Belajar Konsistensi dari Nasruddin Hoja

 Belajar Konsistensi dari Nasruddin Hoja

Syekh Syamsuddin Tabriz: Sang Guru dan Inspirasi Jalaluddin Rumi (duniasantri.co)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Seseorang yang sedang belajar akan mendapatkan ilmu yang lebih banyak jika konsisten dalam belajarnya.

Jika tidak, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa walaupun telah bersusah payah dalam belajar.

Dalam Islam, istiqomah itu adalah jalan untuk mencapai keberhasilan. Ketika kita istiqomah belajar maka akan terjadi kontinuitas informasi yang masuk ke dalam otak kita.

Informasi yang kontinyu ini akan melekat di otak kita dan menjadi ilmu yang bermanfaat.

Pada suatu hari, seorang Darwis ingin belajar tentang kebijaksanaan hidup dari Nasruddin Hoja. Nasruddin Hoja bersedia mengajarinya namun dengan catatan tertentu.

“Wahai, Tuan Nasruddin Hoja. Kata Darwis saat bertemu Nasruddin Hoja. Izinkan aku belajar kepadamu tentang kebijaksanaan.”

“Boleh saja,” kata Nasruddin Hoja. Akan tetapi kebijaksanaan hanya bisa dipelajari dengan praktik.”

“Bagaimanakah caranya?” tanya Darwis itu.

“Temani aku ke manapun aku pergi dan libat perilakuku,” kata Nasruddin Hoja.

“Aku bersedia,” kata Darwis.

Akhirnya, Darwis itu mengikuti setiap ke mana langkah Nasruddin Hoja.

Di malam pertama menjadi murid Nasruddin Hoja, ia menyaksikan Nasruddin Hoja menggosok kayu membuat api.

Api kecil itu ditiup-tiupnya sehingga menjadi besar.

“Mengapa api itu kau tiup, wahai Tuan Nasruddin Hoja?” tanya si Darwis.

“Hmm… Aku meniup api kecil ini agar lebih panas dan lebih besar apinya,” jawab Nasruddin Hoja.

Setelah api besar, Nasruddin Hoja memasak sop. Sop menjadi panas. Nasruddin Hoja menuangkannya ke dalam dua mangkok.

la mengambil mangkoknya, kemudian meniup-niup sopnya.

“Mengapa sop itu kau tiup, wahai Tuan Nasruddin Hoja?” tanya sang Darwis.

“Hmmm… Aku meniup sop ini agar lebih dingin dan enak dimakan,” jawab Nasruddin Hoja.

“Ah, aku rasa aku tidak jadi belajar darimu,” kata si Darwis ketus. “Engkau tidak bisa konsisten dengan pengetahuanmu.”

“Ah, konsistensi,” kata Nasruddin Hoja.

“Apakah itu yang melahirkan kebijaksanaan atau membengkalaikannya?”

Tetapi, si Darwis sudah pergi meninggalkan Nasruddin Hoja sendirian. Nasruddin Hoja hanya mengelus dada.

Seorang yang tadi siang baru mengatakan ingin belajar padanya, belum sampai dua puluh empat jam tidak bisa konsisten dengan ucapannya sendiri.

Bagaimana dia mendapatkan kebijaksanaan?

Begitulah seharusnya memahami konsistensi. Langkah awal dalam sebuah perjuangan sangat menentukan arah dan kondisi bagaimana langkah perjuangan berikutnya berjalan. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *