Buku “Tuhan Ada di Hatimu” Karya Husein Ja’far Al-Haddar

Buku “Tuhan Ada di Hatimu” Karya Husein Ja’far Al-Haddar (Ilustrasi/Istimewa)
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – “Masjid bisa dirobohkan, Ka’bah bisa sepi, tapi hati manusia yang beriman akan abadi dalam ketaatan dan kecintaan pada-Nya.” (hal: 16).
Begitulah Habib Ja’far menutup prolognya untuk buku yang beliau beri judul Tuhan Ada di Hatimu.
Buku Tuhan Ada di Hatimu merupakan buku karangan Habib Husein Ja’far Al-Haddar yang diterbitkan pada 1 Juli 2020.
Buku yang terbit ketika dunia sedang diguncang oleh pandemi virus Covid-19 dan menjadi inspirasi bagi kita semua yang ketika pandemi sedang mengguncang dunia, segala macam bentuk aktivitas yang dilakukan di luar rumah termasuk beribadah di Masjid tidak bisa dilaksanakan.
Ka’bah yang biasanya ramai ketika musim haji tiba menjadi sangat sepi karena pemerintah memutuskan untuk tidak memberangkatkan calon jama’ah haji di tahun ini.
Terdiri atas empat bab, buku ini mengangkat fenomena isu-isu yang sedang marak berkembang dikalangan pemuda pemudi muslim Indonesia. Mulai dari hijrah, berislam secara bijak, akhlak dalam Islam dan toleransi dalam perbedaan pandangan.
Bagian pertama buku ini membahas tentang Hijrah. Fenomena hijrah yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah trend baru yang berkembang sangat masif dikalangan anak-anak muda.
Namun, fenomena yang bahkan dimotori oleh beberapa publik figur ini hanya bersifat ritual saja.
Ajaran Islam menjadi sangat kaku karena doktrin yang ditekankan hanya fokus pada aspek hukum tanpa mengimbanginya dengan aspek-aspek yang lain.
Sehingga, substansi hijrah yang sebenarnya dalam Islam tidak diperhatikan lebih mendalam.
Habib Ja’far menjelaskan bahwa hijrah seharusnya tidak hanya meliputi aspek hukum (fiqh) saja, tapi berbagai aspek keislaman lainnya.
Paling tidak, ada empat aspek yang harus dipegang teguh oleh umat islam apabila ingin berkomitmen untuk hijrah.
Yang pertama aspek spiritual, yang kedua aspek kultural, yang ketiga aspek filosofis, dan yang terakhir aspek sosial.
Keempat aspek ini saling terkoneksi dan melahirkan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.
Karena hijrah dalam islam tidak secara vertikal kepada tuhan saja, melainkan secara horizontal kepada orang lain.
Pada bagian kedua, Habib Ja’far dalam buku ini menjelaskan tentang bagaimana berislam secara bijak.
Di awal bab ini, beliau mengatakan bahwa benar saja tidak cukup, kebenaran harus bersayap kebaikan dan keindahan, maka jadilah ia makhluk bermana kebijaksanaan.
Masih relate dengan pembahasan di bab pertama, saat ini banyak sekali orang-orang yang sudah menyatakan dirinya berhijrah namun dengan lantang mereka suka sekali menyalah-nyalahkan orang lain.
Bahkan, mereka membungkus hal tersebut dengan dalil-dalil yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Padahal kata Islam sendiri secara etimologi berarti selamat.
Yang dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya sikap seorang muslim kepada sesama muslim dan kepada sesama manusia yang lain adalah menyebarkan kebaikan.
Apabila mengingatkan tentang suatu kebenaran, maka ingatkanlah dengan baik dan bijak.
Karena sejatinya kebaikan akan menjadi baik apabila kebaikan tersebut disampaikan dengan cara yang baik.
Kebenaran yang disampaikan harus berangkat dari keikhlasan dan bukan berangkat dari ego pribadi masing-masing.
Di bagian ketiga, Habib Ja’far mengajak kita semua untuk senantiasa meneladani akhlak baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akhlak merupakan simpul keislaman seseorang. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai sosok seorang manusia yang santun dan berakhlak mulia.
Bahkan jauh sebelum beliau diangkat menjadi Rasul Allah yang terakhir, orang-orang sudah mengenal sosok Nabi Muhammad saw. sebagai Al-Amin karena akhlak beliau yang dikagumi dan dapat dipercaya oleh orang-orang Quraisy pada masa itu.
Maka jangan salah apabila ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. selalu mengedepankan aspek berakhlak yang baik kepada sesama.
Karena muslim adalah seseorang yang tidak mengganggu orang lain dengan tangan dan lisannya. Akhlak juga merupakan aspek yang harus diutamakan dalam berhijrah.
Kesempurnaan seseorang dalam beragama Islam adalah kesempurnaan akhlak.
Dan sebaik-baiknya hijrah adalah beralih dari akhlak yang buruk menuju akhlak yang baik, dari akhlak yang kurang sempurna menjadi akhlak yang sempurna.
Dan pada bagian akhir, Habib Ja’far mengangkat tentang toleransi ditengah perbedaan pendapat.
Habib mengangkat beberapa isu seperti isu musik haram dan diharamkannya menonton film.
Kedua kasus tersebut merupakan suatu Khilafiyah atau perkara yang para ulama memiliki padangan yang berbeda-beda terkait hukum perkara tersebut.
Namun hal yang lebih ditekankan adalah bagaimana menyikapi perbedaan dalam berpandangan.
Karena para Nabi-nabi terdahulu saja woles dalam perbedaan pandangan dan saling menghormati satu sama lain.
Bangsa Indonesia sejak dulu sudah memegang teguh prinsip-prinsip toleransi dalam beragama dan berpendapat.
Prinsip kuat yang dipegang teguh oleh bangsa ini adalah komponen utama yang membentuk Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Perbedaan dalam bermadzhab dan berkeyakinan harus dilindungi dan harus saling menghargai.
Karena sejatinya Islam itu pasti moderat, kalau tak moderat maka pastinya itu bukan Islam.
Berangkat dari ulasan singkat diatas tentang buku Tuhan Ada di Hatimu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sejatinya agama merupakan sesuatu yang simple, mudah namun memiliki nilai yang mendalam.
Agama bukan sekedar unsur dogmatis yang terjebak dalam simbol dan hitung-hitungan saja.
Lebih dari itu, agama merupakan sesuatu yang berusaha mendekatkan seorang hamba kepada sang pencipta melalui berbagai macam aspek dalam kehidupan.
Allah Ta’ala menciptakan manusia dimuka bumi ini untuk beribadah kepadanya.
Maka bagaimanapun perbuatan kita, kemanapun kita pergi dan bahkan seberapa banyakpun dosa dan kesalahan kita kepada Allah Ta’ala Tuhan kita semua, Tuhan tidak pernah meninggalkan seorang hambanya sendirian, karena Tuhan ada dihati kita semua.
Tuhan tak ada di Ka’bah, Tak ada di Vatikan dan juga tak ada di Tembok Ratapan.
Buku ini mengajak kita mendalami nilai-nilai keislaman yang penuh cinta dan kesantunan serta beberapa pembahasan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits dengan menggunakan pendekatan yang lebih kekinian sesuai dengan trend anak-anak muda masa kini.
Sesuai dengan karakter dan cara berdakwah Habib Ja’far yang lebih akrab dengan anak-anak muda.
Penggunaan Bahasa yang lebih sederhana dan mudah untuk dipahami memudahkan setiap pembacanya.
Judul Buku : Tuhan Ada di Hatimu
Penulis : Husein Ja’far Al-Haddar
Cetakan : Pertama, 1 Juli 2020
Jumlah Halaman : 203 Halaman
ISBN : 978-623-242-147-9
[]