Bagaimana Al-Qur’an Membincang Tumbuhan?
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Salah satu konsep pemeliharaan lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan cara membudidayakan tumbuhan ataupun tanaman.
Berbagai fasilitas yang melimpah untuk bercocok tanam dan menanam pepohonan telah disediakan Allah Swt.
Membincang tentang penghijauan tentu tidak terlepas dari bagaimana tumbuhan ataupun tanaman itu tumbuh.
Tumbuhan adalah tema yang cukup banyak dibahas dalam Al-Qur’an.
Penyebutan tumbuhan dari berbagai aspeknya dalam Al-Qur’an disebutkan 112 ayat yang berada dalam 47 surah, yang menyebutkan 16 jenis tumbuhan.
Tumbuhan adalah salah satu makhluk Tuhan yang juga sama seperti manusia yakni sama-sama makhluk hidup.
Meski berbeda cara dan metode tetapi tumbuhan juga turut bernafas, sama seperti manusia.
Kehidupan di dunia ini juga tidak akan lengkap jika tidak ada tumbuhan.
Sungguh suatu hal yang tidak terbayangkan jika kita harus hidup di dunia ini tanpa tumbuhan.
Begitu pentingnya peran dan fungsi tumbuhan, maka umat manusia juga harus bersama-sama menjaganya.
Agar bisa menjaga tumbuhan dan penghijauan Bumi dengan baik, sebelumnya kita bisa mengenal tumbuh-tumbuhan dengan baik.
Bagaimana Al-Qur’an membincang tumbuhan?
Tumbuhan dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebutkan bagian-bagian dari tumbuhan seperti seperti akar, daun, batang, jenis biji-bijian, sayur maupun buah-buahan.
Penyebutan tumbuhan dari berbagai aspeknya dalam Al-Qur’an disebutkan 112 ayat yang berada dalam 47 surah, yang menyebutkan 16 jenis tumbuhan.
Beberapa kosakata atau term yang ada dalam Al-Qur’an mengenai tumbuhan yaitu خرذل (khardzal) yang berarti tumbuhan dengan biji kecil.
Term khardzal ini termaktub dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 7. Selain itu ada term حرث (harst) yang artinya tanaman, termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 71.
Lalu ada pula term نبات (nabat) yang artinya tumbuhan, termaktub dalam Surah Yunus ayat 24.
Selain tiga term di atas tentu masih banyak lagi term lain yang menyangkut tentang tumbuhan yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Menurut Saipolbarin Ramli dalam artikelnya, kajian kebahasaan tentang tumbuhan berkisar pada 3 hal.
Pertama, pembicaraan yang berkenaan dengan keseluruhan bentuk gaya bahasa dalam Al-Qur’an.
Kedua, pembicaraan yang berkenaan dengan jenis gaya bahasa tertentu dalam Al-Qur’an.
Ketiga, bentuk pengkhususan yang berkaitan dengan gaya bahasa tumbuh-tumbuhan dalam Al-Qur’an.
Terdapat beberapa gaya bahasa dalam Al-Qur’an, seperti al–matsal (perbandingan), al–tasybih, al-istifham (pertanyaan), qasam (sumpah), dan lain-lain.
Di antaranya, penggunaan gaya bahasa ini pada ayat tentang tumbuhan adalah tasybih yang dapat dilihat pada Q.S. Yunus ayat 24, Q.S. Al-Kahfi ayat 45, Q.S. Al-Hadid ayat 20.
Al-Qur’an telah memberikan perhatian kepada tumbuh-tumbuhan dengan menamakan salah satu nama daripada surahnya dengan nama tumbuh-tumbuhan yaitu al-Tin.
Selain itu juga didalam Al-Qur’an menyebutkan beberapa nama tumbuhan, Al-Qur’an juga menerangkan tentang proses perkembangan tumbuh-tumbuhan yang bermula dari biji benih kemudian berakar.
Lalu tumbuh dengan pokok yang kukuh kemudian bertangkai, berdaun, berbuah dan akhirnya menghasilkan hasil tanaman yang boleh di tuai, dimakan dan dijual oleh manusia sebagai sumber pendapat manusia.
Pengkajian berkaitan bidang tumbuh-tumbuhan yang bermula dari pembiakan, perkembangan dan lain-lain disebut dengan batoni.
Istilah batoni ini merujuk kepada salah satu bidang kajian dalam biologi yang khusus memelajari aspek biologi tumbuh-tumbuhan.
Malalui bidang batoni pembelajaran dan pengkajian keatas tumbuh-tumbuhan akan meliputi semua disiplin Ilmu biologi tumbuh-tumbuhan termasuk pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perekembangan, interaksi dengan komponen biotik dan abiotik, serta evoluasi tumbuhan.
Dalam Al-Qur’an penjelasan mengenai perkembangan tumbuh-tumbuhan bermula daripada penciptaan benih (biji), kemudian tumbuh dan mempunyai batang daun, bunga dan buah.
Al-Qur’an juga banyak membahas tentang proses perkembangan tumbuhan, di antaranya adalah melalui proses biji, buah.
Dalam Al-Qur’an penjelasan mengenai perkembangan tumbuh-tumbuhan bermula daripada penciptaan benih (biji).
Kemudian tumbuh dan mempunyai batang daun, bunga dan buah.
Perkataan biji telah disebutkan 11 kali dalam Al-Qur’an sepertimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 261, al-An’am 6:59, al-An’am 6:95, al-An’am 6:99, al-Anbiya’ 21:47, Luqman 31:16, Yasin 36:33, Qof 50:9, al-Rahman 55:12, al-Naba’ 78:15 dana surah Abasa 80:27.
Semua lafadz yang bermaksud biji dalam Al-Qur’an dapat dikalasifikasikan kepada beberapa berikut:
a) Biji adalah salah satu daripada bentuk asal benih tumbuh-tumbuhan sebelum ia bertunas, kemudian membesar menjadi sepohon pokok dan dan berbuah maka akhirnya akan mengeluarkan biji untuk proes selanjutnya.
b) Biji juga mampu menjadi petunjuk sejauhmana tahap kesuburan tanah disuatu kawasan, apabila biji boleh tumbuh, berkembang dan menghijau pada kawasan yang subur untuk tanaman dan begitu sebaliknya.
c) Biji juga dijadikan sebagai perumpamaan oleh Allah bagi menilai sejauh mana perbuatan manusia dalam melakukan sesuatu perbuatan sama ada kebaikan atau keburukan dengan nilai walau seberat biji (zarah) sekalipun Allah pasti akan membalas.
d) Tumbuh-tumbuhan secara amnya mempunyai dua bentuk cara pembiakan sama ada melalui biji seperti biji kurma, delima dan lain-lain atau secara langsung tumbuh (bertunas) melalui siraman air tanpa didahului oleh biji seperti tebu, pisang dan lain-lain.
Setelah tumbuh-tumbuhan itu melampaui fasa awal dalam bentuk biji maka ia akan mulai bertunas dan membesar dengan mengeluarkan batang serta daunya.
Proses ini kalau didalam Al-Qur’an disebut sebagai نبت dengan segala bentuk akar kata dan نبت ini telah disebut dalam Al-Qur’an seperti firman-Nya di dalam surah Qaf, ayat 29.
Kemudian setelah tanaman itu tumbuh dan berkembang maka akan menjadi sepohon pokok yang sempurna yang disebut sebagai شجر dengan segala bentuk akar katanya dan kalimah شجر ini telah disebut dalam Al-Qur’an seperti firman Allah di dalam surah An-Naml ayat 60.
Apabila pokok-pokok tanaman tadi menjadi sempurna maka ia akan mula mengeluarkan bunga dan buah.
Dalam Al-Qur’an ia disebut dengan lafadz الثمرات dan kalimah ini disebut dalam Al-Qur’an sepertimana firmannya didalam surah Al-Faatir ayat 27.
Selepas melalui proses tersebut tanaman itu mula tumbuh di kawasan yang subur dengan berbagai jenis tumbuhan yang lain atau tumbuhan yang sama.
Dalam Al-Qur’an ia disebut kebun atau ladang. Kemudia kebun atau ladang akan mengeluarkan hasil yang akan dinikmati manusia.
Secara keseluruhan Allah telah menjelaskan bahwa perkembangan suatu tumbuhan itu akan bermula dari peringkat awal pertumbuhannya sehingga ia mencapai kepada suatu tahap yang paling sempurna dan indah dipandangan mata manusia.
Demikian Al-Qur’an cukup banyak menyebut tentang tumbuhan.
Mengindikasikan betapa pentingnya keberadaan serta peran tumbuhan baik bagi manusia maupun alam semesta.
Dari sini kita sebagai manusia dapat mengambil pelajaran untuk lebih menghargai tumbuhan dan alam ekologis serta menjaga Bumi. []