Amerika Perbolehkan Muslim Lakukan Shalat Tarawih Lagi di Masjid

 Amerika Perbolehkan Muslim Lakukan Shalat Tarawih Lagi di Masjid

Amerika Perbolehkan Salat Tarawih (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Wabah pandemi virus corona yang berlangsung sejak setahun lalu membuat banyak umat beragama tidak bisa lagi leluasa menjalankan ibadah. Hal ini yang dialami oleh muslim di Amerika.

Namun memasuki bulan Ramadhan tahun ini, Amerika justru telah membolehkan muslim menggelar salat Tarawih di masjid. Tentu ini berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana para umat muslim diminta untuk ibadah di rumahnya masing-masing.

Meski pandemi belum sepenuhnya mereda, namun, kebijakan negeri Paman Sam melonggarkan bagi muslim yang hendak beribadah selama Ramadhan memiliki beberapa catatan.

Adapun catatan itu adalah para muslim hanya bisa menggelar salat tarawih di masjid, jika mereka sudah melakukan vaksin. Sebaliknya jika muslim yang belum divaksin, maka ia dilarang masuk ke dalam masjid, untuk mengikuti jamaah.

“Secara pribadi saya mendukung ada paspor vaksin sekarang. Masjid sebaiknya membatasi jumlah orang yang bisa mengikuti salat berjemaah. Dengan meminta bukti mereka telah divaksin,” ujar Presiden Professional Kesehatan Muslim Amerika Serikat, Hasan Shanawani, Kamis, 15 April 2021.

Menurutnya keputusan memilah milah jemaah yang hendak masuk masjid adalah keputusan yang tepat. Pasalnya kata Shanawani sampai saat ini wabah corona masih menjadi ancaman.

Untuk itu dirinya sepakat dengan syarat jamaah yang hendak masuk masjid harus divaksin terlebih dahulu. Apalagi, kata ia, sekarang beredar varian baru COVID-19 yang diketahui lebih mudah menyebar. Dengan situasi seperti itu, Shanawani menganggap “berkumpul” di masjid bukan situasi yang ideal.

Shanawani bisa paham bahwa kebanyakan Muslim pasti sudah rindu berkumpul dan beribadah berjamaah di Masjid. Ia meminta Muslim Amerika untuk bersabar hingga situasi kondusif.

“Salah satu ajaran utama Ramadan adalah soal bersabar dan menahan diri. Saya tahu kita ingin segara kembali ke situasi normal, tapi sebaiknya menunggu sedikit lebih lama lagi, meski berarti satu tahun lagi bertahan di rumah selama Ramadan,” ujar Shanawani.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *