Bukan Hal Boros, Islam Anjurkan Traveling

 Bukan Hal Boros, Islam Anjurkan Traveling

Bukan hal

HIDAYATUNA.COM – Traveling atau perjalanan tidak jarang dipandang sebagian orang sebagai aktivitas yang menghambur-hamburkan uang saja.

Namun, tidak banyak orang juga yang mengetahui bahwa dengan melakukan traveling, ada segudang manfaat yang bisa kita dapatkan selain dari rasa senang itu sendiri.

Setelah berhari-hari lelah bekerja, berangkat pagi pulang sore, belum lagi harus mengerjakan aktivitas lainnya. Serangkain kesibukan ini tentu saja membuat lelah, baik lelah fisik maupun lelah pikiran.

Sehingga, bukan menjadi hal yang salah jika menggunakan sebagian hasil jerih payah kita untuk traveling dan memanjakan diri sendiri. Bahkan Nabi Muhammad Saw pun juga melakukan traveling.

Beliau melakukan perjalanan sangat jauh sebagai seorang musafir. Nabi Saw menjadi musafir untuk berhijrah, berjihad, berumrah, dan juga berhaji. Melalui Ibnu Qoyyim al-Jauziyah mengatakan bahwa Nabi Saw pergi saat hari Kamis. Beliau pun juga berdoa kepada Allah SWT supaya umatnya diberi berkah saat pagi harinya.

Ibn Battuta Sang Traveler Sejati

Menyadari betapa pentingnya traveling, di dalam Al Quran pun banyak sekali seruan-seruan yang menganjurkan kita untuk melakukan traveling. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al Quran surat Al-Mulk ayat 15:

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Islam tidak pernah melarang umatnya untuk pergi berlibur. Bahkan Islam sangat menganjurkannya karena ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan.

Seorang tokoh Muslim yang dikenal sebagai seorang traveler sejati adalah Ibn Battuta. Beliau adalah seorang kelahiran Tangier, Maroko pada tahun 1304 yang memiliki nama asli Abu Abdullah Muhammad.

Diketahui bahwa Ibn Battuta sudah mulai melakukan perjalanannya untuk berkeliling dunia sejak berusia 20 tahun. Sebanyak 44 negara sudah berhasil dikunjunginya, termasuk menjalankan ibadah haji sebanyak 4 kali.

Motivasi terbesarnya melakukan perjalanan berkeliling dunia adalah untuk menambah pengetahuan dan mencari guru serta perpustakaan yang terbaik.

Ibn Battuta kembali ke Maroko saat dirinya sudah berusia 51 tahun. Hal ini bisa dibayangkan betapa kayanya pengetahuan Ibn Battuta akan dunia ini.

Ia bertemu dengan orang-orang yang berbeda karakter, budaya yang beragam, kondisi lingkungan dan sosial yang juga berbeda, dan masih banyak lagi.

Traveling Sebagai Terapi Fisik, Pikiran, dan Mental

Dalam menjalani kesibukan sehari-hari, fisik, pikiran, dan mental kita benar-benar diperas. Ketika kita sudah merasa lelah, otomatis hal tersebut akan memengaruhi pekerjaan kita. Di mana performa kerja kita akan mengalami penurunan.

Oleh karena itu, kita perlu untuk memulihkannya kembali yang salah satunya melalui traveling. Dengan traveling, kita bisa rileks dan mengosongkan pikiran sejenak untuk fokus pada liburan kita.

Melihat pemandangan dan merasakan suasana yang berbeda, jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan polusi, serta terhindar dari tumpukan pekerjaan adalah sebuah momen istimewa yang langka kita dapatkan.

Di momen seperti inilah harus bisa kita manfaatkan sebaik mungkin. Karena traveling sekaligus menjadi sarana terapi dan healing bagi diri kita.

Tubuh menjadi lebih fit, pikiran menjadi lebih fresh, begitu pun stres kita juga akan banyak terkurangi dengan berlibur. Hal inilah yang diharapkan bisa mengembalikan performa kerja kita bahkan meningkatkannya setelah menyelesaikan liburan tersebut.

Traveling Membuat Kita Paham Makna Toleransi

Toleransi adalah suatu keharusan. Karena dengan toleransilah yang menjadi kunci kedamaian selama hidup di dunia ini. Untuk memahami secara dalam makna dari sebuah toleransi, maka traveling bisa menjadi media pembelajaran yang efektif.

Selama perjalanan, kita akan dipertemukan dengan orang yang berbeda dan melihat secara langsung bagaimana kondisi sosial setiap daerah.

Melalui realita inilah yang menjadi pengalaman sekaligus pembelajaran untuk kita agar sadar bahwa dunia ini sangatlah berwarna. Dengan kita mengetahuinya, maka kita paham bahwa memahami satu sama lain di tengah perbedaan adalah suatu hal yang membahagiakan.

Kita dapat hidup berdampingan tanpa merasa risih, diri kita juga dilatih untuk menjadi lebih open minded, keterampilan sosial kita juga akan mengalami peningkatan, dan pastinya pengetahuan yang berlimpah siap kita tampung.

Jadi, mulai sekarang jangan ragu menyisihkan tabungan untuk traveling. Ini sebagai bentuk rasa syukur kita karena rezeki dari Allah SWT bisa digunakan untuk menyayangi diri sendiri.

Jangan juga merasa khawatir akan dikatakan sebagai pemboros. Justru share-lah momen traveling kita melalui media sosial.

Siapa tahu banyak orang yang tertarik dan sekaligus ini sebagai upaya kita mengenalkan kekayaan wisata guna mendongkrak perekonomian warga di sekitar tempat wisata tersebut.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *