Bohong Pada Anak yang Sering Diremehkan Orangtua
HIDAYATUNA.COM – Sejak kecil kita selalu diajarkan untuk tidak berbohong dan berbuat jujur dengan siapa saja karena kejujuranlah yang akan dibawa kemana pun kita berada. Dengan begitu orang lain pun bisa percaya kepada kita.
Jika kita tidak bersikap jujur atau berbuat kebohongan, maka orang lain pun akan sulit untuk memercayai kita. Meskipun orangtua sudah mengajarkan kejujuran pada anaknya, namun kerap kali orangtua lupa atau tidak sadar bahwa dirinya juga telah berbohong kepada si anak.
Anda pasti pernah melihat anak yang sedang menangis. Lalu ibu atau ayahnya mengatakan, “Dek, itu ada burung”, sambil menunjuk ke salah satu arah.
Padahal kenyataannya burung yang sedang ditunjuk itu tidak ada. Alih-alih hanya untuk mendiamkan anak agar tidak menangis lagi, maka orangtua pun berbohong.
Inilah fenomena kebohongan yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya tanpa mereka sadari. Mereka menganggap hal ini benar karena tujuannya agar anak tidak menangis lagi. Namun tetap saja, ini adalah bentuk dari kebohongan.
Mestinya, orangtua bisa menghindari kebohongan kecil seperti disebutkan di atas dengan tetap bisa menenangkan sang anak. Misalnya dengan menunjuk dedaunan atau hewan yang memang hinggap di arah atas karena secara psikologi anak cenderung akan menghentikan tangisannya ketika melihat ke atas.
Sebagaimana dalam hadis riwayat Ahmad, Nabi saw bersabda:
“Barangsiapa berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah aku akan memberimu sesuatu’ namun tidak memberikan apa-apa maka perbuatannya itu termasuk dusta.”
Meskipun Remeh, Tetaplah Kebohongan
Berbohong kepada anak dengan menunjuk ke suatu objek yang sebenarnya tidak ada. Meskipun tampak remeh tetaplah ini adalah sebuah kebohongan.
Terkadang orang-orang menganggap anak kecil dengan sebelah mata dan saat dibohongi menjadi hal yang biasa saja. Namun tanpa disadari, perbuatan seperti ini mampu direkam oleh anak.
Untuk mendiamkan anak yang sedang menangis akan lebih baik jika diganti dengan cara yang lain daripada dengan berbohong. Misalnya saja diajak jalan-jalan ke tempat yang indah, mengajak anak bermain, atau mengajak anak untuk membuat sesuatu.
Walaupun berbohong adalah jurus jitu yang bisa membuat anak diam dari menangis dengan lebih cepat. Namun perbuatan itu tidaklah dibenarkan. Ini sama saja memberikan contoh yang tidak baik kepada anak.
Anak Bisa Meniru Kebohongan
Anak-anak adalah masa di mana ia akan meniru apa yang dilakukan oleh orang yang ada di sekelilingnya, tidak terkecuali dengan kebohongan. Jika kebohongan itu dilakukan lebih dari satu kali bahkan sering, maka seiring berjalannya waktu, anak akan terbiasa.
Ia mulai menyadari bahwa bohong itu adalah perbuatan yang boleh dilakukan sehingga bukan menjadi hal yang mustahil jika si anak akan meniru perbuatan buruk tersebut. Ia bisa saja membohongi orangtuanya, temannya, maupun saudaranya.
Jika perbuatan tersebut terus dilakukan, dampaknya adalah anak tidak akan dipercaya lagi dan bahkan perbuatan itu akan terbawa hingga dewasa. Ketika sudah dewasa, maka akan membutuhkan proses lagi agar kebiasaan berbohong bisa benar-benar hilang.
Orangtua Seharusnya Memberikan Teladan yang Baik
Melihat begitu besar dampak dari berbohong pada anak yang selama ini dianggap remeh, maka ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi orangtua. Agar bisa mencari alternatif lain untuk mendiamkan anak yang sedang menangis selain dengan cara berbohong.
Orangtua dianugerahi anak oleh Allah SWT., berarti wajib untuk bertanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan anak di dunia dengan memenuhi hak-haknya. Yakni dengan memberikan kasih sayang dan pendidikan.
Salah satunya adalah memberi suri tauladan yang baik berupa kejujuran. Dengan begitu, anak pun bisa tumbuh dewasa dengan membawa kepribadian yang positif.
Dengan begitu, mulai sekarang hindarilah untuk berbohong pada anak meski seremeh apa pun kebohongan itu. Sebab yang namanya kebohongan tetaplah memiliki dampak yang buruk dalam diri si anak.