Alquran Sutera dengan Dua Sisi
HIDAYATUNA.COM – Alquran seperti sutera dengan dua sisi. Sebagian akan mengambil intisari dari sisi satu, dan lainnya akan mengambil sisi lainnya.
Tidak ada perdebatan untuk kedua sisi tersebut karena Allah Swt. telah menghendaki agar setiap orang mengambil manfaat dari Alquran.
Keduanya sisi Alquran itu sama-sama benar. Sebagaimana seorang istri yang memiliki suami dan bayi. Suami memiliki bagiannya, demikian juga bayi.
Kenikmatan bayi ada pada air susu ibunya, dan suami akan menemukan kenikmatan pada tugas mereka sebagai sepasang suami istri.
Ibarat anak-anak, manusia menemukan kenikmatan dalam wilayah tekstual Alquran, seperti ketika meminum air susu.
Bagi orang-orang yang telah mencapai derajat kesempurnaan, mereka menemukan kenikmatan dan pemahaman dari sisi lainnya.
Maqam Ibrahim dan tempat salatnya adalah tempat terdekat dengan Ka’bah. Kaum literalis, yaitu orang-orang yang memahami dari teks, berkata setiap Muslim wajib mendirikan salat dua rakaat di sana.
Salat dua rakaat di Maqam Ibrahim itu adalah perbuatan yang baik. Namun bagi para ahli tahkik, maqam Ibrahim bermakna bahwa kita harus melemparkan diri ke dalam api. Sebagaimana yang dilakukan Ibrahim.
Ka’bah sejatinya ada di hati para Nabi dan wali yang menjadi tempat turunnya wahyu Allah. Sementara Ka’bah yang kita lihat adalah cabangnya.
Seperti itulah orang-orang memahami Alquran. Ada yang memandang dari segi teks, ada pula yang memahaminya dari hati.
Sejatinya, akar dari intisari itu ialah hati. Jika hanya diucapkan atau dipahami dari kalimatnya tapi tidak terpatri di hati, untuk apa?
Kembali lagi ke anak-anak tadi. Bahwa ia merindukan air susu ibunya. Dari air susu itulah Allah menurukan kemampuan dan kekuatan untuk anak-anak.
Namun anak-anak hanya bisa menikmatinya, tanpa mendeskripsikannya. Meski jiwanya benar-benar bergantung pada air susu tersebut. Ia tidak perlu dan barangkali tidak bisa mengungkapkan dengan ndakik-ndakik.
Sementara orang dewasa bisa mengutarakan apa yang mereka rasakan dari air susu itu. Tapi mereka tak lagi menemukan kenikmatan dari air susu dan tak membutuhkannya lagi.