Bom Dan Burung Jatuh Di Makam Mbah Usman
Cerita tentang karomah para auliya dan ulama di setiap pesantren hampir selalu ada dan menjadi legenda setiap zaman. Termasuk kisah karomah Mbah Kiai Usman, menantu Mbah Soichah (pendiri Pesantren Tambakberas Jombang). Mbah Usman yang juga merupakan kakek buyut Gus Dur, mempunyai menantu Kiai Asy’ari yang berasal dari Demak.
Kelak, kiai Asy’ari mendirikan pesantren di dusun keras, tujuh kilometer arah selatan dari Tambakberas. Putra Kiai Asy’ari, Hasyim Asy’ari nantinya dikenal sebagai tokoh sentral pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama bersama KH. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri.
Mbah Usman sendiri makamnya terletak di dusun Gedang, arah timur masjid Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum di belakang ribath Al Usmani asuhan KH. Fathullah Malik. Sebagai pemangku pesantren yang tergolong tertua di Jombang, konon menurut cerita para tetua di dusun Gedang, Mbah Usman adalah kiai yang sangat alim, ahli tirakat dan termasuk auliya’ yang dikenal punya kelebihan atau karomah.
Salah satu kisah popular tentang karomah Mbah Usman adalah kesaksian penduduk setempat yang sering menyaksikan burung jatuh diatas makamnya. Bukan hanya itu, pada masa Belanda banyak peristiwa yang tak masuk akal yang dijumpai. Sebagaimana dituturkan Pak Fatih, juru kunci Mbah Usman, “Kulo taksek menangi zaman riyen, menawi wonten manuk liwat teng ndukure makam Mbah Usman mesti lugur. Sebab bapak kulo ben injing pas nyampu makam mesti nemu manuk mati katah ten ndukure makam Mbah Usman. Niku pun suwur. Termasuk pas zaman penjajahan sering katah nemu bom, granat, peluru ten sekitar makam Mbah Usman…” (Saya masih mengalami zaman dahulu, kalau ada burung terbang diatasnya makam Mbah Usman pasti jatuh. Sebab bapak saya tiap pagi, ketika menyapu makam pasti banyak burung mati diatas makam Mbah Usman. Itu sudah terkenal. Termasuk saat zaman penjajahan, sering ditemukan bom, granat, peluru disekitar makam Mbah Usman).
Yang jelas, karomah Mbah Usman ini telah dibuktikan dari munculnya generasi hebat dari keturunan beliau. Ketiganya merupakan tokoh besar yang punya kontribusi besar bagi berdiri dan berlangsungnya NKRI. Mereka adalah KH. Abdurrahman Wahid bin KH. Wahid Hasyim bin KH. Hasyim Asy’ari.
Tak heran jika saat menjadi Presiden RI sekitar tahun 2000, Gus Dur memugar makam kakek buyutnya sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur. Sampai sekarang makam Mbah Usman tak pernah sepi dari para peziarah yang sengaja datang untuk ngalap berkah. Bahkan lokasi makam digunakan sebagai tempat rutinan istighotsah Ahad Pon yang diasuh oleh salah satu pengasuh PBNU yaitu KH. Fadhlulloh Malik atau Gus Fadh.
Sumber : Tambakberas, menelisik Sejarah memetik Uswah – 2018
*Ditulis oleh Gus Syifa Malik