Berikut Bukti Kemajuan Ekonomi Masyarakat Arab Pra-Islam, Kenapa Disebut Jahiliyyah?

 Berikut Bukti Kemajuan Ekonomi Masyarakat Arab Pra-Islam, Kenapa Disebut Jahiliyyah?

Tiga Bentuk Reformasi Al-Qur’an Terhadap Tradisi dan Budaya Jahiliyah (Ilustasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Alquran telah mengabadikan informasi aktivitas bisnis masyarakat Arab pra-Islam dalam surat Al-Quraisy yang berbunyi,

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan melakukan perjalan dagang pada musim dingin dan musim panas.”

Tujuan perjalanan yang dimaksud adalah ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas. Leluhur Nabi Muhammad saw sendiri adalah salah satu tokoh yang melakukan perjalanan tersebut, yakni Hasyim.

Ayah Nabi saw, Abdullah dan paman Nabi Muhammad, Abu Thalib juga kerap melakukan perjalanan bisnis. Selain keluarga Nabi Muhammad, tokoh-tokoh Quraisy lainnya juga melakukan aktivitas bisnis serupa, di antaranya Abd Syams, Naufal dan Al-Muthalib, sebagaimana dikutip dalam bukunya Quraish Shihab yang berjudul Nabi Muhammad.

Aktivitas bisnis tersebut selain karena kebiasaan masyarakat Arab pra-Islam sendiri, juga karena faktor lokasi di semenanjung Arab.

Pasar-pasar Zaman Jahiliyyah

Philip K. Hitti dalam bukunya History of The Arabs menyebut kawasan semenanjung Arab telah dikenal baik oleh Bangsa Yunani dan Romawi karena lokasinya berada di jalur perdagangan mereka menuju India dan Cina.

Karena letaknya yang strategis itulah muncul pasar-pasar musiman di semenanjung Arab. Dalam buku karya Abdul Wadud berjudul Jejak Bisnis Sahabat Rasul terdapat beberapa pasar kuno Arab pra-Islam, yaitu:

1. Pasar Mushaqqar. Terletak di kota Hijar (Bahrain) yang berlangsung sebulan penuh dari tanggal 1 sampai 30 Jumadil Ula.

2. Pasar Daumatul Jandal. Pasar ini berlangsung dari tanggal 1 sampai 30 Rabiul Awwal.

3. Pasar Ukaz. Merupakan pasar paling besar dan terkenal di semenanjung Arab. Terletak dikota Al-athdia, antara Thaif dan Mekkah. Berlangsung selama 20 hari dari tanggal 1 sampai 20 Dzulqadah.

4. Pasar Dzul Majaz, Majinnah dan Mina. Pasar ini terletak diantara Mekkah dan Thaif juga. Setelah periode pasar Ukaz secara berurutan aktivitas ekonomi berlanjut di Pasar Majinnah sampai 30 Dzulqadah.

Kemudian lanjut di pasar Dzul Majaz dari tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah. Lalu pindah ke Mina bersamaan dengan musim Haji pada tanggal 9 sampai 11 Dzulhijjah.

1. Pasar Nazat. Pasar ini terletak di daerah Khaibar, yang berlangsung mulai tanggal 10 sampai akhir Bulan Muharram. Bersamaan dengan Pasar Nazat berlangsung juga Pasar Hijr di Yamamah.

2. Pasar Sohar. Pasar ini berlangsung mulai tanggal 20-25 Rajab, yang terletak di daerah Al-Batinah, termasuk kesultanan Oman.

3. Pasar Daba. Dimulai akhir Rajab dan terletak di semenanjung Uni Emirat Arab.

4. Pasar Sihr dan Rabiyah. Pasar ini terletak di Hadramaut. Pasar Sihr berlangsung dari tanggal 1 sampai 15 Sya’ban, sedangkan pasar Rabiyah berlangsung tanggal 15-30 Dzulqadah.

5. Pasar Aden dan San’a. Pasar Aden berlangsung pada 1-10 Ramadhan, sedangkan Pasar San’a berlangsung pada tanggal 10 sampai akhir Ramadhan. Keduanya terletak di daerah Yaman.

Daftar pasar-pasar diatas merupakan bukti kuat bahwa aktifitas ekonomi bangsa Arab pra-Islam telah maju. Philip K. Hitti bahkan menyebut mereka sebagai pelaku hubungan internasional paling awal.

Namun dengan bukti kemajuan perekonomian tersebut kenapa mereka masih juga disebut bangsa jahiliyyah yang secara lughawi berarti ‘kebodohan’.

Apakah mereka bodoh? Tidak. Mereka telah memiliki peradaban yang maju.

Selain perekonomian, berbagai bidang ilmu pengetahuan pun telah berkembang di sana, seperti ilmu astronomi, astrologi, kedokteran dan sebagainya.

Alasan Disebut Bangsa Jahiliyyah

Namun indikator-indikator kemajuan peradaban bangsa Arab pra-Islam saat itu tidak bisa menghapus label jahiliyyah.

Karena jahiliyyah menurut pandangan Islam adalah kondisi dekadensi (penurunan) moral. Ada bentuk-bentuk demoralisasi yang melekat pada bangsa Arab pra Islam. Setidaknya ada tiga faktor, yaitu:

1. Adanya aqidah atau ideologi yang rusak. Artinya keimanan mereka hanya sebatas lisan saja. Mereka enggan merefleksikan keimanan itu dalam kehidupan mereka.

Mereka yakin kalau Allah Maha Pencipta, namun di lain sisi mereka menyembah ciptaan Allah SWT itu sendiri (Syirik).

2. Berhukum dengan selain hukum Allah SWT. Maksudnya mereka memilih hukum yang sesuai dengan hawa nafsunya, hukum buatan manusia dan meninggalkan hukum-hukum Allah.

3. Kerusakan moral. Mereka membunuh setiap bayi perempuan hidup-hidup, mabuk-mabukan, berjudi, berzina, dan sebagainya.

Itulah ciri-ciri kenapa bangsa Arab pra-Islam disebut jahiliyyah saat itu. Bukan karena peradabannya yang maju, tapi karena demoralisasi saat itu.

Sebab itu, hendaknya kita mengambil pelajaran agar ciri-ciri jahiliyyah tidak melekat ke kita sebagai masyarakat modern. Jangan sampai gempuran informasi di era digital saat ini tidak terfilterisasi, sehingga memunculkan kembali kondisi demoralisasi.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *