Buya Syafii Maarif: Muhammadiyah dan NU Tenda Besar Bangsa
HIDAYATUNA.COM – Menarik sekali membaca tulisan Buya Syafii Maarif yang begitu mendalam tentang “Pesan untuk Muhammadiyah dan NU” kolom Opini Kompas hari Selasa (5/1). Beliau secara luas dan luwes memberi nasihat apa yang seharusnya dilakukan Muhammadiah dan NU dalam berbangsa dewasa ini.
Pesan-pesan konkrit beliau sampaikan menjadi mata air yang jernih ditengah banjirnya kegandrungan umat dalam untuk kembali belajar agama. Sebuah fenomena yang menggembirakan sekaligus memilukan, kenapa? Karena fenomena itu dibarengi dengan upaya masuknya ideologi impor dengan teologi kebenaran tunggal.
Laju infiltrasi ideologi luar yang mengancam keutuhan bangsa harus dibendung, disinilah peran dua ormas terbesar di Indonesia benar-benar dibutuhkan untuk menjadi benteng.
Fenomena Arab spring yang sampai masih berlanjut menjadi alarm keras bagi bangsa kita untuk lebih mawas diri dalam mengelola perbedaan. Peperangan yang meluluhlantahkan negara-negara Arab bukan tidak mungkin akan menjalar, atau paling tidak membawa dampak negatif bagi negara kita.
Meskipun tidak bisa dipungkiri, bahwa tidak jarang Muhammadiyah dan NU dalam beberapa kesempatan mengalami gesekan, persaingan dan berhadap-hadapan dalam suatu moment tertentu.
Akar perbedaan biasanya berkutat pada persoalan mazhab, sejarah dan kepentingan politik harus bisa diredam.
Muhammadiyah dan NU Melindungi Umat
Buya berharap Muhammadiyah dan NU yang menjadi reperesentasi umat untuk bergandengan tangan dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan yang dewasa ini muncul.
Langkah-langkah konkrit dibutuhkan bekerjasama melakukan kerja-kerja bersama membersamai umat, bukan hanya dalam ruang lingkup organisasi semata lebih dari itu harus dalam bingkai kebangsaan.
Muhammadiyah dan NU harus menjadi tenda besar untuk melindungi umat. Melindungi dari panas terik atau bahkan banjir bandang imbas pertarungan politik praktis yang telah menyeret bendera agama. Kompleksitas persoalan kebangsaan yang dihadapi sekarang harus segara diatasi sebelum bertambah buruk.
Jurang-jurang kesenjangan juga kian melebar. Keterbelahan umat dalam dua kubu besar menambah lebar jurang pemisah itu. Umat Islam sebagai mayoritas sangat merasakan dampaknya.
Di sinilah Muhammadiyah dan NU harus hadir menjadi perkat dan memperpendek jarang dari jurang pemisah tersebut. Peran Muhammadiyah dan NU menjadi pengayom serta penganyam persatuan.
Generasi Baru
Tugas lain yang tidak kalah penting Muhammadiyah dan NU adalah mencetak kader-kader unggul perekat bangsa.
Generasi-generasi baru yang terbuka, luas pergaulannya dan mampu keluar dari kotak-kotak sempit perbedaan.
Pemuda sebagai generasi baru harus membekali diri dengan banyak belajar dari kondisi dan mebaca. Bukan hanya membaca buku, jurnal dan karya ilmiah tetapi juga membaca keadaan zaman berikut tanntangan masa depan.
Sementara itu dalam jangka pendek Muhammadiyah dan NU harus mampu bersikap lebih dewasa dan terukur menghadapi isu-isu yang berkembang. Dengan begitu dua sejoli ini akan ammpu menunjukkan diri sebagai wajah Islam yang sesungguhnya di Nusantara, yaitu wajah Islam yang rahmatan lil alamin.
Pesan Buya Syafii ini harusnya menggedor kesadaran kita supaya dapat lebih banyak berbuat daripada meratapi keadaan.