CAIR Usut ‘Mata-mata’ Penyebab Teror, Kecemasan Kelompok Muslim AS
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Kelompok advokasi Muslim-Amerika melaporkan bahwa mata-mata telah menyusup ke pemerintahan. Hanya beberapa hari kemudian, organisasi tersebut mengatakan bahwa seorang “mata-mata” di sebuah masjid AS telah memberikan informasi kepada kelompok “anti-Muslim”.
Dua insiden itu, yang diungkap Council on American-Islamic Relations (CAIR), telah mengguncang para pendukung Muslim di Amerika Serikat. Mereka juga memperbaharui kekhawatiran lama soal mata-mata.
“Masyarakat terkejut dan sedih mengetahui tentang situasi ini. Tetapi banyak orang juga tidak terkejut bahwa kelompok kebencian anti-Muslim menargetkan CAIR. Dan memata-matai dengan cara ini,” kata Whitney Siddiqi, Direktur Urusan Masyarakat di CAIR-Ohio. Dilansir dari Al Jazeera, Jumat (31/12/2021).
CAIR mengatakan pada 15 Desember bahwa mereka telah memecat Romin Iqbal, direktur eksekutif. Pihaknya juga telah menghukumnya di wilayah Columbus-Cincinnati, karena “pelanggaran etika dan profesionalitas.
Pihaknya menuduh Iqbal menyerahkan informasi rahasia kepada Investigative Project on Terrorism (IPT). Ini merupakan sebuah kelompok yang dikatakan oleh Southern Poverty Law Center (SPLC). Sebuah organisasi hak-hak sipil yang melacak kelompok-kelompok kebencian di AS, didirikan oleh “anti- aktivis muslim”.
Mata-mata Ciptakan Ketakutan
Secara terpisah, kantor nasional CAIR di Washington, DC mengatakan pada 21 Desember bahwa individu lain yang menjadi sukarelawan di sebuah masjid AS. Ia mengatakan bahwa dia dibayar oleh Steven Emerson, direktur eksekutif IPT, untuk memberikan informasi tentang komunitas tersebut.
“Pembaruan komunitas: ‘mata-mata’ IPT kedua telah secara sukarela maju, mengaku dan setuju untuk bekerja sama dengan kami. Dia bukan bagian dari CAIR. Dia adalah seorang sukarelawan aktif di sebuah masjid besar yang diundang ke pertemuan & acara komunitas nasional,” kata CAIR dalam Twitternya.
CAIR mengatakan salah satu tujuan mata-mata adalah untuk menciptakan “ketakutan dan ketidakpercayaan di komunitas kita sendiri”. Tetapi dia menekankan bahwa CAIR bergerak maju “dengan transparansi” dan menggandakan upayanya untuk memerangi Islamofobia.
“Sekali lagi, kami menyadari kehancuran berita ini dan tentu saja membutuhkan waktu untuk memprosesnya. Tetapi sesuatu yang positif untuk keluar dari ini adalah fakta bahwa kami memperkuat koneksi kami dan pekerjaan kami untuk melindungi dan membela Muslim,” jelasnya.