Bolehkah Memotong Kuku dan Rambut Saat Menstruasi?
HIDAYATUNA.COM – Memotong kuku dan rambut merupakan salah satu bentuk dari menjaga kebersihan dan kerapian. Masyhur kita dengar bahwa Allah menyukai kebersihan dan kerapian, sehingga dalam keadaan tertentu disunahkan membersihkan diri dan memakai wewangian. Namun bagaimana jika maksud membersihkan diri dengan memotong kuku dan rambut dilakukan oleh permpuan ketika menstruasi?.
Syekh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Fatawa al-Kubro mengatakan sebagai berikut:
وَمَا أَعْلَمُ عَلَى كَرَاهِيَةِ إزَالَةِ شَعْرِ الْجُنُبِ وَظُفُرِهِ دَلِيلًا شَرْعِيًّا، بَلْ قَدْ «قَالَ النَّبِيُّ لِلَّذِي أَسْلَمَ: أَلْقِ عَنْك شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ» . فَأَمَرَ الَّذِي أَسْلَمَ أَنْ يَغْتَسِلَ، وَلَمْ يَأْمُرْهُ بِتَأْخِيرِ الِاخْتِتَانِ، وَإِزَالَةِ الشَّعْرِ عَنْ الِاغْتِسَالِ، فَإِطْلَاقُ كَلَامِهِ يَقْتَضِي جَوَازَ الْأَمْرَيْنِ، وَكَذَلِكَ تُؤْمَرُ الْحَائِضُ بِالِامْتِشَاطِ فِي غُسْلِهَا مَعَ أَنَّ الِامْتِشَاطَ يَذْهَبُ بِبَعْضِ الشَّعْرِ
Artinya: “Aku tidak mengetahui adanya dalil syariat yang memakruhkan untuk memotong rambut atau kuku bagi orang yang junub. Bahkan Nabi Saw memerintahkan orang yang masuk Islam “Hilangkanlah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah”. Beliau memerintahkan orang yang masuk Islam untuk mandi dan tidak memerintahkan agar memotong rambut dan khitannya dilakukan setelah mandi. Maka perkataan beliau ini menunjukkan kebolehan dua perkara (memotong sebelum mandi atau sesudahnya). Dan orang yang haid diperintahkan untuk menyisir rambutnya padahal menyisir dapat membuat rambutnya rontok.”
Jika ditelusuri dalam Alquran tidak ada dalail yang secara tegas melarang perempuan sedang menstruasi atau dalam keadaan hadas untuk memotong kuku dan rambut. Dalam suatu Riwayat diceritakan bahwa ketika Aisyah RA menunaikan haji Wada’ bersama Nabi SAW, ia mendapati dirinya haid. Nabi SAW memintanya untuk mandi dan bersisir. “Uraikan rambutmu dan bersisirlah. Serta berihlal (talbiyah) dengan haji dan tinggalkan umroh,” sabda Beliau SAW. (HR Bukhari Muslim).
Lebih lanjut mngenai persoalan ini, kalnagan ulama Syafi’I dalam kitab Tuhfatul Muhtaj (4/56) Ahli secara tegas memperbolehkan kaum wanita yang haid atau nifas memotong kuku, mencukur bulu ketiak/ kemaluan, dan seterusnya.
Meskipun begitu dalam melihat suatu persoalan hukum yang dikedepankan adlah kehati-hatian. Bahwa ada juga yang berpendapat jika anggota badan kan kembali kepada pemiliknya diakhirat nanti. Ini menjadi alasan tidak diperkenankannya memotong kuku dan rambut saat menstruasi. Oleh karenanya dalam Uyunul masail lin nisa, Lirboyo : Lajnah Bahtsul Masail Madrasah Bidayatul Mubtadi’in, 2003 dijelaskan Jika terlanjur memotong kuku saat haid, maka yang wajib dibasuh adalah tempat (bekas) anggota yang dipotong bukan potongan dari anggota itu.
Imam al-Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, juga Syekh Zainuddin Ahmad bin Abdul Aziz dalam kitab Fathul Muin:
وينبغي أن لا يزيلوا قبل الغسل شعرا أو ظفرا وكذا دما لان ذلك يرد في الآخرة جنبا
Artinya: “Sebaiknya sebelum mandi jangan membuang rambut, kuku, dan juga darah. karena sesungguhnya semua itu kelak di akhirat akan dikembalikan masih dalam keadaan junub.”
Persoalan memotong kuku dan rambut saat menstruasi dikalangan ulama masih diperselisihkan. Maka dari itu, hukum memotong kuku dan rambut diperbolehkan, namun demi kehati-hatian ada baiknya mengikuti anjuran Imam Al-Ghazali sebaiknya menunggu keadaan suci. Wallahu a’lam.