Benarkah Perempuan Penghuni Neraka Terbanyak?
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dulu ketika saya belajar di pondok pesantren, saya sering mendengar bahwa penghuni neraka terbanyak adalah perempuan.
Hal ini juga dijelaskan secara rinci dalam beberapa dalil keagamaan, misalnya dalam sebuah teks hadis Nabi yaitu sebagai berikut:
“Iththola’tu fil jannati wa ra-aytu aktsara ahlahaa al-fuqaraa-a wa-th-thola’tu fi-n-naari fa ra-aytu aktsara ahlahaa an-nisaa”
Artinya:
“Aku diperlihatkan pada surga dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang miskin. Dan aku juga diperlihatkan pada neraka dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah perempuan).” (HR. Bukhari)
Menurut penjelasan kiai saya di pondok, perempuan menjadi penghuni neraka terbanyak karena dia terlahir sebagai sumber fitnah.
Dengan begitu, perempuan dituntut untuk selalu menjadi manusia yang tidak banyak bicara, penurut dan selalu berdiam diri di dalam rumah.
Karena jika tidak begitu, potensi perempuan masuk neraka akan semakin besar. Namun sebagai perempuan saya tidak sepakat dengan tafsir-tafsir tersebut.
Karena sebagai manusia yang utuh, tidak mungkin jika seorang perempuan lahir secara otomatis mengantongi tiket neraka.
Saya juga meyakini bahwa Nabi Muhammad merupakan representasi Islam rahmatan lil’alamin.
Jadi, tidak mungkin beliau mengajarkan hal demikian. Sebab dalam pandangan Islam, seseorang masuk neraka bukan karena berjenis kelamin perempuan. Melainkan soal keimanan, kebaikan dan anugerah Allah Swt.
Di samping itu, Kiai Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya, Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah menyampaikan bahwa secara harfiah, orang miskin disebut sebagai penduduk surga, sementara orang kaya dan perempuan sebagai penduduk neraka.
Makna harfiah ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyudutkan perempuan.
Karena dalam pandangan ulama, kemiskinan tidak menjadikan seseorang masuk surga, tetapi sifat-sifat kebiasaannya, seperti sifat mudah menerima, bersabar, tenggang rasa, ramah, baik, dan bersedia melepas hartanya untuk kebaikan orang lain.
Amal perbuatan inilah yang membawa seseorang masuk surga. Begitupun sebaliknya, kekayaan seseorang tidak selalu membuat ia masuk neraka, tetapi sifat-sifat yang menjadi kebiasaannya, seperti serakah, sombong, dan menghalalkan segala cara.
Dalam tadarus subuh, Kiai Faqih juga memberikan analogi yang jelas bahwa fakir miskin dan perempuan bukanlah dua hal yang dapat dibandingkan, sehingga lafaz keduanya dalam hadis tersebut menjadi tidak apple to apple.
Perempuan merupakan jenis kelamin yang bersifat kodrati, sedangkan fakir miskin adalah keadaan yang bisa berubah berdasarkan upaya.
Jadi, aneh banget jika mau membandingkan dua hal yang sejak awal sudah tidak sebanding.
Oleh sebab itu, kita bisa menarik benang merah bahwa ungkapan “perempuan penduduk neraka terbanyak” itu adalah mitos.
Sebab, seseorang menjadi penduduk neraka bukan karena berjenis kelamin perempuan. Tidak juga masuk surga karena berjenis kelamin laki-laki, melainkan karena amal baik, keimanan dan juga ridha Allah Swt.
Itu artinya, siapapun, laki-laki maupun perempuan yang keimanannya kuat, amal salehnya banyak dan mendapatkan ridho atau anugerah dari Allah Swt., maka dia berhak untuk masuk surga.
Begitupun sebaliknya, laki-laki dan perempuan yang selalu berbuat buruk, keimanannya tidak kuat, sehingga tidak mendapatkan anugerah dari Allah Swt. Maka akan masuk neraka.
Dengan demikian, ungkapan yang lebih netral dan memiliki perspektif yang ramah terhadap perempuan dari pernyataaan teks hadis di atas harusnya begini:
“Bahwa siapapun yang mempunyai sifat kebiasaan serakah, sombong dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan, maka ia akan mudah masuk neraka.”
Dengan pernyataan yang ramah terhadap perempuan itu menunjukan bahwa Islam memang agama yang rahmatan lil’alamin. []