Catatan Historis Masuknya Islam di Pulau Bali

 Catatan Historis Masuknya Islam di Pulau Bali

Khairuddin Barbarosa: Sang Laksamanan Legendaris Islam Mantan Bajak Laut (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Islam menjadi agama yang dominan dianut oleh masyarakat di negeri ini. Persebarannya hampir bisa ditemukan di setiap daerah, sekali pun lokasi daerah tersebut terpencil dan berjarak dengan peradaban maju-terbuka yang ada di kota.

Tidak sedikit pihak yang menaruh minat serius dengan mengkaji persebaran Islam ini. Mulai dari pola persebarannya, bagaimana persebaran tersebut bisa menuai keberhasilan, apa saja produk persebarannya, dan faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan persebaran Islam di daerah tersebut.

Dari pertanyaan-pertanyaan semacam itu akhirnya muncul berbagai produk literatur yang bisa dikonsumsi oleh orang awam sekalipun. Tapi tentu saja, produk literatur tersebut tidak bersifat final. Karena bisa jadi, ada temuan baru yang bisa merevisi maupun menguatkan temuan-temuan sebelumnya.

Seperti halnya masuknya agama Islam di Pulau Bali. Pulau yang hari ini tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, tetapi juga pulau yang penduduknya dominan menganut agama Hindu. Agama yang datangnya di negeri ini mendahului kedatangan agama Islam.

Raja Pertama yang Membuka Jalan Islam

Catatan paling awal mengenai masuknya agama Islam di pulau Bali terjadi pada 1480-1550 M. Saat itu, penguasanya bernama Raja Dalem Watugenggong.

Sepulangnya dari Majapahit-menjelang keruntuhannya-, Raja Dalem Watugenggong membawa 40 pengawal yang kemudian diberi tanah pemukiman di Gelgel, Klungkung bagian selatan.

Keempat puluh pengawal itu menjadi abdi kerajaan sekaligus membuka peradaban Islam dengan membangun Masjid Gelgel. Masjid ini belakangan tercatat sebagai masjid pertama yang dibangun di pulau Bali.

Selain itu di daerah Serangan, agama Islam merangsek masuk melalui jalur laut. Ulama dan para saudagar yang datang dari Bugis, merapat lantas disambut apik oleh penguasa setempat, Raja Puri Pemecutan, Badung.

Keduanya bekerjasama dalam menangkal intrik yang dilakukan oleh kolonial. Peristiwa ini terjadi pada abad ke-17 M.

Ekspansi ke Pulau Lombok

Catatan selanjutnya terjadi pada 1690 M, ketika Raja Karangasem saat itu, Anak Agung Ketut Karangasem melakukan ekspansi ke Pulau Lombok. Ia berhasil menaklukkan Kerajaan Pejanggik, salah satu kerajaan besar di Pulau Lombok.

Dulunya kerajaan ini menjadi bagian dari Kerajaan Selaparang yang lamat-lamat mulai kehilangan pengaruhnya. Dalam ekspansinya di Pulau Lombok ini, ia dibantu oleh Pangeran Dadu Ratu Mas Pakel, putra Raja Mataram.

Atas jasa bantuan tersebut, Pangeran Dadu Ratu Mas Pakel memperoleh hadiah berupa tanah istimewa di wilayah Karangasem. Hubungan baik ini terjadi selama bertahun-tahun sampai akhirnya secara tidak langsung, komunitas muslim menetap, berbudaya, dan membangun peradaban di wilayah Karangasem.

Secara sepintas masuknya agama Islam di Pulau Bali ini memang hampir mirip dengan daerah-daerah lain. Adanya kebutuhan bantuan pasukan lantas diberi tanah, menikah, dan hidup menetap sampai anak-keturunannya.

Bisa juga dengan datangnya ulama atau saudagar muslim yang mulanya disertai misi dakwah. Kemudian diterima dan peroleh sambutan yang baik dari penguasa setempat.

Dakwah dengan Menghormati Kearifan Lokal

Tetapi yang perlu diketengahkan dari latar historis ini ialah, daya akomodasi penganut ajaran Islam di masa lalu yang tidak serta merta menegasikan tradisi dan kebudayaan yang telah ada. Mereka yang datang tetap memberi hormat pada kearifan yang dianut oleh penguasa dan penduduk setempat.

Dakwah semacam ini barangkali kurang memperoleh tempat di kalangan Islam yang kaku, konservatif, dan literal dengan tolak ukur halal-haram.

Penyebaran agama Islam di Pulau Bali ini juga dapat dibuktikan dengan serangkaian peninggalan yang sampai hari ini keberadaannya masih bisa diakses. Asep Saefullah dan Adib Misbahul dalam artikelnya Beberapa Aspek Kodikologi Naskah Keagamaan Islam di Bali: Sebuah Penelusuran Awal (2009) mencatat, ada banyak kitab dan naskah keagamaan yang tersebar di Pulau Bali.

Seperti misalnya Alquran kuno bertuliskan tangan yang bisa didapati di daerah Singaraja di Buleleng, Kepaon dan Serangan di Denpasar, dan Loloan Timur di Jembrana.

Selain itu ada juga masjid-masjid kuno seperti Masjid Gelgel di Klungkung yang telah disebut di atas, Masjid Muhajirin di Kepaon Denpasar, Masjid Jami’ Agung Singaraja di Buleleng, Masjid Ampel Amlapura di Karangasem, dan Masjid Syuhada di Kampung Bugis Serangan Denpasar. Wallahul’alam.

Ahmad Sugeng Riady

Masyarakat biasa. Alumni Magister Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *