Bagaimana Hukum Menyawer Qori’ Al-Qur’an?

 Bagaimana Hukum Menyawer Qori’ Al-Qur’an?

The Power Of Receh, Sebuah Refleksi (Ilustrasi/Hidaytauna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Al-Qur’an merupakan kitab suci Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan telah menjadi pedoman umat Islam. Membaca, mempelajari, dan mengamalkannya bernilai ibadah.

Begitu istimewa dan penting kedudukan Al-Qur’an bagi kehidupan manusia, Nabi Muhammad menyebut dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhori, bahwa sebaik-baik di antara kalian ialah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Tak heran, umat Islam selalu menghormati Al-Qur’an. Meletakkan mushaf Al-Qur’an di tempat yang tinggi. Sebelum membaca Al-Qur’an, mereka berwudlu.

Mereka juga menghormati pembacaan dan ajaran-ajaran Al-Qur’an. Menutup aurat, memakai pakaian suci dan bersih, menggunakan tajwid ketika membaca, serta melantunkan dengan nada tilawah yang indah, ialah di antara tata cara menghormati Al-Qur’an.

Bahkan, kalau kita lihat fenomena sekarang, meskipun terlihat berbau politisasi SARA, orang rela melakukan demonstrasi besar-besaran karena ada politisi yang menghina isi Q.S. Al-Maidah: 51.

Penulis bukan bermaksud membenarkan, namun itu merupakan salah satu bentuk ekspresi bagaimana umat Islam menghormati ajaran Al-Qur’an.

Meski demikian, tidak semua orang benar-benar menghormati Al-Qur’an. Baru-baru ini viral di jagat media sosial, seorang qori’ah yang sedang melantunkan kalam Allah tersebut, justru mendapatkan saweran dari beberapa orang yang menari-nari dan naik ke atas panggung.

Mayoritas netizen yang mengutuk hal tersebut karena dinilai tidak menghormati kitab suci umat Islam. Meskipun adapula yang setuju karena menilai bahwa lebih baik menyawer qari’ah daripada menyawer biduan.

Al-Qur’an sendiri telah menjelaskan tentang tata cara membaca dirinya sendiri. Bahwa ketika ayat-ayat sucinya sedang dibacakan, maka harus diperdengarkan dengan seksama. Surat al-A’raf ayat 204 menyebutkan:

وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Artinya: ”Jika dibacakan Al-Quran, dengarkanlah (dengan saksama) kepadanya, dan diamlah agar kalian dirahmati.”

Hal yang termaktub dalam ini jelas menghendaki siapapun yang mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an, agar dapat mendengarkan dengan seksama.

Syekh Ali bin Muhammad Ad-Dhabba’ (wafat 1380 H / 1961 M), seorang Qari’ Al-Qur’an dari Mesir menjelaskan maksud ayat tersebut ialah, ketika seseorang hadir dalam majelis di mana Al-Qur’an dibacakan.

Hendaknya ia menghindarkan diri dari tertawa-tertawa, bisik-bisik, dan berbicara kecuali pembicaraan yang sangat diperlukan.

Imam Nawawi dalam kitab karangannya At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an juga menjelaskan, ketika sedang dilantunkan Al-Qur’an dilarang untuk bermain sendiri, tertawa dan lain sebagainya yang dapat mengalihkan fokus dari mendengarkan kalam Al-Quran.

Sebagaimana dinukil dalam kutipan berikut.

[فصل]

ومما يعتنى به ويتأكد الأمر به احترام القرآن من أمور قد يتساهل فيها بعض الغافلين القارئين مجتمعين فمن ذلك اجتناب الضحك واللغط والحديث في خلال القراءة إلا كلاما يضطر إليه وليمتثل قد قال الله تعالى وإذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون….ومن ذلك العبث باليد وغيرها فإنه يناجي ربه سبحانه وتعالى فلا يعبث بين يديه ومن ذلك النظر إلى ما يلهي ويبدد الذهن

 

Artinya:

“Dan di antara yang harus perhatikan dalam menghormati Al-Qur’an ialah hal-hal yang sungguh telah dilupakan oleh orang-orang yang terlena, seperti menghindari tertawa, berbuat gaduh, dan berbicara saat pembacaan ayat Al-Qur’an, kecuali kata-kata yang terpaksa ia ucapkan.

Diilustrasikan dalam firman SWT; Jika dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dengan saksama dan diamlah agar kamu dirahmati.

Dan di antara hal yang dimaksud adalah bermain sendiri karena sesungguhnya ia sedang berdo’a kepada Tuhan Swt., maka janganlah bermain sendiri, memandang sesuatu yang tidak pantas atau sesuatu yang bisa memecahkan fokus untuk menyimak Al-Qur’an.”

Lebih lanjut, Syekh Ad-Dhabba’ juga menerangkan dalam Fathul Mannan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, bahwa kita harus menjaga etika di hadapan para ahli Al-Qur’an sebagaimana adab kita kepada Nabi Muhammad saw.

Ini karena mereka ialah sosok yang telah mewarisi al-Qur’an dari Nabi saw. sehingga bisa diperdengarkan dan bisa kita pelajari hingga hari ini.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa hal-hal yang kita lakukan, yang mengalihkan perhatian kita dari Al-Qur’an saat ia dibacakan, haruslah dihindari.

Ini karena sejatinya, ketika kita membaca Al-Qur’an sama halnya kita sedang memuji dan berdo’a kepada Tuhan.

Bagaimana mungkin kita berani bermain-main dan gaduh ketika sedang memuji Sang Pencipta, sedangkan manusia ialah ciptaan-Nya.

Bagaimana mungkin permintaan dan do’a yang kita panjatkan akan terkabul, kalau kita justru sedang bermain-main saat berdo’a.

Maka itu, mengutip pendapat Syekh Muhammad bin Salim bin Sa’id Babashil As-Syafi’i, bahwa di antara maksiat hati yang sering dilakukan umat Islam ialah menganggap sepele hal-hal yang diagungkan Allah seperti ketaatan, ilmu syariat, maksiat, Al-Qur’an, surga atau neraka.

Al-Qur’an adalah simbol kemuliaan ajaran-ajaran Islam. Seyogyanya, kita menghormatinya dengan sebaik-baiknya. Tidak menghormati Al-Qur’an sama halnya tidak menghormati ajarannya.

Akhirnya, sebagai umat Islam, kita harus bersama-sama menghormati Al-Qur’an. Siapa lagi yang dapat menjunjung tinggi salah satu identitas keagamaan kalau bukan diri sendiri.

Boleh kita memiliki uang banyak, tapi jangan sampai kehilangan adab dan tata krama. Jangan sampai kita dilaknat oleh kitab suci ini karena tidak mau memberikan penghormatan terbaik pada Al-Qur’an. Tidak melaksanakan perintah-perintah Al-Qur’an.

Kita harus memaksimalkan peran Al-Qur’an sebagi pedoman hidup yang tidak hanya dibaca dan diperdengarkan dengan baik, namun juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam bish-shawaab. []

Mohammad Sholihul Wafi

Mohammad Sholihul Wafi, S.Pd., alumni UIN Sunan Kalijaga. Seorang pengajar di Ponpes Shirotul Fuqoha’ Kudusaat ini, ia dapat dihubungi via telepon/Whatsapp dengan nomor ponsel 085741258658 dan email: maswafy@gmail.com. Akun Instagram yang juga dapat dihubungi adalah: @maswafy31.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *