Berkah Ramadan dengan Ngaji Kitab

 Berkah Ramadan dengan Ngaji Kitab

Perbanyak Tadarus Al-Qur’an di Bulan Suci Ramadan

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Ramadan yang lalu-lalu, seperti kebiasaan santri, saya tetap mengaji kitab-kitab khazanah pesantren, baik untuk di pesantren atau di luar pesantren.

Waktu luangnya sering saya gunakan untuk menulis buku. Biasanya buku-buku saya yang terbitkan setelah hari sebanyak dua atau tiga judul.

Tahun ini pesantren kami kedatangan beberapa santri menengah atas, setidaknya sedang mempelajari Alfiyah Ibnu Malik berkaitan dengan gramatika Arab.

Mereka meminta kepada saya untuk ngaji Bab Akidah Aswaja dan dalil-dalil Aswaja. Saya tawarkan kitab karya KH. Muhyiddin Abdussamad, Jember, berjudul Al-Hujaj Al-Qath’iyah. Alhamdulillah mereka menyetujui.

Setelah saya sadari kitab ini tebal sekali, sekitar 330 halaman. Ya Rabb, sepertinya saya tidak mampu membaca kitab ini seorang diri.

Karena kewajiban saya tidak sekedar membacakan teks-teks dan maknanya, tapi harus ada kesiapan belajar sendiri sebelum mengajarkan kitab tersebut.

Memori teringat pada tahun-tahun di bawah 2010, saat saya mengusulkan ngaji kitab di Al-Inabah, Ploso Tambaksari Surabaya.

Saya sebarkan selebaran foto kopi, tapi sayangnya saat itu tidak ada yang berminat. Tidak ada rasa kecewa. Sebab saya yakin bahwa niat melakukan kebaikan sudah berpahala meski belum diamalkan.

Pengasuh Ma’had Al Inabah tersebut adalah Kiai Kang Lukman. Setelah saya ajak tahun ini untuk membacakan kitab Al-Hujaj Al-Qathiyah dari awal hingga pertengahan Bab Haji, Alhamdulillah beliau berkenan.

Jam mengajar beliau adalah pagi dimulai jam 8. Sementara saya dari pertengahan hingga bab akhir, waktu saya adalah asar dan setelah tarawih.

Tidak hanya santri-santri besar yang mengaji kitab, juga beberapa santri belia yang kami didik dengan program Juz Amma dan kitab-kitab pondasi santri, yaitu Sullamut Taufiq dan Ta’lim Al-Mutaallim.

Saya berkewajiban memuliakan para pencari ilmu agama ini ke pesantren kami, karena secara etika keilmuan sudah sesuai dengan amaliah ulama Salaf, seperti yang diriwayatkan dari Imam Malik:

العلم يؤتى ولا يأتي

Artinya:
“Ilmu itu didatangi (ke tempatnya). Bukan mendatangi.” (Syekh Umar Al-Asyqar, Al-Madkhal ila Dirawat Al-Madzahib wal Madaris Al-Fiqhiyyah, hal. 136) []

 

Ma'ruf Khozin

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *