Berhati-hatilah, Pikiranmu Adalah Ujianmu
HIDAYATUNA.COM – Allah Swt. memberikan ujian berupa pikiran kepada kita. Ujian ini tak diberikan kepada satu pun makhluk, kecuali manusia. Ujian pikiran ini akan membawa manusia pada kebahagiaan atau kesengsaraan sesuai dengan taufik yang diberikan kepada manusia.
Dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah disebutkan, bahwa ujian yang diberikan Allah kepada manusia adalah diciptakan-Nya dalam diri kita sebuah kekuatan. Inilah kekuatan yang menjadi ujian bagi manusia, yaitu pikiran. Kekuatan pikiran ini sekaligus menjadi pembantu kekuatan lain.
Kekuatan lain itu dinamakan akal. Meski akal menjadi pemimpin bagi pikiran, namun Allah memaksa akal untuk menerima segala yang diberikan kepadanya oleh pikiran. Allah Swt. tidak memberikan ruang bagi pikiran kecuali dalam kekuatan imajinasi.
Allah Swt. menjadikan tempat yang menghimpun segala sesuatu yang diberikan oleh kekuatan-kekuatan inderawi. Dia pun memberi kekuatan imajinasi dengan sebuah kekuatan lain yang disebut “kekuatan pemberi bentuk”. Kekuatan imajinasi hanya bisa mengaktualisasikan sesuatu yang diberikan oleh inderawi atau pemberi bentuk.
Allah Swt. memberikan pikiran kepada manusia sehingga kita dapat membedakan yang hak dan yang batil. Pikiran kemudian mengamati apa yang sedang terjadi. Bisa saja ia terjatuh pada ketidakjelasan, kadang juga ia sampai kepada petunjuk.
Meski demikian, pikiran tidak benar-benar memiliki ilmu tentangnya. Ia hanya menganggap dirinya tahu bentuk-bentuk kesamaran melalui petunjuk tersebut.
Seringkali kita merasa telah mendapatkan “ilmu”. Tanpa melihat bahwa materi-materi yang menjadi referensi itu sangat lemah. Hal itu kemudian diterjemahkan oleh akal dan ia menilai sesuai dengan yang ia dapat. Jelas bahwa sisi kebodohan akal jauh lebih banyak dari pengetahuannya.
Ujian nyata bagi pikiran ialah larangan untuk memikirkan Dzat Allah Swt. Sebagaimana dalam firman-Nya, “DIA memperingatkan kalian untuk berhati-hati terhadap Diri-Nya” (QS. 3:28, 30).
Pegangan bagi seseorang dengan akal tentang Allah dalam dirinya ialah kesadarannya bahwa Allah Maha kuasa terhadap segala sesuatu. Baik itu mustahil ataupun mungkin.