Cara Pandang Mualaf Edison Melihat Islam Mengagumkan
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Seorang mualaf bernama Edison mempunyai cara pandang mengagumkan dalam melihat Islam. Hal itulah yang membuatnya mantap untuk memeluk agama Islam.
Bahkan ketika ada berita tentang ISIS yang dikaitkan dengan perilaku Muslim, tetap tak mengubah cara pandang dia dalam melihat seorang muslim. Menurutnya Muslim dan agama Islam adalah anugerah yang indah.
Edison mengatakan, seseorang bisa saja menggunakan nama Allah SWT dengan sembarangan tapi bukan berarti Allah seperti itu. Ia pun menegaskan bahwa siapa saja bisa mengaku diri muslim, tapi perilaku bisa membuktikan apakah ia muslim atau bukan.
“Hanya karena Anda menyebut diri Anda seorang Muslim, bukan berarti Anda seorang Muslim yang benar. Baik itu di Singapura, Malaysia, Indonesia atau seluruh dunia, orang yang memeluk Islam itu indah dan diberkahi,” kata Edison dilansir dari Republika, Kamis (6/5/2021).
“Saya menghormati setiap ras dan agama karena mereka memiliki cara mengajar tetapi saya memilih Islam sebagai agama saya,” sambungnya.
Mantap Memeluk Islam Hingga Akhir Hayat
Pria berusia 25 tahun itu menjelaskan alasan dirinya mantap memilih Islam sebagai agama yang ia yakini sampai mati nanti. Hal itu dikarenakan ia hanya ingin mengenal Tuhan yang Maha Esa, yakni dalam Islam disebut Allah SWT.
“Sejujurnya, saya tidak mempelajari Islam untuk memeluk Islam,” ujar Edison.
Pengalamannya dengan banyak teman Muslim di luar sana yang membuat Edison ingin tahu lebih banyak tentang agama Islam. Hal itu ia lakukan ketika ia masih pemeluk agama sebelumnya.
Edison pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat pada 31 Desember 2020 disaksikan temannya yang juga mualaf Herald Chia.
Teman Muslimnya Herald adalah juga seorang mualaf. Dia banyak mengajukan banyak pertanyaan kepada Edison terutama terkait kitab agama sebelumnya dan Alquran.
Edison mulai berpikir keras sebelum menerima dan memeluk Islam. Apakah jalan hidup yang dipilih sebelumnya adalah kesalahan. Keinginan untuk memahami Tuhan yang benar pun semakin kuat.
“Bagaimana jika suatu hari saya mati dan masih masuk neraka karena percaya pada Tuhan yang salah? Begitu banyak pertanyaan yang melintas di otak dan hati saya sampai saat saya yakin bahwa saya ingin memeluk Islam,” ujar dia.