Bagaimana Bila Anak Melihat Orangtua Melanggar Syariat? Begini Etikanya

 Bagaimana Bila Anak Melihat Orangtua Melanggar Syariat? Begini Etikanya

Golongan orang yang selamat dari hisab (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Maraknya kasus anak memenjarakan orangtuanya karena berbagai alasan yang tekadang terdengar sepele kerap memercikkan pertanyaan. “Mengapa sampai ada anak yang setega itu kepada orangtuanya?”

Anak umumnya akan berlomba-lomba untuk menyenangkan orangtuanya. Terutama sang ibu yang selama 9 bulan mengandungnya dan mengurus sampai dewasa.

Sang ayah yang siang-malam, bahkan tak peduli panas dan hujan banting tulang untuk memenuhi hak-hak buah hatinya.

Di berbagai pemberitaan media massa, akhir-akhir ini semakin banyak saja anak yang tega memperkarakan orangtuanya ke ranah hukum. Entah motif ekonomi sampai menjual sang ibu yang sudah jompo di media sosial. Ada pula karena pertikaian keluarga untuk mendapatkan warisan. Naudzubillahi mindzalik.

Lalu bagaimana jika anak mendapati orangtua melanggar syariat?

Birrul Walidain

Orangtua diamanahi anak yang semestinya memuliakan ayah dan ibunya. Namun bagaimana bila anak justru menyengsarakan orangtuanya yang sudah renta dengan hukuman penjara?

Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk menghormati orangtua, sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Ath-Thabarani dari sahabat Ibnu Umar r.a.

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {بُرُّوا آبَاءَكُمْ تَبُرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ وَعِفّوا تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ

Nabi saw. bersabda, “Berbuat baiklah kepada orang tua-orang tua kalian maka anak-anak kalian akan berbuat baik kepada kalian. Dan jagalah diri kalian (dari zina), maka istri-istri kalian akan terjaga (dari zina).”

Orangtua adalah ladang pahala bagi anak, untuk itulah Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk berbakti kepada ibu-bapaknya. Sebagai sebuah keluarga, semestinya ada kerjasama satu sama lain untuk saling melindungi terutama dari maksiat kepada Allah SWT.

Ibu-bapak kita tetaplah orangtua bagi anak-anaknya sampai kapanpun, dan berbakti (birrul walidain) kepada keduanya amat besar nilainya. Namun saat orangtua memerintahkan kepada keburukan atau bahkan menyekutukan-Nya, anak wajib menolaknya.

Saat anak melihat sendiri maksiat yang dilakukan orangtuanya sudah semestinya kita mengingatkan orangtua dengan hati-hati, bukan malah memenjarakannya. Barangkali pilihan itu adalah pilihan terakhir sebagai efek jera. Tentu dengan berbagai pertimbangan dan persoalan yang melatarbelakangi karena, siapa sih yang ingin orangtuanya sengsara di balik jeruji besi?

Batasan Berbakti pada Orangtua

Allah SWT. berfirman dalam Alquran:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗوَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۗاِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orangtuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (QS. Al-‘Ankabuut [28]: 8)

Ketika anak mendapati orangtuanya melanggar syariat, perlu diingat, bahwa perbuatan tersebut adalah tercela dan tidak disukai Allah. Anak tidak boleh mencontoh apa yang dilakukan orangtuanya tersebut.

Di sinilah Batasan berbakti kepada orangtua berlaku. Namun tidak pula kita lantas menghakimi atau bahkan membenci orangtua.

Perbuatannya-lah yang wajib kita benci, namun orangtua tetap wajib kita sayangi di saat susah maupun senang.

Etika Anak Saat Orangtua Maksiat

Bercermin pada petunjuk ulama, ketika orangtua melanggar syariat, anak tidak boleh berdiam diri. Anak berkewajiban mengubahnya agar orang yang ia kasihi tersebut tidak terjerumus dalam kenistaan di jurang maksiat kepada Allah SWT.

Namun tidak boleh menempuh cara-cara yang justru langsung memutus tali silaturahmi dengan mereka. Apalagi dengan memenjarakannya, bila masih bisa diperbaiki maka dampingilah orangtua kita.

Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz rahimahullah menjawab kegamangan seorang anak atas tindakan maksiat yang ia lihat pada bapaknya.

Beliau berkata: “Semoga Allah SWT. memberi hidayah dan kemauan bertaubat bagi bapakmu. Kami berpesan agar engkau tetap berlaku lembut kepadanya dan menasehatinya dengan cara halus. Tidak pernah putus asa dalam rangka menunjukkannya kepada hidayah.”

Allah SWT. berwasiat supaya mensyukuri kedua orangtua. Perintah ini ternyata dipadukan dengan perintah bersyukur kepada-Nya. Ayat itu juga memerintahkan anak agar mempergauli mereka di dunia ini dengan cara-cara yang baik.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *