Cara Kaum Musyrik Munafik Mencaci Nabi Muhammad

 Cara Kaum Musyrik Munafik Mencaci Nabi Muhammad

Teladan Kesabaran dari Para Utusan Tuhan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Nabi Muhammad Saw adalah orang yang paling jujur dan berakhlak mulia di muka bumi. Meski begitu, tetap saja kaum musyrik dan munafik mencaci beliau.

Cara-cara kaum musyrik dan munafik mencaci Nabi Saw itu dijelaskan dalam tafsir Kementerian Agama. Alquran juga mengabadikannya dalam tafsir Surah Al-Kausar ayat pertama.

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ

“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” (QS Al Kausar: 1)

Asbabun nuzulnya ayat Alquran ini ialah terkait adanya orang yang membenci dan menghina Nabi Muhammad Saw. Adapun maksud dari ayat pertama Surah Al-Kausar sebagaimana dijelaskan Tafsir Kementerian Agama adalah sebagai berikut:

“Wahai Nabi Muhammad, sungguh Kami telah memberimu nikmat yang banyak dan langgeng, meliputi kenikmatan duniawi maupun ukhrawi. Seperti kenabian, Alquran, syafaat, telaga di surga, dan sebagainya.”

Anugerah Allah kepada Nabi Muhammad yang Tidak Dimiliki Orang Lain

Dikutip dari Republika.co.id, Allah SWT. telah menerangkan bahwa Dia memberi Nabi Muhammad nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya. Walaupun (orang musyrik) memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan kekurangan akal dan pengertian mereka.

Pemberian itu berupa kenabian, agama yang benar, petunjuk-petunjuk dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Orang-orang musyrik di Makkah dan orang-orang munafik di Madinah mencaci Nabi Saw, mereka mengatakan bahwa pengikut-pengikut Nabi Muhammad terdiri dari orang-orang biasa yang tidak mempunyai kedudukan.

Kalau agama yang dibawanya itu benar, tentu yang menjadi pengikut-pengikutnya orang-orang mulia yang berkedudukan di antara mereka. Ucapan ini bukanlah suatu keanehan, karena kaum Nabi Nuh juga telah menyatakan yang demikian kepada Nabi Nuh.

Sebagaimana firman Allah: Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.” (QS Hud: 27)

Sunnatullah yang berlaku di antara hamba-hamba Allah, bahwa mereka yang cepat menerima panggilan para Rasul adalah orang-orang biasa atau orang lemah. Sebab mereka tidak takut kehilangan pangkat atau kedudukan karena mereka tidak mempunyai keduanya.

Dari sana, pertentangan pun terus-menerus terjadi antara yang merasa terpandang dengan para Rasul. Tetapi Allah senantiasa membantu para Rasul-Nya dan menunjang dakwah mereka.

 

Sumber : Republika

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *