Begini Cara Melemahkan Hawa Nafsu
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Pada zaman sekarang saya sering mendengar di ceramah-ceramah bahwa kita mesti membenarkan hati dahulu jika ingin belajar, beribadah dan lain-lain yang mana ceramah tersebut pasti membuat hati ini seolah-olah adalah komponen yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Akan tetapi saya jarang sekali mendengar penceramah menjelaskan pentingnya akal dalam kehidupan beragama. Bahkan akal ini diframing seakan-akan adalah puncak daripada kebrobokan dalam agama.
Maka ketika ada orang liberal biasanya saya akan mendengar ‘orang ini ambil agama pakai akal’, ketika ada Muktazilah ‘mereka sesat karena terlalu banyak menggunakan akal.’
Saya kira cara seperti ini adalah cara yang salah dalam memahami agama. Saya memahami tugas hati adalah murni ‘menginginkan.’
Karena hati adalah tempatnya keinginan, berbeda dengan akal yang tugasnya adalah membedakan mana yang benar dan salah.
Karena itu dinamakan akal yang maknanya dalam bahsa Arab adalah mengikat, yakni akal akan mengikat orang yang berakal dari berbuat sesuatu yang buruk dan keji.
Maka hati mungkin menginginkan sesuatu yang buruk dan inilah yang kita kenal dengan nafsu. Serta mungkin menginginkan sesuatu yang baik, bagi hati semuanya itu sama karena sama-sama sesuatu yang dia inginkan.
Akan tetapi akal akan menfilter diantara keinginan tersebut mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika ada hati yang menginginkan keburukan seperti mencuri maka akal akan mengatakan ‘jangan mencuri adalah perkara yang buruk’ dan akan terus seperti itu sampai hati terbiasa dengan keinginan yang baik yang tidak ditentang oleh akal.
Hati kita memang dominan menginginkan sesuatu yang buruk akan tetapi akal akan terus menginginkan sesuatu yang baik.
Maka setiap hari dalam diri kita akan terjadi konflik antara hawa nafsu dan akal yang mana konflik ini disebut oleh nabi sebagai jihad akbar yaitu jihad melawan hawa nafsu.
Jihad inilah yang akan terus terjadi selama kita hidup, berbeda dengan jihad pada perang Badar atau Uhud yang hanya berjalan dalam beberapa hari karena itu dinamakan oleh Rasulullah sebagai jihad ashgor.
Kadang akal kita menang maka kita akan berbuat ta’at itulah yang dikatakan bertambahnya iman dan kadang hawa nafsu kita yang menang maka kita akan bermaksiat maka iman kita sedang turun.
Para ulama membuat beberapa cara agar akal tetap menang yaitu dengan cara b elajar ulum aqliyah seperti mantiq dan ilmu kalam agar akal kita kuat serta lebih dominan daripada hawa nafsu kita.
Cara lain yang dapat ditempuh yaitu dengan melemahkan hati dengan cara puasa karena ketika puasa hawa nafsu kita akan lemah maka secara otomatis akal akan menang walaupun akal tidak bertambah kuat dengan berpuasa.
Sebagian mursyd thoriqoh mengajarkan beberapa wirid untuk melemahkan hawa nafsu. Begitu pula ilmu tasawuf dibuat untuk menertibkan hati agar jangan terjatuh dalam hawa nafsu yang tercela. Karena itu dalam ilmu tasawuf, konsep zauq atau perasaan sangat penting.
Makhluq yang tidak punya hawa nafsu seperti malaikat tidak akan pernah bermaksiat. Berbeda dengan hewan yang hanya punya hawa Nafsu mereka tidak akaan pernah berbuat taat & hanya mengumbar hawa nafsunya.
Dari sini kita paham bahwa hanya fokus pada hati tanpa akal akan menjadikan kita tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk karena hati tidak bisa membedakan mana yang baik yang buruk sebab itu adalah tugas akal.
Jika Anda memperhatikan tasawuf, tasawuf yang sesat pasti akan mementingkan hati saja dan memaki akal atau bahkan membuangnya.
Serta mengatakan akal itu adalah berhala yang membatasi antara manusia dan penciptanya. Bagi mereka akal adalah penghalang bagi tersebarnya kepahaman mereka karena itu mereka berkampanye tentang buruknya akal.
Hati yang sudah terbiasa kalah dengan akal dan mengikuti apa yang akal anggap itu baik maka hati tersebut dinamakan hati yang sehat qolbun salim inilah makna perkataan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsy dalam Maulid Simtud Duror berikut ini:
فمن فاجأته هذه البشارة وتلقاها بقلب سليم# فقد هدي إلى صراط مستقيم
Akal adalah instrumen untuk mendidik hati kita agar terbiasa menginginkan suka akan kebenaran.kuatkanlah akal kalian maka hati kalian akan terbiasa dengan kebaikan.
قال الرسول صلى الله عليه وسلم: لا يؤمن أحدكم حتى يكون هواه تبعا لما جئت به
Wallahu a’lam. []