Baca Alquran, Kok Bodoh?

 Baca Alquran, Kok Bodoh?

Membaca Alquran bukan bodoh (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Membaca Alquran di dekat orang yang akan wafat atau sudah wafat bukan tindakan bodoh, tapi memiliki riwayat ulama Salaf. Katanya Salafi ikut Ulama Salaf, buktinya dengan gambar ini, para ulama Salaf yang membaca Alquran di dekat mayit adalah bodoh.

Sumber: FB Maruf Khozin
Sumber: FB Maruf Khozin

1. Di masa Sahabat

 عن الحسن عن عمر قال : احْضُرُوْا أَمْوَاتَكُمْ فَأَلْزِمُوْهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَغْمِضُوْا أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوْا وَاقْرَؤُوْا عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ

Diriwayatkan dari al-Hasan dari Umar, ia berkata: “Datangilah orang yang meninggal. Tuntunlah dengan kalimat Lailaaha illa Allah, pejamkan matanya jika telah mati, dan bacakanlah Alquran di dekatnya.” (Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 3/386 No 6043 dan Ibnu Syaibah 2/448 No 0882, juga diriwayatkan oleh Said bin Manshur)

Data yang melengkapi seperti disampaikan oleh ulama Mazhab Hambali:

ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ: ﺇﺫا ﻗﺮﺉ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﻤﻴﺖ، ﺃﻭ ﺃﻫﺪﻱ ﺇﻟﻴﻪ ﺛﻮاﺑﻪ، ﻛﺎﻥ اﻟﺜﻮاﺏ ﻟﻘﺎﺭﺋﻪ، ﻭﻳﻜﻮﻥ اﻟﻤﻴﺖ ﻛﺄﻧﻪ ﺣﺎﺿﺮﻫﺎ، ﻓﺘﺮﺟﻰ ﻟﻪ اﻟﺮﺣﻤﺔ. ﻭﻟﻨﺎ، ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ، ﻭﺃﻧﻪ ﺇﺟﻤﺎﻉ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ؛ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻋﺼﺮ ﻭﻣﺼﺮ ﻳﺠﺘﻤﻌﻮﻥ ﻭﻳﻘﺮءﻭﻥ اﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻭﻳﻬﺪﻭﻥ ﺛﻮاﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺗﺎﻫﻢ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻧﻜﻴﺮ.

Sebagian ulama berkata bahwa membaca Alquran di dekat orang mati atau pahalanya dihadiahkan kepada mayit maka pahalanya tetap bagi pembaca Alquran. Sementara mayit seperti orang yang hadir dan diharapkan mendapat rahmat. Bagi kami adalah yang telah kami sebutkan dan ini adalah kesepakatan umat Islam. Sebab mereka di setiap masa dan kota berkumpul membaca Alquran dan menghadiahkan pahalanya untuk mayit mereka tanpa ada yang ingkar. (Syekh Ibnu Qudamah Al-Mughni, 2/242)

2. Di masa Tabiin

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani:

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ مِنْ طَرِيْقِ أَبِى الشَّعْثَاءِ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ وَهُوَ مِنْ ثِقَاتِ التَّابِعِيْنَ أَنَّهُ يَقْرَأُ عِنْدَ الْمَيِّتِ سُوْرَةَ الرَّعْدِ وَسَنَدُهُ صَحِيْح

“Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalur Jabir bin Zaid. Ia termasuk Tabi’in yang terpercaya, bahwa ia membaca surat al-Ra’d di dekat orang yang akan meninggal. Dan Sanadnya adalah sahih!” (Raudlat al-Muhadditsin X/226)

3. Ahli hadisnya Aliran Salafi

Syekh Albani berkata:

وَخُلَاصَةُ ذَلِكَ أَنَّ لِلْوَلَدِ أَنْ يَتَصَدَّقَ وَيَصُوْمَ وَيَحُجَّ وَيَعْتَمِرَ وَيَقْرَأَ الْقُرْآنَ عَنْ وَالِدَيْهِ لِأَنَّهُ مِنْ سَعْيِهِمَا ، وَلَيْسَ لَهُ ذَلِكَ عَنْ غَيْرِهِمَا إِلَّا مَا خَصَّهُ الدَّلِيْلُ مِمَّا سَبَقَتِ الْإِشَارَةُ إِلَيْهِ . و الله أعلم . (السلسلة الصحيحة – ج 1 / ص 483)

“Kesimpulannya, bahwa anak boleh bersedekah, berpuasa, berhaji, berumrah dan membaca Alquran untuk kedua orang tuanya. Sebab anak merupakan usaha orang tua. Dan anak tersebut tidak bisa melakukan itu semua untuk selain orang tuanya, kecuali yang dikhususkan oleh dalil, yang telah dijelaskan.” (al-Silsilah al-Sahihah, 1/483)

Bagi anak diperbolehkan baca Alquran untuk orang tuanya yang sudah wafat. Katanya beliau ini ulama ahli hadis selevel Mujtahid, tapi kok kena tuduhan yang ada di gambar?

 

Ma'ruf Khozin

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *