Analis Garisbawahi 8 Poin Perihal Serangan Balasan Iran ke Israel

Hizbullah Umumkan ‘Fase Baru’ Perang Setelah Israel Bunuh Haniyeh (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Iran – Seorang analis asal Lebanon menyebutkan delapan poin tentang serangan balasan Iran terhadap rezim Israel yang terjadi setelah serangan Israel terhadap gedung diplomatik Iran di Suriah.
Pada tanggal 1 April lalu, rezim Israel melakukan serangan teroris terhadap gedung diplomatik Iran di ibu kota Suriah, Damaskus.
Serangan Israel tersebut mengakibatkan tewasnya Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, komandan Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, wakilnya, Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi, dan lima perwira pendampingnya.
Membalas serangan itu, IRGC menargetkan wilayah pendudukan pada Sabtu malam dengan rentetan drone dan rudal.
Serangan balasan tersebut, yang dijuluki Operasi Janji Sejati , telah menimbulkan kerusakan pada pangkalan militer Israel di seluruh wilayah pendudukan.
Setelah aksi balasan tersebut, Iran menyampaikan pesan bahwa mereka memandang masalah tersebut telah “selesai”, dan juga memperingatkan akan adanya tanggapan “lebih besar” jika rezim atau sekutunya menargetkan Iran.
Sebagaimana dikutip dari IQNA, analis politik Lebanon Hossein Ali Rezq merujuk pada delapan poin tentang serangan Iran:
1) Iran telah menegaskan bahwa setiap serangan terhadap wilayahnya, baik di dalam perbatasan geografisnya atau di pusat diplomatiknya, merupakan garis merah.
Serangan semacam ini memerlukan tanggapan publik yang langsung, transparan, dan terbuka dari dalam negeri.
Dalam serangannya baru-baru ini, Iran menunjukkan intelijen strategis dengan hanya berfokus pada sasaran militer tertentu.
Pada saat yang sama, ia tidak mengabaikan daerah lain, menyebabkan para pemukim mendengar suara sirene dan ledakan di langit.
2) Iran memamerkan kehebatan militer, intelijen, dan diplomatiknya dengan mengirimkan drone dan rudalnya ke Israel dan menyerang beberapa sasaran di negara tersebut.
Hal ini tercapai meskipun ada peringatan militer dan intelijen serta kesiapan sistem pertahanan udara yang tinggi.
Hal ini terjadi ketika beberapa negara dengan militer terkuat di dunia (termasuk AS, Inggris, Perancis, Israel, dan beberapa negara Arab) sedang menunggu serangan dan diberikan waktu penerbangan jarak jauh dan 2-3 jam sebelum drone dan rudal mencapai target.
Dari sudut pandang diplomatik, Iran menahan diri selama beberapa hari, memberikan kesempatan kepada dunia dan Dewan Keamanan untuk mengutuk pemboman konsulatnya di Damaskus dan menanganinya secara diplomatis.
Namun, negara-negara arogan, dalam mendukung rezim Israel, menutup mata terhadap fakta dan tetap diam. Akibatnya, Iran terpaksa menanggapi serangan rezim tersebut berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, untuk membela diri.
3) Iran berhasil mempermalukan Israel dan sekutunya dengan menyiarkan operasi militernya secara langsung.
Di masa lalu, Israel membesar-besarkan kekhawatirannya mengenai potensi serangan Iran, yang akan menimbulkan cemoohan dan penghinaan jika hal itu terjadi.
Namun, serangan ini tidak dilebih-lebihkan oleh Israel, dengan sirene berbunyi di lebih dari 720 lokasi di seluruh wilayah pendudukan.
4) Iran berhasil melancarkan perang psikologis melawan Israel. Hal ini membuat rezim, warga negara, dan pendukungnya tetap waspada, sehingga menimbulkan rasa takut dan cemas.
Seluruh rezim khawatir mengenai potensi serangan rudal. Perlu dicatat bahwa Iran tidak mengerahkan seluruh kemampuan tempur strategisnya dalam serangannya.
5) Iran melancarkan serangan independen tanpa campur tangan mitra poros perlawanannya.
Hal ini menunjukkan bahwa Iran memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi musuh-musuhnya dan tidak memerlukan bantuan dari sekutunya.
6) Iran berhasil menetralisir ancaman dan intimidasi dari negara-negara Eropa, khususnya Amerika Serikat. Di sisi lain, hal ini juga mencegah pihak lawan melakukan tindakan pembalasan.
7) Iran menanggapi serangan tersebut hanya dengan satu pilihan, tanpa perlu mengambil tindakan lain seperti menutup Selat Hormuz, menargetkan lokasi di luar Israel, atau mencari bantuan dari sekutunya.
8) Serangan Iran merupakan pelanggaran norma dan aturan konflik yang telah berlangsung selama 45 tahun.
Akibat tindakan Iran, citra pencegahan Israel telah hancur, sehingga menimbulkan situasi yang memalukan bagi rezim tersebut. []