Bagaimana Islam Memandang Body Shaming?

 Bagaimana Islam Memandang Body Shaming?

bagaimana Islam

HIDAYATUNA.COM – Tubuh seseorang ternyata mampu menjadi bahan bercanda yang mengarah kepada olokan fisik atau Body Shaming. Lalu bagaimana Islam memandangnya?

Tubuh setiap orang adalah sebaik-baik bentuk yang diciptakan Allah SWT. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mensyukuri dan bertanggung jawab dalam merawat tubuh ini dengan sebaik mungkin.

Hal seperti ini mudah saja untuk kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Semula hanya dianggap sebagai guyonan, namun sebenarnya cukup menyakitkan bagi orang yang menerima ungkapan tersebut.

Sekarang kok gemukan sih?”

 “Badan kok kayak lidi, kamu itu makan apa?”

 “Yaampun.. pipi kamu sekarang chubby ya.”

Itulah beberapa pernyataan body shaming yang kerap terlontar di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan bercandaan.

Namun inilah bentuk dari mem-bully yang tidak beradu fisik, melainkan secara lisan dengan cara yang halus tetapi sarkas.

Media Sosial Menjadi Sarana Praktik Body Shaming

Di samping banyaknya sisi positif yang bisa didapatkan melalui media sosial, yakni untuk media hiburan, menambah teman, dan mendapat informasi, namun sisi negatif juga tidak bisa dipisahkan.

Praktik body shaming menjadi semakin frontal ketika dilakukan melalui media sosial. Bahkan tanpa bertemu secara fisik dan hanya melihat secara visual saja melalui foto, lalu keluar kata-kata bernada body shaming.

Ini tentu saja menjadi hal yang sangat memprihatinkan. Ketika kita ingin turut membagikan momen-momen bahagia dengan mengunggah foto di media sosial, justru bukanlah kata-kata positif yang diberi. Melainkan olokan terhadap tubuh ini yang tampak tidak sempurna di hadapan mereka.

Tidak jarang kata-kata yang mengarah kepada body shaming tersebut diberikan melalui kolom komentar. Hal ini pun turut memberi kesempatan agar pengguna media sosial lainnya juga membaca komentar tersebut.

Ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Orang lain yang ikut membaca akan juga memberikan persetujuan pada komentar body shaming tersebut, atau bisa juga orang lain akan membela pihak yang diolok. Hal ini tentunya bergantung kepada diri masing-masing orang dalam memandang body shaming itu sendiri.

Islam Mengharamkan Praktik Body Shaming

Body shaming bukan hanya tidak dibenarkan secara umum saja, tetapi di dalam agama Islam pun juga tidak memperbolehkan bahkan mengharamkan untuk melakukan body shaming.

Hal ini pun pernah terjadi di masa Nabi Saw melalui sebuah kisah dari Ibnu Mas’ud yang memiliki betis kecil. Saat itu dirinya sedang mengambil ranting untuk dijadikan siwak, kemudian angin berhembus dan menyingkap betisnya yang kecil.

Lalu para sahabat yang lain menertawainya karena melihat betis Ibnu Mas’ud yang kecil. Kemudian Nabi Saw memberikan teguran pada mereka dengan mengatakan:

Apa yang membuat kalian tertawa?”

Nabi Saw pun bersabda:

Demi zat yang jiwaku berada di tangannya sungguh kedua betis itu lebih berat di timbangan daripada gunung Uhud.”

Hadis ini begitu jelas memberitahu kepada kita bahwa mengejek bentuk tubuh atau pun fisik adalah haram hukumnya. Meskipun yang diberikan adalah berupa tawa dan bukan ejekan lisan, maka hal tersebut sama saja tidak diperbolehkan.

Body Shaming Berdampak Pada Kesehatan Mental

Seseorang yang melakukan body shaming sama saja telah mempermalukan saudaranya. Apalagi jika dilakukan melalui media sosial, berapa banyak orang yang akan mengetahuinya? Tentu tak bisa dikendalikan dari jutaan pengguna media sosial.

Jika body shaming terus dilakukan, maka akan berdampak pada kesehatan mental. Awalnya hanya merasa malu, namun lama-kelamaan akan membuat dirinya merasa tidak ada gunanya dan merasa insecure.

Bahkan lebih parahnya, dampak lanjutan dari body shaming adalah bisa membuat orang menjadi stres dan depresi. Inilah yang akan memancing penyakit lainnya untuk datang sehingga body shaming bukanlah hal sepele. Juga bukan sekedar basa basi saja. Namun perbuatan ini mampu menciderai kepercayaan diri seseorang.

Orang yang mendapati body shaming akan selalu merasa tidak percaya diri ketika berada di tempat umum. Dirinya akan terus berusaha untuk membentuk tubuh sesuai dengan standar kecantikan. Bahkan jika usaha tersebut tidak membuat nyaman dan menyakitkan sekali pun, dirinya akan rela saja menjalaninya.

Dengan begitu, mulai sekarang belajarlah untuk mempertimbangkan segala ucapan yang akan kita lontarkan. Apakah ucapan ini nantinya akan menyakiti lawan bicara kita atau tidak. Lalu, kata-kata seperti apa yang seharusnya diucapkan.

Dengan memikirkan terlebih dahulu setiap perkataan kita, maka perlakuan body shaming ini pun bisa diminimalisir. Jika kita ingin berbasa-basi, maka lakukanlah basa-basi yang menyehatkan.

Misalnya memberikan pujian pada pakaian yang dikenakan saat ini atau membahas tentang obrolan ringan seperti menanyakan masakan yang dimasak hari ini, dan sebagainya. Hal ini jauh lebih baik daripada membahas fisik seseorang.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *