Apakah Utsman bin Sa’id ad-Darimi Mujassim?

 Apakah Utsman bin Sa’id ad-Darimi Mujassim?

Umar bin Abdul Aziz (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Utsman ad-Darimi adalah tokoh ahli hadis klasik di abad ketiga yang terkenal lebay dalam mengisbat sifat Allah. Tokoh klasik yang menyatakan kelebay-annya adalah Syaikh adz-Dzahabi yang hidup di abad ke delapan.
Namun sampai mana kadar lebaynya? Apakah sampai pada kadar tajsim? adz-Dzahabi tidak menjelaskannya.
Bagaimana dengan para ulama lain? Juga tidak ada yang menjelaskannya.
Kemungkinan besar kitabnya yang lebay tersebut tidak membaca luas di masa lalu dan tidak dibaca orang sehingga sepi komentar. Jarak antara ad-Darimy dan adz-Dzahabi saja lima abad dan baru beliau seorang yang tercatat menulis kelebayan akidah ad-Darimy.
Andai kitab yang dia tulis terkenal, sudah pasti banyak yang membahasnya. Profiler ulama-ulama yang menulis tentang ad-Darimi hanya menulis bahwa dia mempunyai dua kitab yang mengkritik Bisyr al-Marisi salah satu tokoh Jahmiyah.
Bagaimana isi kitabnya? Tidak ada yang menulisnya atau membahasnya karena kemungkinan besar mereka hanya kenal judulnya saja. Menganggap kenal judul berarti sudah khatam kata perkata dari kitab tersebut adalah khayalan tingkat tinggi.
Syaikh Ibnu Taymiyah lah yang banyak menukil pendapat lebaynya. Ia adalah ulama abad kedelapan hijriah yang terkenal ensiklopedis dan cenderung pada akidah tajsim itu.
Adz-Dzahabi sendiri adalah murid Ibnu Taymiyah yang kemungkinan mendapat info soal ad-Darimy dari gurunya tersebut sehingga bisa menilai bahwa ad-Darimy lebay. Kitabnya yang disebut lebay oleh adz-Dzahabi tersimpan dalam bentuk manuskrip selama berabad-abad dan baru di abad dua puluh dicetak oleh Hamid al-Faqi sehingga dibaca luas.
Setelah kitabnya diterbitkan luas, maka akidahnya mulai terungkap dan jawaban sampai mana kadar kelebayannya terjawab. Syaikh Zahid al-Kautsari dan Syaikh Abdullah al-Ghummari membacanya dan sampai pada kesimpulan bahwa ad-Darimy berpaham tajsim.
Tetapi betulkah kebenaran itu? Untuk menjawabnya gampang, yaitu tinggal kita baca sendiri kitabnya yang sudah tercetak itu. Bila memang paham paham tajsim maka lebaynya sampai pada tajsim, bila tidak maka tidak.
Lalu bagaimana isi kitabnya? Di mana ada pernyataan bahwa Allah mempunyai tangan yang memegang Nabi Adam.
Bahwa tersisa empat jengkal yang kosong dari Arasy yang ditempati Allah, bahwa Allah bergerak. Bahwa Allah punya tempat, bahwa Allah punya batasan. Bahwa orang di puncak gunung lebih dekat lokasinya dengan Allah yang diketahui di bawahnya. Bahwa Allah bisa bertempat di punggung atas lalat bersama mau dan lain-lain.
Setelah membaca itu semua, siapakah di planet ini yang bisa menyatakan bahwa ad-Darimy tidak berpaham tajsim? Kalau semua pernyataan itu bukan pernyataan mujassim, lalu pernyataan siapa?
Kalau berkeyakinan seperti itu bukan tajsim, lalu siapa yang bisa disebut berpaham tajsim? Orang-orang mujassim dari semua sektenya suara serupa sehingga mereka disebut mujassim.
Menyebut seseorang sebagai Syiah, Jahmiyah, Mujassimah, Asy’ariyah, dan lain-lain-lain-lain yang diukur dari ucapan-ucapannya apakah sesuai dengan kriteria khusus yang dimiliki aliran-aliran tersebut. Ketika pernyataannya sudah kita pegang, maka semua yang bisa menilai sendiri dan tidak perlu menunggu orang lain.
Oh ya, saya juga membahas iklan-Dari saya ini di buku saya “Kerancuan Akidah Wahabi”. Silakan beli bagi yang penasaran. Hehehe…

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *