Bagaimana Nabi Muhammad Berbuka Puasa dan Tirakat Makanan?

 Bagaimana Nabi Muhammad Berbuka Puasa dan Tirakat Makanan?

Amalan Doa agar Hidup Berkecukupan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Ada banyak sekali riwayat yang diceritakan oleh istri-istri, keluarga, maupun para Sahabat Kanjeng Nabi Muhammad Saw tentang puasa dan tirakat. Junjungan umat ini, Muhammad Saw baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan selalu melaksanakan tirakat.

Bunda Aisyah RA memberi kesaksian yang sangat mencengangkan. “Tidak ada ceritanya keluarga Nabi Muhammad Saw kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat,” katanya.

Sayyidina Anas Bin Malik RA selaku khodim menjelaskan bahwa Kanjeng Nabi Saw ketika tidak ada makanan, cukup meneguk air putih 3 tegukan saja dan tidak makan apa-apa lagi. Kalau ada makanan Baginda Saw cukup memakan 3 buah kurma saja.

Kanjeng Nabi Saw sendiri sudah memberi panduan, ketika makan, hendaknya perut dibagi 3 bagian. Satu bagian untuk makanan, satu bagian untuk air, dan satu bagian lagi untuk udara.

Di sisi lain, Beliau Saw juga bersabda supaya kita makan dalam kondisi sudah lapar, dan berhenti makan sebelum kita kenyang. Di luar Ramadhan, Bunda Aisyah RA juga menceritakan.

Ketika di pagi hari Kanjeng Nabi SAW tidak menemukan makanan, maka Baginda Saw akan mengikrarkan untuk melanjutkannya dengan berpuasa pada hari itu. Tidak minta diusahakan supaya ada makanan bagi beliau yang mulia Saw.

Tirakat Nabi yang Diikuti Keluarga dan Sahabat

Keluarga Kanjeng Nabi SAW juga mengikuti jejak mulia ini. Ketika Keluarga Sayyidina Ali selesai memasak roti untuk berbuka, maka datanglah peminta-minta.

Maka roti yang baru jadi itulah yang diberikan, sedangkan keluarga mulia ini cukup makan sisa roti kemarin. Konon sudah mulai basi. Namun, mereka tetap dalam kondisi riang gembira.

Belum lagi gambaran di sudut lain, ketika Sayyidina Umar Bin Khatthab RA mengeluh kelaparan dengan mempertontonkan sabuk beliau yang diberi sebongkah batu untuk mengganjal laparnya. Dengan senyuman indah, Kanjeng Nabi Saw menunjukkan bahwa beliau telah mengganjal perut dengan tiga bongkah batu.

Bahkan ketika perjalanan menuju Perang Tabuk, dikisahkan Kanjeng Nabi Saw beserta para Sahabat RA dalam sehari cukup makan sebutir kurma dibagi untuk dua orang.

Itulah sekilas gambaran puasa dan tirakat yang dijalankan Kanjeng Nabi Saw dengan sangat istiqomah. Bahkan saat mahligai Romawi dan Persia serta gunungan harta telah dipersembahkan di bawah duli Tuanku Saw, kesederhanaan tidak pernah Beliau Saw tinggalkan.

Tetap sering kelaparan sepanjang hayat Beliau Saw dan itu diterapkan kepada keluarga beliau pula. Tanpa memberikan “hak istimewa” apa pun. Lalu bagaimana dengan kita?

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad.

Shuniyya Ruhama

Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri-Kendal

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *