Awal Diwajibkannya Shalat Lima Waktu
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Ada yang bilang bahwa shalat fardhu yang lima tidak segera dikerjakan oleh Nabi Muhammad dan umat Islam setelah mendapatkan perintahnya di malam Isra’-Mi’raj.
Katanya, setelah mendapat perintah shalat, Nabi Muhammad masih mengajarkan ma’rifatullah dulu selama tiga tahun baru kemudian mengajarkan shalat lima waktu.
Keterangan itu salah dan secara tidak langsung menuduh Nabi Muhammad lambat menjalankan perintah wajib.
Para ulama menjelaskan cerita awal diwajibkannya shalat lima waktu sebagai berikut:
وفرضت ليلة الاسراء بعد النبوة بعشر سنين وثلاثة أشهر، ليلة سبع وعشرين من رجب، ولم تجب صبح يوم تلك الليلة لعدم العلم بكيفيتها.
Artinya:
“Shalat lima waktu diwajibkan di malam Isra’ pada 10 tahun 3 bulan pasca kenabian pada malam 27 Rajab. Subuh hari tersebut belum wajib dilakukan sebab tata caranya belum diketahui.” (Kitab Fathul Mu’in)
أن الخمس إنما وجبت على وجه الابتداء بالظهر، أي أنها وجبت من ظهر ذلك اليوم.
Artinya:
“Sesungguhnya shalat lima waktu hanya diwajibkan untuk dimulai sejak Dhuhur, maksudnya yang diwajibkan sejak Dhuhur hari tersebut.” (Kitab I’anatut Thalibin)
“Sesungguhnya shalat lima waktu hanya diwajibkan untuk dimulai sejak Dhuhur, maksudnya yang diwajibkan sejak Dhuhur hari tersebut.” (Kitab I’anatut Thalibin)
Jadi, setelah mendapat perintah shalat lima waktu di malam Isra’-Mi’raj, Nabi langsung mewajibkannya untuk dilakukan keesokan harinya.
Subuhnya masih belum diwajibkan sebab aturan teknisnya belum diajarkan. Barulah di waktu dhuhur hari tersebut kewajiban berlaku efektif.
Tak ada ceritanya Rasulullah masih mengajarkan ma’rifat selama bertahun-tahun baru mengajarkan praktik shalat.
Dalam perintah Rasulullah pada para sahabat yang diutus menyebarkan Islam ke berbagai daerah juga sama, isinya langsung mengajarkan syahadat, shalat, puasa, zakat dan seterusnya, bukan disuruh belajar ma’rifatullah dahulu sebagaimana dimaksud oleh seorang dai mutashawwif. []