Belajar Keberagaman dari SD Kanisius Mangunan

 Belajar Keberagaman dari SD Kanisius Mangunan

Mengenalkan Toleransi dan Rambu-rambunya (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Sebagian besar sekolah yang ada di Indonesia mewajibkan setiap muridnya untuk menetapkan seragam yang ditentukan. Bahkan ada beberapa seragam yang harus siswa kenakan untuk setiap hari yang berbeda.

Kita diketahui bersama bahwa penggunaan seragam memiliki tujuan. Ialah agar tidak ada pembedaan kelas sosial antar siswa di sekolah tersebut.

Namun hal seperti ini nyatanya berbeda dengan salah satu sekolah di Kota Jogja. Lebih tepatnya di SD Kanisius Mangunan, Kalitirto, Berbah, Sleman, Jogja.

Saat kamu ke kunjungan sekolah ini, kamu akan terkejut karena anak-anaknya tidak ada yang memakai seragam. Mereka bermain dengan bebas bersama teman-teman.

Kemudian sekolah yang biasanya sengaja membangun pagar di sekeliling dengan penjagaan yang ketat. Hal seperti ini juga tidak akan kamu temui di SD Kanisius Mangunan.

Pagarnya hanya ada di belakang sekolah untuk menjaga anak-anak. Dengan maksud agar tidak bermain di area tersebut yang merupakan rel kereta api.

Tiada Pagar Pembatas, Buat Hubungan Sekolah dan Masyarakat Harmonis

Setiap orang jika ditanya tentang di mana kita bisa mendapatkan ilmu, maka sebagian besar orang akan menjawab sekolah. Namun, apakah iya bahwa sekolah menjadi tempat satu-satunya untuk menimba ilmu?

Tanpa disadari, lingkungan kita menyimpan segudang ilmu yang bisa kita serap. Guru-gurunya tentu saja masyarakat itu sendiri dan media pembelajarannya adalah lingkungan di sekitar kita.

Inilah mengapa SD Kanisius Mangunan tidak membuat pagar di sekolahnya. Melalui cara ini, antara sekolah dan masyarakat bisa saling peduli satu sama lain.

Sekolah memiliki masyarakat. Begitu pun masyarakat juga merasa memiliki sekolah tersebut.

Tidak Ada Pelajaran Agama Di Sekolah

Tidak seperti sekolah pada umumnya, di mana ada mata pelajaran agama. Untuk sekolah negeri karena terdiri dari siswa-siswa yang berbeda agama, maka pelajarannya pun tak terkalahkan.

Untuk sekolah yang khusus dengan satu agama saja, baik itu Islam maupun Kristen. Pelajaran agama yang mengajar pun biasanya tentang Islam saja atau Kristen saja.

Hal inilah yang membedakan dengan SD Kanisius Mangunan yang tidak memberikan pelajaran agama pada muridnya. Tentu ada alasan kenapa sekolah ini tidak memberikan pelajaran agama.

Pendiri sekolah tersebut memiliki pandangan bahwa agama adalah urusan pribadi antara hamba dengan Tuhannya.

Salah satu pelajaran yang diberikan di sekolah ini adalah Komunikasi Iman. Pelajaran ini berupaya mengajak siswa untuk saling berdialog dan menceritakan tentang kejadian apa saja yang sudah mereka alami.

Kemudian dari dialog yang sudah terbangun, setiap siswa juga akan merefleksikannya. Lalu merencanakan sebuah tindakan jika peristiwa itu benar-benar terjadi.

Diketahui bahwa dalam pelajaran komunikasi Iman yang ada di SD Kanisius mengenal istilah yang disebut dengan 5A berupa Aku, Anda, Alam, Alat, Allah. Siswa pun akan mengenal tentang dirinya, tentang orang lain, alam di sekitarnya. Alat apa yang digunakannya, serta kombinasi dengan Tuhan.

Ini menjadi konsep yang baik dalam mengenalkan siswa tentang apa itu toleransi. Tanpa harus menjelaskan definisinya yang kemungkinan tidak diimplementasikan siswa.

Bertoleransi dengan Langkah Konkret

Masa anak-anak adalah masa yang sangat mudah untuk menyerap berbagai hal yang dialaminya. Oleh karena itu, beri makan yang terbaik bagi anak-anak adalah dengan melibatkan anak secara langsung. Seperti tentang pengetahuan tentang toleransi.

Misalnya saja saat hari raya Idul Fitri, siswa di SD Kanisius diajak untuk melakukan bakti sosial dan memberikan selamat Idul Fitri bagi siswa yang beragama Islam.

Begitu pun saat hari Natal tiba. Ini akan menampilkan sisi keberagaman dan toleransi yang sangat indah. Bahkan juga bisa menjadi langkah bagus untuk mencegah anak-anak memiliki alergi pada keberagaman seiring bertambahnya usia.

Dengan begitu, kebebasan yang bisa kita lihat dari SD Kanisius bukan menunjukkan ketidaktaatan akan peraturan secara umum. Namun inilah strategi yang jitu untuk mencegah menciptakan bangsa agar tidak alergi dengan keberagaman dan mereka bisa belajar toleransi secara langsung dari apa yang dialaminya.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *