Bagaimana Sikap Orang Tua Ketika Anak Meminta Izin untuk Bermain?
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sosok orang yang pertama mengajarkan pendidikan kepada anak dari balita hingga usia dewasa adalah orang tua. Namun banyak orang tua yang dapat dikatakan berhenti mendidik anaknya karena alasan anak sudah masuk sekolah dan ada guru yang membimbing.
Langkah semacam ini kurang tepat karena orangtua sangat berkaitan erat terhadap pembimbingan anaknya dalam belajar.
Meskipun anak sudah memiliki guru di sekolah, peran orang tua dalam dunia pendidikan anak tidak bisa lepas begitu saja. Memang sosok guru adalah orang tua kedua saat di sekolah.
Namun perlu diperhatikan peran tersebut akan kembali lagi ketika anak sudah pulang dari sekolah.
Sisa waktu yang amat panjang itulah yang harus diperhatikan orang tua jangan sampai waktu tersebut yang seharusnya dapat digunakan untuk terus membimbing dan memperhatikannya, malah hilang dan terlewatkan begitu saja.
Sikap orang tua yang kurang tepat dapat menimbulkan tekanan pada anak yang pada ahirnya akan mengakibatkan anak menjadi stres. Salah satunya adalah sikap orang tua yang selalu melarang anaknya untuk bermain dengan teman-temannya.
Karena pada masa kanak-kanak, anak sedang berada pada zona rasa ingin tahu yang tinggi dan rasa ingin belajar yang sangat tinggi pula.
Termasuk dalam masalah membimbing anak dalam belajar adalah memperhatikan dunia bermain anak. Dunia anak berbeda dengan dunia orang tua, mereka cenderung menghabiskan sisa-sisa waktunya untuk bermain.
Namun tidak jarang orang tua menilai negatif terhadap tingkah laku anak yang menggambarkan kreativitas dan keaktivan hingga akhirnya orang tua membatasi gerak anak dengan cara melarangnya untuk bermain.
Para orang tua sebenarnya memiliki tujuan yang baik yakni agar anak jangan sampai terkena virus dari teman-teman yang tidak baik.
Lantas bagaimana sikap orang tua yang baik ketika anak meminta izin untuk bermain? Apakah harus dilarang atau dibiarkan begitu saja?
Menurut sang bapak pendidikan, yakni Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin beliau menegaskan bahwa hendaknya orangtua tetap menggizinkan anaknya untuk pergi bermain bersama teman-temannya.
Selama permainan tersebut tidak melanggar aturan agama dan berteman dengan teman yang baik supaya anak dapat mengambil pelajaran dari teman tersebut.
Imam Al-Ghazali sendiri bagi Negara Arab maupun Negara Barat beliau sangat terkenal, ketenarannya pun bukan tanpa alasan. Kehadiran beliau banyak memberi manfaat bagi kehidupan dan bagi dunia pendidikan.
Beliau memberikan arahan bagi para orang tua untuk terus mengarahkan dan mengajarkan budi pekerti yang baik dan terus mengontrol pergaulan anak, apakah mereka berteman dengan teman yang baik.
Pengawasan secara berkala ini hanya bisa dilakukan oleh orang tua, maka tidak tepat jika hanya mengandalkan bimbingan dari guru di sekolah mengingat para guru juga memiliki waktu yang sangat terbatas.
Sikap orang tua yang selalu melarang anaknya untuk bermain padahal permainan tersebut tidak melanggar aturan agama adalah sikap yang kurang tepat.
Namun jika orangtua terlalu berlebihan dalam mengizin anaknya untuk bermain sehingga waktu-waktunya habis hanya untuk bermain juga kurang tepat.
Sikap yang tepat adalah mengizinkan anak untuk bermain setelah mereka menyelesaikan kegiatan belajar disekolah. Hal ini bertujuan agar anak memiliki rasa semangat dan kecerdasan baru serta agar anak tidak merasa berat dalam menyerap ilmu.