Benarkah Alquran Mengajarkan Kekerasan?

 Benarkah Alquran Mengajarkan Kekerasan?

Jenjang Setelah Hafal Al-Qur’an (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Menurut seorang mantan ustaz yang telah menjadi seorang pendeta sejak 2006 lalu, Alquran mengajarkan kekerasan karena memicu melahirkan tindakan terorisme. Abraham Ben Moses atau dikenal dengan Saifuddin Ibrahim kemudian meminta kepada Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas agar menghapus 300 ayat yang terdapat dalam Alquran.

Beragam tanggapan bermunculan untuk menanggapi Saifuddin Ibrahim. Salah satunya datang dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukan), yakni Prof. Dr. H. Mahfud MD.

Ia mengatakan bahhwa pernyataan yang lahir dari Saifuddin ini memicu kegaduhan dan membuat orang banyak marah. Hal itu danggap meresahkan yang dapat mencemari asas kehidupan antarumat beragama.

Saifuddin Ibrahim pernah menjadi mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Perbandingan Agama. Pada tahun 2006 ia pernah mengajar dan menjadi ustaz di salah satu pesantren di Indramayu.

Kemudian pada tahun 2006 berubah halauan iman menjadi Kristen dan menjadi pendeta dengan mengubah nama menjadi Abraham Ben Moses. Di tahun 2017 sempat terseret kasus atas dakwaan ujaran kebencian yang menghina Nabi Muhammad Saw hingga divonis 4 tahun penjara.

Islam Menjunjung Tinggi Keragaman

Ihwal kerahmatan Islam, memiliki kelembutan yang menjunjung tinggi sikap kasih dan menyayangi satu sama lain. Menjunjung tinggi keragaman meski terhadap mereka yang berbeda sekalipun, meski ada beberapa ayat yang menunjukkan nada peperangan.

Tentu kita tidak dapat memahami dan menelannya mentah-mentah hingga tercerabut dari konteks historis yang melahirkan teks itu. Dalam bahasa ‘ulum al-Quran-nya tidak lepas dari asbab al-nuzul dari ayatnya.

Kalau kita mau jujur, nash-nash Alquran lebih banyak dipenuhi ayat-ayat yang menebarkan kasih sayang dari pada ayat-ayat untuk menyakiti lainnya. Bahkan Alquran yang saat ini kita ciumi dan pegang, dibuka dan dimulai dengan bismillahi al-rahman al-rahim.

Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa Allah lebih mendahulukan kedua sifat welas asih-Nya daripada murka-Nya. Lebih menghamparkan ampunan-Nya daripada azab-Nya.

Hal ini juga berlaku pada asma al-husna dibuka dengan pengenalan sifat welas-asihNya. Bahkan yang tertera dalam Surah al-Fath ayat 29:

محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار

Sekalipun yang menyatakan Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir”.

Hal ini terkadang sering menjadikan ayat legitimasi melanggengkan kekerasan terhadap mereka yang berbeda iman. Padahal jika kita memahami konteks yang melatarbelakanginya tentu tidak akan bertindak demikian.

Penelitian Tom Anderson tentang Alquran

Mengapa kita tidak menengok akhlak dan prilaku Nabi dalam bersikap dan bergaul dengan lainnya yang begitu adiluhung? Bahkan sebelum Muhammad Saw diangkat menjadi Nabi dan RasulNya, telah dikenal luas sebagai al-amin atau orang yang dapat dipercaya.

Benarkah Alquran sebagai kitab suci umat Islam mengajarkan kekerasan? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering disodorkan oleh mereka para orientalis Barat yang melihat fenomena terorisme yang mengatasnamakan Islam. Hingga melahirkan asumsi dengan pertanyaan yang begitu menyudutkan.

Ada temuan menarik yang dilakukan oleh Tom Anderson sebagaimana dikutip Prof. Nadirsyah Hosen dalam bukunya Tafsir Alquran di Medsos: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat Suci pada Era Media Sosial. (2019, hal. 203)

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Tom Anderson berupaya melakukan pencarian melalui Software Odin Text yang tidak hanya men-scan 100% isi Alquran, tapi juga Perjanjian Lama, dan Perjanjian Baru. Lalu ia memasukkan kata atau frasa yang mengekspresikan emosi, seperti perasaan marah, bahagia, takut, destruksi, dan pembunuhan.

Tidak membutuhkan waktu lama, sekitar dua menit ia memperoleh hasil yang mengejutkan. Text analytics yang dilakukan menyatakan begini;

“Pembunuhan dan penghancuran ternyata lebih banyak diungkap Perjanjian Lama (5,3%) daripada Perjanjian Baru (2,8%). Lalu sebagai perbandingan ayat-ayat yang membicarakan soal pembunuhan dan penghancuran dalam Alquran hanya berisi (2,1%). Hal ini lebih rendah dari kitab suci orang-orang Yahudi maupun Nasrani.

Benarkah Alquran Mengajarkan Kekerasan?

Temuan yang lebih mengejutkan lainnya adalah ihwa kata “pengampunan” dalam Alquran terdapat sebanyak 6,3%. Hal ini pun lebih banyak dari Perjanjian Baru 2,9% dan Perjanjian Lama yang memuat 0,7%.

Dengan demikian dapat disimpulkan Tuhan dalam Alquran digambarkan lebih banyak mengampuni daripada menghukum, lebih luas pengampunanNya daripada azab-Nya. Ini hanya dari segi temuan melalui software Odin Text, belum lagi cara-cara lain yang berupaya menggali kerahmatan atau kasih sayang yang terkandung dalam Alquran.

Jika Alquran saja lebih kaya muatan kasih sayang, mengapa kita umat Islam yang berpedoman dengannya meninggalkan pesan-pesan kasih yang secara esensial merupakan kerahmatan dariNya? Jika misal ada seseorang yang melakukan tindak-tanduk kekerasan yang mengganggap Alquran sebagai sumber inspirasinya.

Satu hal yang ingin saya tanyakan, “Kemana perginya Alquran yang kaya muatan kasih-sayang tadi?” Saya teramat yakin dan menantang mereka agar menunjukkan ayat Alquran mana yang menyuruh untuk berlaku tidak baik terlebih untuk bertindak kekerasan yang menyakiti orang lain.

Dengan demikian, Saifuddin Ibrahim begitu tergesa-gesa dalam menilai, jika pemahaman yang ia yakini begitu, tentu tidak masalah. Tapi jangan sampai terdengar ke telinga publik yang umumnya kita ketahui akan memicu ketegangan dan merusak tatanan toleransi antarumat beragama Indonesia yang telah kita pupuk bersama.

Wallahu a’lam bi al-Shawab

 

Ali Yazid Hamdani

https://hidayatuna.com/

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *