Asal Mula Diperintahkannya Puasa
HIDAYATUNA.COM – Puasa bagi umat Islam memiliki makna yang sangat mendalam dalam rangka penghambaan manusia kepada Allah SWT. Ibadah puasa termasuk rukun Islam selain membaca syahadat, mengerjakan salat, membayar zakat dan sebelum menunaikan haji.
Sebagai mana hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, dan Imam An-Nasai. Dari Abdullah bin Umar Rasulullah SAW bersabda:
بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ
وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحِجِّ الْبَيْتَ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهَ سَبِيْلاً
Artinya: “Islam ditegakkan di atas lima perkara, yaitu dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi mereka yang mampu.”
Puasa bukanlah cara ibadah yang baru karena umat-umat terdahulu juga sudah diperintahkan untuk berpuasa. Meskipun memang kita tidak mengetahui secara persis bagaimana dan ketentuan puasa mereka.
Di kalangan masyarakat Arab, khususnya orang-orang Quraisy, kebiasaan berpuasa bukan sesuatu yang sama sekali asing. Di dalam Shahih Bukhari sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa sejak jaman jahiliyah, orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura’ (10 Muharram).
Rasulullah juga biasa melakukan. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau juga memerintahkannya kepada kaum Muslimin, hingga datangnya perintah berpuasa di bulan Ramadhan.
Sejak saat itu puasa Asyura’ menjadi sesuatu yang sunnah bagi kaum Muslimin. Puasa di bulan Ramadhan baru diperintahkan pada tahun ke-2 setelah Nabi Hijrah ke Madinah.
Puasa dalam Alquran
Didalam Tarikh Thabari dijelaskan bahwa perintah berpuasa di bulan Ramadhan telah diumumkan sejak bulan Sya’ban pada tahun tersebut, tepatnya pada tanggal 10 Sya’ban. Ketika itu, Nabi Muhammad baru saja diperintahkan untuk mengalihkan arah kiblat dari Baitulmaqdis (Yerusalem) ke Kabah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Dalam Alquran perintah melaksanakan puasa tercantum dalam firman Allah SWT. surat al-Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alallażīna ming qablikum la’allakum tattaqụn
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Sejak turunnya perintah berpuasa tersebut hingga ke hari ini, kaum Muslimin selalu melaksanakan kewajiban puasa, menahan lapar dan dahaga serta menahan hawa nafsu. Mulai sejak subuh waktu maghrib sepanjang 29 atau 30 hari bulan Ramadhan.
Puasa Ramadan hakikatnya merupakan satu bentuk peperangan antara diri kita dan hawa nafsu. Ketika kita berhasil memenangkan peperangan itu, kita pun mengatur ke-fitri-an diri tepat setelah keluar dari madrasah Ramadhan.
Saat kita kembali ke fitrah di penghujung Ramadhan, jiwa kita semestinya juga dalam keadaan siap untuk menerima curahan ilmu, iman, dan kasih berkata dari-Nya. Sehingga ruhani kita pun bisa tumbuh sehat dan naik tinggi kepada-Nya.
Itulah awal mula diperintahkannya ibadah puasa.