Cegah Radikalisme, Menaker Tanamkan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Calon PMI atau TKI
HIDAYATUNA.COM, Malang — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah menuturkan bahwa pembinaan ini untuk bekal ketika Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berada di luar negeri. Hidup bertahun-tahun di negeri orang pasti tidak mudah. Apalagi, harus terpisah dari orang tua, anak, dan pasangan.
Dalam keadaan seperti itu, kata dia, pemikiran-pemikiran yang tidak sehat akan lebih mudah masuk. Belum lagi, kemungkinan masuknya paham radikal dari pengajian-pengajian yang diikuti.
“Lagi libur, niatnya ikut pengajian aja. Tahunya (pengajiannya) enggak rahmatan lil alamin. Sangat jauh dari pelajaran agama Islam yang biasa diajarkan di rumah,” ujarnya.
Hal itu sampaikan dalam sambutan acara puncak peringatan Hari Migran Internasional di Malang, Jawa Timur, Rabu (18/12/2019) malam. PMI atau TKI, katanya, tahun depan bakal sedikit berbeda dari sebelumnya. Hal ini bukan hanya soal peningkatan kompetensi calon PMI, tapi juga kesiapan bela Negara.
Selain itu, Menaker mencontohkan, bisa saja kemudian dalam pengajian tersebut diajarkan bahwa Pancasila bukan lagi dasar hidup yang baik. Kemudian, secara perlahan dikenalkan dengan ideologi baru.
“Pancasila dibilang enggak cocok, yang cocok khilafah. Ada saudara-saudara kita yang mulai belajar itu. Mereka yang terpapar paham radikal itu, mulai menunjukkan pemikiran dan tindakan yang intoleran. Mereka juga menjadi kurang menghargai perbedaan di antara sesama saat bekerja di luar negeri,” jelasnya.
Tak ada orang tua atau saudara dekat membuat PMI jadi lebih rentan terpapar. Mereka tak bisa bertanya. Karena itu, ia merasa penting untuk menguatkan pemahaman bela negara sebelum PMI berangkat.
“Satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari pemikiran semacam ini adalah tetap ingat bahwa kita adalah Indonesia. Bangsa yang sejak dulu menerima dan menghargai perbedaan, baik itu perbedaan agama, budaya, adat, suku dan lainnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, katanya, pemerintah tidak pernah melarang ekspresi beragama apapun. Justru pemerintah sangat mendukung ketika anak-anak muda yang bekerja di luar negeri tetap menjalankan ibadah secara rutin dan konsisten.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono turut mengamini kerentanan tersebut. Sebagai garda terdepan, PMI harus dibekali penguatan soal bela negara.
“Nanti kami rumuskan bersama seperti apa konsepnya. Yang jelas tahun 2020 bakal dimulai,” tutur Wakil Menteri Pertahanan.
Di sisi lain, calon pekerja migran Nurhayati, 38, mengaku tak keberatan harus menambah pelatihan sebelum penempatan kerja di Singapura. Menurut perempuan asal Banyuwangi ini, materi bela negara justru bakal semakin menambah wawasannya soal cinta tanah air.