Cegah Radikalisme: Berpikir Kritis dan Berguru pada Ulama Moderat atau Wasathiyah
HIDAYATUNA.COM, Jakarta — Mantan Returnis ISIS, Nurshadrina Khaira Dhania (20) menegaskan bahwa tibulnya dan mewabahnya ajaran radikal yang berasal dari doktrin atau propaganda itu tidak disaring dengan seksama dan dipertanyakan kebenarannya. Sehinnga seseorang langsung memegangnya sebagai kebenaran.
“Salah satu cara membentengi diri dari paham radikal adalah dengan berpikir kritis, atau meningkatkan critical thinking kita. Jadi kalau ada narasi-narasi yang agak aneh, menyebar kebencian, itu kita kritisi dulu, bener gak sih,” ujarnya, diterima HIDAYATUNA.COM dari laman NU Online, di Jakarta, Senin (02/12/2019).
Saat tergoda oleh propaganda ISIS, menurut pengakuannya, ia tidak menerapkan cara berpikir kritis, sehingga propaganda ISIS dianggap sebagai kebenaran. Hal itulah yang membuatnya pergi ke Suriah pada tahun 2016 bersama dengan keluarga besarnya.
Berpikir kritis, lanjutnya, sangat penting untuk menanggulangi ajakan kelompok teror tersebut. karena terorisme merupakan aksi kekerasan yang diawali dengan doktrin radikalisme dan intoleransi yang akan mudah luntur dengan berpikir kritis.
“Dalam surat Al-Hujurat ayat 6 sendiri kan Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu memeriksa berita yang datang kepada kita agar tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan kita. Setelah itu kita bertanya kepada orang-orang yang lebih mengetahui, apakah itu aparat pemerintahan atau kepada alim ulama,” ungkapnya.
Di sisi lain, Umar Patek, terpidana kasus terorisme ini memiliki tip tersendiri untuk menghindari diri dari tipu muslihat kelompok teror. Caranya, lanjutnya, dengan belajar agama pada ulama yang moderat atau wasathiyah.
“Alangkah bagusnya bila belajar langsung kepada ulama yang memiliki pemahaman yang wasathiyah,” tutur Umar.
Ajaran kekerasan, pria bernama asli Hisyam bin Alizein ini mengatakan, bisa masuk secara perlahan dan kerap tanpa disadari. Sehingga membutuhkan kewaspadaan tingkat tinggi untuk menyadari keberadaannya di sekitar kita.
Awalnya, lebih lanjut, hanya membicarakan Islam secara dasar, secara umum, namun ketika sudah masuk unsur-unsur kekerasan seperti kamu membunuh ini, kamu melakukan ini atau pengerusakan ini kamu akan mendapatkan pahala. Di situlah tanda ajaran teror masuk. Apalagi jika ditambahi dengan iming-iming yang luar biasa menggiurkan.
Misalnya, masuk surga dan segala kenikmatan di dalamnya.
“Siapa yang tidak tertarik ketika diberi janji-janji seperti itu, kamu bisa masuk surga dengan jalan pintas jika membunuh si ini, si itu. Orang dijanjikan harta milyaran saja tertarik apalagi dijanjikan surga,” jelas Umar.
“Apalagi mereka yang dulunya preman atau pernah berbuat kesalahan dan lain-lain, ketika diberi janji seperti itu mereka seolah-olah diberi pengampunan atau payung hukum agama. Ini yang berbahaya,” imbuh Umar.
Dengan demikian, ia menekankan agar sebaiknya mencari guru yang beraliran paham Islam yang moderat sehingga tidak perlu menghawatirkan iming-iming dan janji-janji seperti itu.