Cara Menghindari KDRT: Kenali Lahir Batin Calon Suamimu!
HIDAYATUNA.COM – Kembali urusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) marak dibicarakan. Sangat asik memang, serasa mengarungi kembali saat-saat gegap gempita membahas dan menuntut hak-hak perempuan yang terabaikan beberapa puluh tahun lalu.
KDRT itu sebenarnya terjadi karena satu pihak merasa dirinya superior, memiliki supremasi tertinggi, memiliki legalitas formal, dan merasa berhak untuk melakukan aksi polisionil kepada pasangannya. Hal ini bisa terbentuk karena doktrinasi yang didapatkan melalui pendidikan maupun lingkungan pergaulannya. Terkadang juga karena pelajaran langsung dari rumah tangga kedua orangtuanya.
Pendidikan agama, lingkungan, dan pengamatan yang mendoktrin bahwa laki-laki itu penguasa dan pemilik dari perempuan yang jadi istrinya itulah yang kemudian diterima sebagai: merasa hak sepenuhnya untuk berlaku apapun kepada pasangannya. Kedua, tidak boleh diprotes atau tidak boleh dicampuri oranglain. Ketiga, kekerasan dianggap cara yang efektif untuk memberi “pelajaran” kepada pasangan.
Demikian pula korban KDRT juga mendapatkan pendidikan, pergaulan lingkungan, dan pelajaran rumahtangga kedua orangtuanya. Perempuan didoktrin bahwa mereka sepenuhnya milik suami, bahkan orangtua kandung sendiri sudah seakan kehilangan hak. Harus lebih mengutamakan suami daripada orangtua.
Juga doktrin ketaatan tanpa batas kepada suami, dan menyaksikan banyak perempuan yang lebih yang senior justru disalahkan saat mendapat perlakuan KDRT dari suaminya. Tidak jarang pula ketika perempuan menjadi korban KDRT pulang ke rumah orangtuanya malah diantar balik. Sedangkan orangtuanya merasa malu dan berdosa karena gagal mendidik anak perempuannya sebagai sosok istri yang baik.
Hal-hal yang Harus Dilakukan Agar Tidak Menerima KDRT
Ada banyak perempuan yang pada akhirnya tidak berdaya dan merasa harus bersabar dalam pengertian menerima segala perlakuan tidak baik. Apalagi jika perempuan memiliki tingkat pendidikan yang kurang. Lebih-lebih jika telah termakan doktrin kepasrahan, kadang tidak berhubungan juga dengan tingkat pendidikan.
Apalagi jika perempuan memiliki ketergantungan ekonomi dari suaminya. Maka jika bertepatan dengan mendapatkan suami yang memanfaatkan situasi ini untuk memperdaya istri semakin terbuka. Apalagi jika telah dikaruniai anak, maka kerap kali perempuan masih mau bertahan dalam derita karena merasa kasihan jika anaknya harus mendapati kedua orangtuanya berpisah.
Apalagi jika perempuan itu masih sangat percaya suaminya bisa berubah menjadi penyayang. Maka seribu nasihat tidak akan mempan, bahkan korban akan membela pelaku KDRT. Lalu apa yang harus dilakukan?
1. Kenalilah Calon Suami
Lihatlah apakah dia tipe penguasa atau pengayom. Bisa dikenali dari sikap dan kebijaksanaannya.
2. Bagaimana Cara Dia Memperlakukan Orangtua
Jika orangtuanya masih hidup, amatilah bagaimana caranya memperlakukan orangtua. Hal ini pun berlaku kepada orang yang lebih tua. Kemungkinan besar, demikianlah kira-kira ia akan memperlakukanmu.
Lalu lihatlah bagaimana cara berfikirnya, cara mencari solusi bagi masalah-masalah hidupnya. Setelah itu lihatlah cara ia mengatur emosi ketika terjadi perbedaan pendapat dengan keluarganya.
3. Menikah Berarti Memilih Calon Ayah untuk Anak Anda
Tanyakan pada dirimu sendiri apakah dirimu ridha jika kelak anak lelakimu berlaku seperti calon suamimu itu. Untuk para perempuan: pantaskan dirimu, pertama jadilah perempuan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai bidangnya. Kedua, jadilah perempuan berakhlakul karimah sesuai dengan adab yang berlaku. Ketiga, jadilah perempuan yang mandiri secara ekonomi.
Semoga dengan demikian akan terhindar dari KDRT dan jika tidak mampu menghindarinya. Jika memiliki ketiga perkara tersebut, maka perempuan akan bisa memberi keputusan terbaik bagi masa depannya.
Salam perempuan Indonesia berdaya