Cara Mengatasi Kecemasan Saat Menanti Keputusan dalam Pilkada

 Cara Mengatasi Kecemasan Saat Menanti Keputusan dalam Pilkada

Cara Mengatasi Kecemasan Saat Menanti Keputusan dalam Pilkada

HIDAYATUNA.COM – Kecemasan kerap menghampiri kita saat menanti sesuatu yang penting dan menentukan masa depan. Dalam momentum pilkada serentak 2020 kali ini, kecemasan tidak hanya menghampiri para kandidat calon kepala daerah. Tetapi bahkan sampai menjangkiti para pemilihnya.

Harap-harap cemas menjadi hal yang biasa dalam sebuah kompetisi karena memang hidup tidak selalu penuh keindahan. Kecemasan seringkali berkaitan dengan harapan kita atau ekspektasi yang tinggi pada apa yang kita pilih. Meletakkan pilihan dengan harapan tinggi tentu tidak salah. Namun Anda tetap harus mewaspadai akibat yang ditimbulkan dari ekspektasi saat menanti keputusan tersebut.

Kecemasan dapat dihindari dengan menyiapkan perasaan ikhlas jika apa yang diharapkan akhirnya tidak sesuai dengan keputusan yang dihasilkan. Apa pun hasil akhir, tetap terima dengan legawa dan tenang. Tidak gegabah melakukan hal-hal yang tidak semestinya, seperti berlaku curang dan menyalahi ketentuan yang ada.

Tidak fanatik terhadap salah satu pilihan juga menjadi syarat wajib untuk menghindari kecemasan yang berlebihan. Ketahuilah, bahwa apa yang kita pilih merupakan ciptaan-Nya sehingga mungkin saja tidak sempurna.

Terutama jika yang kita piluh tersebut manusia, wajar saja jika harus tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini tidak lantas membuat cemas karena hal itu tidak akan menghasilkan solusi yang ada justru menambah cemas.

Cara Mengatasi Kecemasan

Maka berikut ini adalah cara mengatasi kecemasan saat menanti detik-detik keputusan yang dapat Anda terapkan.

1. Bersikap Santai dan Biasa Saja

Anda cemas atau tidak, hidup harus tetap berjalan. Jalanilah hidup dengan apa adanya dan bersikap santai seolah biasa saja. Jika dalam perjalanan Anda ditanya perihal kegagalan, jawab saja jika memang ini belum rezeki Anda. Bisa saja Allah sudah mempersiapkan segala kebaikan yang lebih daripada apa yang Anda harapkan.

Orang lain akan memahami apa yang Anda rasakan jika Anda bersikap santai dan lebih terbuka. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi untuk meraih simpatik orang lain. Sikap santai menjadikan seseorang kita lebih mudah dalam menghadapi masalah.

2. Mengontrol Diri

Kemampuan mengendalikan keinginan-keinginan yang ada di dalam diri penting dalam menangani kecemasan yang melanda. Kita harus menyesuaikan keinginan dan kemampuan. Ingatlah kisah Umar bin Khatab. Dia berjalan bersama rombongannya. Tiba-tiba dia langsung duduk. Rombongan bertanya-tanya ada apa dengan khalifah.

Seorang muslim bertanya, ‘ya khalifah, kenapa tiba-tiba engkau duduk?’ Kemudian khalifah menjawab dirinya takut diselimuti kesombongan. Dirinya merasa kesombongan akan datang di saat dia berjalan dengan rombongannya kemudian disapa, dipuji, dan diagung-agungkan oleh siapapun yang melihatnya.

Apa yang dilakukan Umar adalah mengetahui adanya sifat buruk dalam dirinya, sekaligus dia mampu untuk menyembuhkannya sendiri.  Kemampuan seperti inilah yang mampu membuat orang tidak cemas sampai gila.

3. Mengalihkan Perhatian pada Hal yang Positif

Mengerjakan hal-hal lain dapat mengatasi kecemasan, hal ini dilakukan sebagai upaya pengobatan dari penyakit mental ini. Lakukan apa yang membuat Anda senang dan merasa tidak terbebani lagi dengan kegagalan sebelumnya.

Ambil waktu jeda untuk sekadar melakukan perjalanan yang menyegarkan pikiran, atau bercocok tanam. Anda akan merasakan kepuasan sebagai pengganti kegagalan sebelumnya dengan hasil panen dari apa yang Anda tanam.

Dengan begitu, ketika nanti Anda memiliki kesempatan lagi untuk melakukan hal yang sama saat gagal. Anda tidak akan menyerah sebelum berusaha atau tidak merasa putus asa.

4. Bangkit dan Belajar dari Pengalaman

Sekarang saatnya Anda kembali menentukan langkah dan kembali memperbaiki strategi. Kesalahan di masa lampau bukan hal yang harus disesali, dan kecemasan kemarin telah usai. Berterima kasihlah karena justru itu adalah batu lompatan Anda. Kadang kita memang harus berhenti dua langkah untuk mencapai lima langkah di depan.

Coba perhatikan kisahNabi Musa menghadapi Firaun. Itu jelas sangat berat. Namun Allah menunjukkan segala hal mungkin terjadi. Kalau memang Allah sudah sayang dengan hamba maka pasti akan ada pertolongan. Musa sudah berjuang maksimal, namun kalau dia berjuang sendirian melawan Firaun pasti kalah. Maka Allah membantunya dengan mu’jizat.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *