Beda Pendapat Bukan Berarti Saling Benci
HIDAYATUNA.COM – Setiap orang tentu memiliki pendapat masing-masing yang berhak untuk diutarakan. Mereka yang berpendapat juga pastinya memiliki alasan tertentu sehingga mampu mengeluarkan opininya.
Namun, di balik pendapat yang kita miliki tidak setiap orang bisa menerima dengan baik. Ada sebagian orang yang bertolak belakang, bahkan membantahnya secara keras.
Selama ini media sudah banyak menyajikan kepada kita akan kasus-kasus yang berbau politik, agama, sosial, dan sebagainya yang menampilkan pihak-pihak dengan pandangannya masing-masing.
Tidak jarang pendapat mereka yang kuat itu semakin viral dan mendapat sorotan tajam oleh masyarakat. Hal yang lebih mirisnya adalah, perbedaan pendapat yang terjadi justru menimbulkan kebencian.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 18 yang artinya:
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
Sebagaimana tafsir Al-Muyassar atau Kementerian Agama Saudi Arabia, ayat tersebut jika ditafsirkan, maka orang-orang yang mendengar perkataan kemudian bisa memilah-milah antara yang baik dan yang buruk.
Kemudian mereka mengikuti yang terbaik karena itulah yang bermanfaat. Mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah orang-orang yang Allah bimbing kepada hidayah. Mereka adalah orang-orang yang memiliki akal lurus.
Kebebasan Berpendapat Juga Miliki Batasan
Meskipun kita memiliki kebebasan untuk mengutarakan pendapat. Namun bukan berarti kita tidak memberikan batasan. Karena tanpa adanya batasan di dalam berpendapat, inilah yang bisa memunculkan hoaks hingga hate speech.
Apalagi di era digital ini yang semakin didukung dengan keberadaan gadget serta media sosial yang memudahkan siapa saja untuk berpendapat secara digital.
Pendapat dan sanggahan tidak lagi dilakukan secara tatap muka, melainkan dilakukan secara online. Lisan ini tidak lagi menjadi andalan, tetapi jari-jarilah yang saat ini memiliki peran penting dalam mengutarakan pendapat.
Oleh karena itu, kita dituntut untuk bisa bijak dengan diri sendiri. Di mana kita harus memberikan batasan sendiri saat sedang berpendapat. Penting untuk mempertimbangkan secara matang sebelum menyampaikannya. Serta mempersiapkan landasan yang jelas atas pernyataan kita.
Bahkan di dalam Islam sendiri telah mengatur bagaimana etika kita ketika berpendapat. Sampaikanlah pendapat dengan kadar kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki.
Jika memang permasalahan yang dibahas tidak sesuai dengan kompetensi kita, maka akan lebih baik jika kita diam.
Fanatik Buta Timbulkan Konflik dalam Perbedaan Pendapat
Melibatkan sifat fanatik buta terhadap suatu doktrin atau ajaran berpotensi untuk memunculkan perpecahan. Di mana ia sulit untuk menerima pendapat yang hadir dari sumber lainnya. Ia merasa yang paling benar dan paling unggul.
Melalui hal inilah yang kemudian mampu untuk merubah pandangan hidup seseorang menjadi skeptis. Orang tersebut memberikan batasan yang sangat ketat untuk pandangannya. Bahkan merasa enggan untuk mendengarkan dan menerima pendapat lain yang dirasa bertentangan.
Sedangkan melalui sebuah perbedaan, ini bisa menjadi pintu gerbang yang akan mengantarkan kita kepada ruang diskusi. Kita bisa saling bertemu dan bertukar pikiran. Untuk kemudian menarik suatu benang merah dari perbedaan pendapat tersebut.
Namun, karena adanya sifat fanatik inilah yang menjadi tembok pembatas menuju ruang diskusi. Sehingga yang ada hanyalah mempertahankan pendapat masing-masing tanpa bisa saling sharing. Ujung-ujungnya rasa bencilah yang timbul karena pendapat lawan tidak sesuai dengan cara pandangnya.
Perbedaan Adalah Rahmat dan Harus Dihargai
Agar tidak memunculkan konflik maupun rasa benci di dalam berpendapat, maka hargailah setiap pendapat yang kita terima. Terlepas pendapat tersebut bertentangan dengan kita atau disampaikan oleh siapa.
Menghargai bukan berarti menerima dan melaksanakan pendapat mereka. Tetapi menghormati bahwa mereka juga berhak untuk menyampaikan suatu pendapat.
Semua keputusan akan penerimaan suatu pendapat adalah tergantung masing-masing orang. Mengingat adanya perbedaan adalah rahmat. Sehingga sudah sepatutnya untuk dihargai dan diambil hikmahnya.
Menyampaikan sebuah pendapat bukanlah hal yang dilarang. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk menyampaikannya. Namun, alangkah baiknya jika sebelum diutarakan, pendapat tersebut sudah diolah secara matang dan siap untuk disampaikan.
Kita juga harus menghargai pendapat orang lain. Dengan menghargai, maka diri kita akan lebih tenang saat mendengar pendapat yang bertentangan dengan cara pandang kita. Sehingga konflik dan rasa benci pun bisa dihindari.