Apapun Alasannya, Katakan Tidak pada Rasisme!

 Apapun Alasannya, Katakan Tidak pada Rasisme!

Tidak Boleh Rasis

HIDAYATUNA.COM – Kekalah timnas Indonesia U-23 atas Guinea U-23 meninggalkan kekecewaan yang begitu mendalam bagi kita semua para pecinta sepakbola Indonesia. Tetapi yang lebih mengecewakan lagi adalah perilaku oktum netizen Indonesia yang melontarkan komentar bernada rasisme pada akun media sosial timnas Guinea.

Islam memandang rasisme sebagai bentuk ketidakadilan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang menganjurkan persamaan, keadilan, dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Islam mengharuskan kita untuk saling menghargai dan menunjung tinggi persaudaraan antara satu dan yang lain.

Rasisme sendiri merupakan fenomena sosial yang melibatkan penilaian, diskriminasi, atau perlakuan tidak adil terhadap individu atau kelompok berdasarkan warna kulit, etnis, atau asal-usul mereka. Oleh sebab itu, tindakan rasisme yang dilakukan oknum netizen Indonesia merupakan sebuah tindakan memalukan yang mencoreng nama baik bangsa.

Pandangan Islam terhadap rasisme didasarkan pada prinsip-prinsip utama ajaran Islam yang menekankan persamaan, keadilan, dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa perbedaan etnis dan warna kulit hanya sebagai tanda kebesaran-Nya pada Surat Ar-Rum ayat 22;

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ .

Artinya: Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berilmu.

Rasulullah Shallalallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa tidak ada kelebihan bagi seorang Arab atas seorang non-Arab, atau seorang non-Arab atas seorang Arab, kecuali dalam hal ketakwaan. Sebagaimana sabda beliau;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَباكُمْ وَاحِدٌ ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبيٍّ ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بالتَّقْوَى .

Artinya: Wahai manusia, ingatlah bahwa Tuhan kalian satu, dan bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keunggulan bagi orang Arab atas orang ‘ajam (non-Arab), tidak pula orang ‘ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan. (HR. Ahmad)

Islam menegaskan bahwa nilai seorang individu tidak ditentukan oleh warna kulit atau asal-usulnya, melainkan oleh ketakwaan dan perbuatan baiknya. Sebagaimana pada Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13;

يَا اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ .

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti.

Dengan demikian, Islam menekankan perlunya menghargai dan menghormati semua manusia tanpa memandang perbedaan apapun. Rasisme dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran Islam yang mengakui martabat manusia sebagai khalifah Allah di bumi.

Meskipun Islam menolak rasisme secara tegas, tantangan dalam memerangi rasisme tetap ada dalam masyarakat Muslim maupun non-Muslim. Salah satu tantangan utama adalah adanya stereotip dan prasangka yang telah tertanam dalam budaya dan pikiran manusia selama berabad-abad.

Stereotip ini seringkali menyebabkan diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap kelompok-kelompok tertentu. Kurangnya pemahaman terhadap ajaran Islam atau penafsiran yang salah juga dapat memperkuat sikap rasialis.

Beberapa individu atau kelompok mungkin menggunakan agama sebagai alasan untuk membenarkan tindakan rasialis mereka, padahal ajaran Islam sejatinya menolak segala bentuk diskriminasi.

Tantangan lainnya adalah adanya struktur kekuasaan dan sistem yang mendukung ketidaksetaraan dan rasisme. Misalnya seperti kasus yang dilakukan oleh oknum netizen Indonesia terhadap akun media sosial timnas Guinea pasca kekalahan timnas Indonesia U-23 di babak playoff Olimpiade Paris 2024.

Islam menawarkan sejumlah solusi untuk mengatasi dan memerangi rasisme dalam masyarakat. Pertama-tama, pendidikan yang mendalam tentang ajaran Islam dan nilai-nilai universal kemanusiaan perlu dipromosikan. Pendidikan ini harus menekankan persamaan, keadilan, dan kasih sayang sebagai prinsip-prinsip utama dalam hubungan antarmanusia.

Selanjutnya, penting untuk membangun dialog antarbudaya dan antaragama guna memperkuat pemahaman dan toleransi antarindividu dan kelompok. Melalui dialog ini, stereotip dan prasangka dapat dipecahkan, dan hubungan yang lebih harmonis dapat dibangun.

Selain itu, tindakan nyata untuk memperbaiki struktur kekuasaan dan sistem yang mendukung ketidaksetaraan harus diambil. Hal ini termasuk upaya untuk menghilangkan diskriminasi dalam hukum, kebijakan publik, dan lembaga-lembaga sosial.

Pengembangan pemimpin dan figur publik yang mempromosikan nilai-nilai inklusif dan mengutuk rasisme juga merupakan langkah penting dalam memerangi rasisme. Pemimpin yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat dapat menjadi contoh bagi orang lain dan membantu mengubah sikap dan perilaku rasialis.

Maka dari itu, sangat penting bagi untuk menggalakkan solidaritas dan kerja sama antarindividu dan kelompok dalam memerangi rasisme. Dengan bersatu, manusia dapat melawan segala bentuk ketidakadilan dan menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan.

Rasisme merupakan penyimpangan dari ajaran Islam yang menekankan persamaan, keadilan, dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia. Islam menolak segala bentuk diskriminasi berdasarkan warna kulit, etnis, atau asal-usul, dan menuntut perlakuan yang adil dan hormat terhadap semua manusia.

Pandangan Islam terhadap rasisme sejalan dengan konstitusi yang diterapkan di negara Indonesia tercinta ini. Nilai-nilai kebhinnekaan dalam Pancasila mewajibkan segenap elemen bangsa Indonesia untuk saling menghargai satu sama lain dalam bingkai keberagaman. Keberagaman bangsa kita dari Sabang sampai Merauke adalah identitas Indonesia.

Perbedaan yang ada dalam aspek suku, ras, agama, warna kulit dan bahkan pandangan berfikir merupakan nilai-nilai utama dari Pancasila serta merupakan warisan penting dari para pendiri bangsa yang harus senantiasa dijaga oleh kita para generasi penerusnya. Maka tindakan rasisme merupakan tindakan serius yang tidak boleh didiamkan begitu saja.

Harus ada evaluasi, penanganan serta pencegahan dari segenap aspek golongan di negeri ini yang serius menanggapi isu rasisme ini. Paling tidak, dimulai dari diri individu masing-masing orang dan kelompoknya untuk sadar dan terbuka tentang arti kebersamaan dalam bingkai perbedaan. Apapun agamanya, rasnya, sukunya, dan kelaminnya, kita adalah saudara.

Kedepannya, akan ada lagi banyak tantangan dalam memerangi rasisme tetap ada dalam masyarakat, dan diperlukan upaya bersama untuk mengatasi masalah ini. Paling tidak, dengan mengikuti ajaran Islam dan menerapkan solusi yang ditawarkan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan damai bagi semua.

 

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *