Asimilasi Budaya Disebut Faktor Besar Perkembangan Pengetahuan di Islam
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Di dunia Islam, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan agama Islam. Hal itu dijelaskan Syarifuddin dalam penelitiannya berjudul Kitab Al-Siyam dalam Naskah Syarh Minhaj Al-Talibin Karya Jalaluddin Al-Mahali.
“Agama Islam yang dulunya hanya bermula di Mekah berkembang pesat ke seantero dunia,” ungkap Syarifuddin dikutip Senin (15/2/2021).
Ia menyebut Islam diterima oleh umat manusia karena menjanjikan peradaban dunia dengan fondasi akhlakul karimah dan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan ini merupakan mata rantai dari hasil pemikiran ilmuwan-ilmuwan sebelumnya.
“Namun perkembangan ini menemukan momennya pada peradaban Islam khususnya pada masa Daulah Abbasiyah,” jelasnya.
Lebih lanjut, sebenarnya, perkembangan ilmu pengetahuan sudah terjadi sejak masa Khulafaur Rasyidin, akan tetapi semakin berkembang pada masa Daulah Abbasiyah.
“Faktor utama dari pesatnya perkembangan tersebut yaitu adanya asimilasi budaya antara bangsa Arab dengan non Arab seperti budaya Persia, Yunani dan Romawi,” ungkapnya.
Pengkajian terhadap berbagai disiplin ilmu pengetahuan digalakkan. Pengkajian ini bukan hanya berlandaskan studi Alquran dan Hadis sebagai rujukan utama umat Islam.
“Akan tetapi lebih dari itu pengkajian terhadap karya-karya pra Islam sangat pesat. Studi manuskrip karya filosof-filosof Yunani memainkan peranan yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ini,” jelasnya.
Seiring dengan perjalanan waktu, bangsa Barat justru menemukan kembali momen kebangkitan di saat umat Islam justru mengalami kemunduran. Seperti halnya umat Islam, bangsa barat juga berkembang berkat pengkajian intens terhadap karya-karya ilmuwan sebelumnya.
“Mereka mewarisi khazanah pemikiran kebudayaan Yunani serta peradaban ilmu pengetahuan dalam Islam dalam bentuk pemikiran yang sebagian besar terekam dalam bentuk manuskrip,” tandasnya.