Blokade Israel Picu Pengangguran Besar di Jalur Gaza
HIDAYATUNA.COM, Gaza – Data dari PBB menyatakan sekitar 80 persen penduduk Palestina bergantung pada bantuan pangan yang disediakan oleh UNRWA dan lembaga internasional. UNRWA sendiri adalah sebuah badan pembangunan bantuan dan manusia, memberikan pendidikan, kesehatan, layanan sosial dan bantuan darurat kepada empat ratus ribu pengungsi yang tinggal di Yordania, Lebanon dan Syria, juga di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Meskipun Israel mengizinkan sekitar 12.000 pekerja dari Jalur Gaza untuk bekerja di negara itu setelah perang terakhir pada Mei tahun lalu, namun mereka tidak memperoleh pekerjaan dengan gaji yanh layak.
Dilansir dari Arab News, Selasa (05/07), Hamed Jad, seorang ekonom dan direktur kantor surat kabar Al-Ayyam di Jalur Gaza, percaya bahwa para pekerja ini melunasi hutang lama, dan karena situasi pekerjaan yang tidak pasti, terpaksa menabung sedikit uang yang tersisa.
“Jumlah pekerja terbatas, dan Jalur Gaza telah (memiliki) kondisi ekonomi yang keras selama bertahun-tahun. Mereka yang punya uang takut akan masa depan. Kondisi politik dan keamanan tidak stabil,” kata Jad kepada Arab News.
Perekonomian Jalur Gaza terutama bergantung pada gaji mereka yang bekerja untuk Otoritas Palestina dan pemerintah Hamas di Gaza.
Sekitar 50.000 pekerja dan pensiunan di Jalur Gaza menerima gaji dan pensiun dari Otoritas Palestina. Sementara sekitar 40.000 dipekerjakan oleh pemerintah Hamas di Gaza.
Otoritas Palestina belum membayar gaji karyawannya di Tepi Barat dan Jalur Gaza karena krisis ekonomi. Pembayaran kemungkinan akan dilakukan pada hari Rabu. Itu akan diumumkan Perdana Menteri Palestina Muhammad Shtayyeh mengumumkan pada hari Senin.
Basem Skaik, seorang pedagang pakaian wanita, berdiri di depan pintu tokonya. Ia mengeluhkan sepinya pelanggan selama musim Idul Fitri.