Cara Seorang Mualaf Berbakti kepada Orangtua yang Non-Muslim
HIDAYATUNA.COM – Berbakti kepada orangtua dengan cara-cara mulia memang sudah menjadi keharusan bagi seorang anak. Namun apakah hal itu hanya bisa dilakukan jika se-iman? Mestinya tidak karena, bagaimana pun orangtua memiliki peran besar dalam perjalanan hidup sang anak, termasuk ketika anaknya memutuskan menjadi mualaf.
Rangkaian perjalanan spiritual seorang mualaf sebelum memeluk Islam hingga kini beriman kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya ini biasanya dekat dengan kehidupan orangtua sang mualaf. Baik itu lahir dari penolakan orangtua terhadap agama Islam maupun toleransi yang tinggi dari orangtua, kemudian kedua hal itulah yang membuat sang anak penasaran dengan Islam.
Pun, ketika sang anak telah mantap dengan hidayah yang diberikan Allah SWT. dan memutuskan untuk menjadi mualaf. Ada orangtua yang menerima anaknya memeluk Islam, namun ada juga yang justru mengeluarkannya dari kartu KK.
Oleh sebab itu, seorang anak semestinya tetap mengutamakan berbuat baik (berbakti) kepada orangtua. Bakti ini bukan berarti menuruti perintah orangtua yang bertentangan dengan Islam, namun lebih kepada cara memperlakukan mereka dengan baik meski telah berbeda keyakinan.
Dilansir dari Republika.co.id, Sheikh Gamal Qutb dalam tulisannya yang dipublikasikan laman About Islam pada Ahad (23/5) berfatwa. Ia mengatakan, Islam memprioritaskan hubungan antara anak dan orang tua.
Menjadi Anak yang Berbakti kepada Orangtua yang Beda Agama
Adapun caranya ialah dengan mencari berkah dari orangtua dengan mematuhi nasihat yang berisi kebaikan di dalamnya. Lalu bagaimana dengan orangtua yang non-Islam? Sama halnya dengan orangtua yang satu keyakinan, anak yang telah menjadi mualaf bukan hanya perlu berbakti seperti yang disebutkan di atas, akan tetapi juga tidak boleh membuat orangtua kesal.
Sheikh Gamal Qutb menyatakan dalam salah satu tatanan ilahi, Allah SWT berfirman dalam Alquran: “Dan buat diri kalian tunduk dengan lembut kepada mereka dengan kasih sayang, dan katakan: Ya Tuhanku! kasihanilah mereka, karena mereka membesarkan aku (ketika aku masih) kecil.” (QS Al-Israa: 23)
Abdullah ibn Masud berkata, “Aku bertanya kepada Nabi (SAW),” Apa perbuatan terbaik? ” Dia berkata, “Doa pada waktunya”, saya berkata, “Apa selanjutnya?” Dia berkata, “Berbakti kepada orang tua, (yaitu ketaatan kepada orang tua)”, saya bertanya, “Selanjutnya apa?” Dia berkata, “Jihad.” (HR Al-Bukhari)
Orangtua yang Muslim atau bukan, memiliki hak yang sama atas anak-anak mereka termasuk hak untuk mendapatkan rasa hormat, ketaatan, cinta, dan bantuan apa pun jika mereka membutuhkan. Allah SWT. menyucikan anak-anak Muslim untuk memiliki perilaku yang terbaik terhadap orangtua mereka meskipun orangtuanya non-Muslim.
Allah SWT. berkata dalam Alquran: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan).” (QS Luqman: 15)