Cara Menyambut Hari Raya Idul Fitri Versi Imam al-Ghazali

 Cara Menyambut Hari Raya Idul Fitri Versi Imam al-Ghazali

Menilik Sejarah Puasa, Salah dari Tiga Ibadah Tertua (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Ada banyak cara umat Islam dalam menyambut hari raya Idul Fitri tahun ini yang menurut kalender akan jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021. Seluruh umat Islam seantero dunia tentu akan bergembira menyambut kedatangannya.

Berbagai persiapan pun sejak lama dilakukan, mulai dari membeli snack lebaran, baju baru, cat rumah dan lain-lain yang memang telah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia. Namun demikian, persiapan batin juga perlu dilakukan untuk mendapatkan keberkahan di hari kemenangan itu.

Hujjatul Islam Muhammad al-Ghazali dalam Majmu’at Rasail al-Imam al-Ghazali menyebutkan beberapa cara dan adab untuk menyambut hari raya Idul Fitri.

Menghidupkan Malam Idul Fitri

Mengenai keutamaan ihya’ lailah al-‘id (menghidupkan malam Idul Fitri) ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلّهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ. (رواه الشافعي وابن ماجه)

Barangsiapa yang menghidupkan dua malam hari raya karena Allah demi mengharapkan keridhaan-Nya, maka hatinya tidak akan mati di saat hati orang-orang menjadi mati.

Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Shawi dalam Bulghat al-Salik li Aqrab al-Masalik menjelaskan maksud hadis di atas sebagai berikut:

 وَمَعْنَى عَدَمِ مَوْتِ قَلْبِهِ عَدَمُ تَحَيُّرِهِ عِنْدَ النَّزَعِ وَعِنْدَ سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ وَفِي الْقِيَامَةِ. بَلْ يَكُونُ مُطْمَئِنًّا ثَابِتًا فِي تِلْكَ الْمَوَاضِعِ

Maksud dari “tidak matinya hati orang yang menghidupkan dua malam hari raya” adalah tenangnya orang tersebut saat naza’ (sakaratul maut), ketika ditanya dua malaikat (Munkar dan Nakir) dan besok di hari kiamat. Bahkan pada momen-momen itu hatinya dipenuhi ketenangan dan keteguhan. (Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Shawi dalam Bulghat al-Salik li Aqrab al-Masalik. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995, juz 1, hlm. 345)

Imam al-Nawawi mengutip pernyataan dari Qadhi Husain dari Ibnu ‘Abbas, bahwa cara minimal menghidupkan hari raya Idul Fitri adalah dengan salat Isya berjemaah dan bertekad untuk mengerjakan salat subuh di pagi harinya secara berjemaah juga. (Imam al-Nawawi, Raudhat al-Thalibin, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th., juz 1, hlm. 582)

Bahkan menurut imam al-Syafi’i, di antara malam-malam terkabulnya doa adalah malam dua hari raya. Beliau berkata:

 يستجاب في خمس ليال: في ليلة الجمعة، وليلة الأضحى، وليلة الفطر، وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان.

Lima malam di mana doa-doa akan dikabulkan adalah malam Jumah, malam hari raya Idul Adha, Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam pertengahan bulan Sya’ban.

Mandi di Pagi Harinya

Imam al-Ghazali dan Ibrahim al-Baijuri menjelaskan bahwa mandi sebelum salat ‘id bisa dilakukan sebelum atau setelah fajar, atau di pertengahan malam. Niatnya adalah  نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ اْلفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Membersihkan Badan dan Memakai Parfum

Imam al-Rafi’i menegaskan bahwa memakai parfum di dua hari raya adalah sunnah, sesuai petunjuk Nabi sebagaimana riwayat Hasan bin Ali sebagai berikut:

امرنا رسول الله ان نتطيب باجود ما نجده في العيد

Rasulullah memerintahkan kami untuk memakai parfum yang paling bagus yang kita temukan di hari raya.

Sedangkan yang dimaksud membersihkan badan adalah mencukur rambut, memotong kuku dan menghilangkan bau-bau badan yang tidak sedap. Imam al-Rafi’i menambahkan kesunahan lain di hari raya yaitu memakai baju putih, bersih dan berpakaian paling baik. (Abdul Karim bin Muhammad bin Abdul Karim al-Rafii, al-Aziz Syarh al-Wajiz. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1997, Juz 2, hlm. 354)

Melanggengkan Takbir, dan Menambahkan Tasbih Serta Tahmid

Anjuran memperbanyak takbir ini sesuai sabda Rasulullah Saw:

اكثروا من التكبير ليلة العيدين فانهم يهدم الذنوب هدما

Perbanyaklah membaca takbir di malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) karena yang demikian itu dapat melebur dosa-dosa.

Takbiran untuk hari raya Idul Fitri dimulai sejak terbenamnya matahari hingga imam melakukan takbiratul ihram saat salat ‘Id. Sedangkan untuk Idul Adha dimulai sejak subuhnya hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai asharnya hari tasyriq terakhir (13 Dzulhijjah).

Imam al-Nawawi dalam al-Adzkar al-Nawawiyyah menjelaskan bahwa kalimat takbiran yang dibaca:

  الله اكبر الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Atau dengan menambahkan kalimat tasbih dan tahmid malah lebih baik

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Memperbanyak Dzikir

Imam al-Syafi’i menceritakan kebiasaan para masyayikh di Madinah bahwa ketika malam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, mereka datang ke masjid, kemudian berdo’a, dilanjut dengan berdzikir hingga lewat beberapa waktu malam.

Fokus Mendengarkan Khutbah

Saat khatib menyampaikan khutbah, semua jama’ah dianjurkan untuk diam sembari mendengarkan khutbah, dan berusaha untuk tidak berbicara dengan orang lain. Meski hukum mendengarkan khutbah salat ‘Id tidak wajib, tetapi seseorang yang akan meninggalkan masjid perlu mempertimbangkan maslahah dan madharat-nya.

Artinya, jika pulangnya menyebabkan jemaah yang lain ikut pulang, maka sebaiknya ia tetap berada di tempat duduknya. Jika tidak demikian, maka ia diberi dua opsi; pulang atau tetap di tempat duduknya.

Menyantap Sedikit Makanan Sebelum Salat ‘Id

Makan sebelum salat Idul Fitri sangat dianjurkan (sunnah), meski harus makan di jalan menuju masjid atau di masjid sendiri. Syaikh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin al-Hadhrami dalam kitabnya Busyra al-Karim Syarh Masail al-Ta’lim mengatakan:

ويسن لكل أحد الأكل والشرب فيه أي الفطر قبلها أي الصلاة ولو في الطريق أو المسجد ولا تنخرم به المروءة للعذر

Setiap orang disunnahkan makan dan minum di hari raya Idul Fitri sebelum salat ‘Id, meskipun dilakukan saat di jalan (menuju masjid) atau di masjid. Yang demikian tidak merusak wibawa karena udzur.

Pulang dan Pergi ke Masjid Melewati Jalan yang Berbeda

Pulang lewat jalan yang berbeda ketika berangkat ke masjid menjadi kebiasan Nabi sejak dulu. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk mencontoh kebiasaan Nabi yang satu ini.

Hikmahnya terkait dengan pahala. Semakin jauh langkah kaki kita, maka pahala yang kita terima akan semakin banyak dan melimpah.

Selain itu, hikmahnya agar semakin banyak jejak-jejak yang kita lewati, yang diyakini akan bermanfaat sebagai saksi di akhirat. (Syaikh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin dalam kitabnya Busyra al-Karim Syarh Masail al-Ta’lim. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th., juz 1, hlm. 444)

Ramah Agar Tidak Digunjing Orang

Sikap ramah dan suka bertegur sapa di hari raya ‘Idul Fitri adalah akspresi kegembiraan umat Islam dalam menyambut hari kemenangan. Manfaatnya cukup banyak, diantaranya agar seseorang terhindar dari gunjingan orang lain, misalnya karena dianggap angkuh atau sombong.

Itulah cara dan adab menyambut Idul Fitri ala al-Ghazali. Selamat Idul Fitri 1442 H, taqaballahuwaminkum taqabbal ya kareem.

Abdul Wadud Kasful Humam

Dosen di STAI Al-Anwar Sarang-Rembang

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *