia tahun 2019 lalu mencapai angka 222.543 kasus. Pandemi Covid-19 juga meningkatan angka kriminalitas sebesar 19,72 persen dari masa sebelum pandemi. Keterangan resmi Mabes Polri disebutkan bahwa pada maret 2020 terjadi 20.845 kasus, angka ini meningkat dari bulan februari 17.411 kasus.
Meski mengalami sedikit penururan, angka kemiskinan pun masih mencapai 9,22 % atau 24,79 juta jiwa (data BPS September 2019) bahkan prediksi Bappenas efek Covid-19 jumlah penduduk miskin pada 2020 akan bertambah sekitar 2 juta orang. Fakta ini membuktikan bahwa peningkatan kebaikan ritual di Indonesia tidak menjamin penurunan keburukan. Faktanya semakin banyak orang baik, orang jahat pun semakin banyak. Inilah yang membenarkan bahwa antara kesalehan ritual dengan kesalehan sosial di Indonesia belum seimbang.
اللهُ اَكْبَر اَللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر وَ ِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Ibadah dalam bentuk ritual belumlah sempurna tanpa dibarengi ibadah dalam bentuk kepekaan dan kepedulian sosial. Dengan demikian, hubungan baik dengan Allah SWT yang telah dibangun melalui ketaatan dalam menjalankan ibadah-ibadah ritual seperti sholat, puasa, zakat dan haji, semestinya ditunjukkan pula dalam bentuk hubungan baik dengan keluarga, tetangga, serta anggota masyarakat luas. Terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini dimana ekonomi sedang lesu dan masyarakat sulit mendapatkan kebutuhan pokoknya. Data Kementerian Tenga Kerja per 20 April 2020 tercatat sebanyak 2,1 juta orang telah mengalami PHK akibat Covid-19
Dalam Al-Qur’an dijelaskan, seseorang dikatakan beriman adalah ketika mampu menyatukan shalat sebagai ibadah ritual dengan mendermakan harta sebagai perilaku sosial, sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ.
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal; 2-4).
Bahkan Allah SWT memisalkan diri-Nya sendiri dengan menyebutkan pada surat Al-Quraisy, bahwa sebab-sebab diri-Nya disembah diantaranya karena fungsi sosial yakni memberi makan dan memberikan rasa aman. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Quraisy ayat 3-4:
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ.
Artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
Karena itu, kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritualnya semata, tetapi juga dilihat dari perilaku sosialnya, berupa kasih sayang pada sesama, sikap demokratis, menghargai hak orang lain, cinta kasih, penuh kesantunan, harmonis dengan orang lain, dan memberi serta membantu sesama.
اللهُ اَكْبَر اَللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر وَ ِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Pada momentum Idul Fitri yang berbahagia ini marilah kita manfaatkan sebagai momentum belajar menyeimbangkan kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Islam bukan agama individual. Islam adalah agama sosial, yang dimaksudkan sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil alamin). Shalat misalnya, dimulai dengan kalimat “Allahu Akbar”. Kalimat itu disebut takbirotul ihram, yang menandakan bahwa telah dimulainya komunikasi antara manusia dengan Allah SWT dalam ritual shalat.
Begitu juga dengan puasa, implikasi sosialnya sangat jelas. Puasa selain menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi (makan, minum dll), seseorang akan mampu merasakan penderitaan saudara mereka yang kurang beruntung. Dalam Islam, jika seseorang, karena satu dan lain hal, tidak mampu melakukan ibadah puasa, harus menggantinya dengan “fidyah” (memberi makan fakir miskin sebesar satu mud atau 0,75 kg), begitu juga setelah selesai berpuasa ramadhan selama satu bulan kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah.
Hal ini menunjukkan bahwa ibadah ritual terhubung langsung dengan ibadah sosial, sekaligus mengajarkan kepada kita untuk memupuk kepekaan dan kesadaran sosial. Akhirnya, marilah kita berusaha menjadi Muslim yang kaffah, Muslim yang senantiasa menghiasi diri dengan amal-amal saleh agar kita semua selamat dan berbahagia fiddunya wal akhirah.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اللهُ اَكْبَرْ (×7) – اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ: اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Doa Khutbah Idul Fitri
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ- والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ