Bentrokan di Libya, Gencatan Senjata ‘Tidak Berguna’

 Bentrokan di Libya, Gencatan Senjata ‘Tidak Berguna’

HIDAYATUNA.COM – Bentrokan hebat telah meletus dan menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai dua lusin lainnya saat pasukan dari dua pemerintahan yang menjadi saingan atas kepemimpinan Libya bertempur. Bentrokan tersebut semakin mengikis rapuhnya status gencatan senjata yang ditengahi oleh Turki dan Rusia pada awal bulan ini.

Bentrokan itu terjadi pada hari Minggu kemarin, ketika komandan militer pemberontak Khalifa Haftar maju sejauh 120 kilometer dan merebut kota Misrata dan kota Abugrein, yang berada di bawah kendali Government of National Accord (GNA) Libya yang diakui oleh PBB.

Seorang juru bicara militer GNA, Mohamed Gnounou, mengatakan bahwa pada hari Minggu kemarin pasukan pemberontak itu juga telah menyerang ibukota Tripoli.

“Dengan pihak musuh yang terus-menerus melanggar status gencatan senjata yang ada, membuat status tersebut tidak berguna,” kata Gnounou dalam sebuah pernyataan yang diposting secara online.

“Ini adalah pelanggaran paling serius yang telah kami saksikan semenjak status gencatan senjata ditetapkan,” kata Tony Birtley dari Al Jazeera, yang melaporkan dari jalan-jalan Misrata.

Menyusul serangan mengejutkan dari pasukan Haftar ke wilayah yang dikuasai oleh GNA, pasukan militer dari pemerintah Fayez al-Sarraj [GNA] dengan cepat mengambil kembali kendali kota-kota yang sempat direbut dan terus maju ke daerah yang dikuasai oleh Libyan National Army (LNA) [pasukan militer Haftar] dan merebut kota Zamzam, lanjut Birtley.

“Ini menunjukkan bahwa GNA dapat merespon ketika dibutuhkan dan benar-benar membuat hidung pasukan Haftar berdarah,” tambahnya.

Misrata, yang terletak di Libya bagian barat, adalah kota terbesar kedua dan rumah bagi para milisi garang yang menentang Haftar dan telah menjadi kunci bagi pertahanan pemerintah Tripoli.

Pada awal bulan ini, pasukan Haftar juga telah merebut kota pesisir Sirte yang terletak sekitar 450 km di timur ibukota, sebuah pukulan besar bagi pemerintahan yang berbasis di Tripoli.

Dilaporkan, bentrokan mematikan itu terjadi hanya beberapa jam setelah misi PBB ke Libya yang mengecam ‘pelanggaran terang-terangan yang terus berlanjut’ oleh beberapa negara atas embargo senjata, sebuah poin utama yang telah dibahas pada pembicaraan damai pada pekan lalu di ibukota Jerman, Berlin.

“Selama 10 hari terakhir, sejumlah kargo dan penerbangan lainnya diamati telah mendarat di bandara-bandara Libya di bagian barat dan timur negara itu, menyediakan senjata canggih, kendaraan lapis baja, penasihat dan petarung kepada dua belah pihak,” kata sebuah pernyataan dari PBB.

Pada awal bulan ini, kelompok-kelompok suku kuat yang setia terhadap Haftar juga telah merebut beberapa terminal ekspor minyak besar di sepanjang pantai timur serta ladang minyak bagian selatan.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *