Al-Kindi Peletak Dasar Pondasi Filsafat Islam

Al-Kindi (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Filsafat merupakan bidang ilmu yang keberadaannya sempat menuai pro dan kontra tidak terkecuali dalam Islam. Meskipun demikian dalam perkembangannya Filsafat yang lahir dari pemikiran Plato, Aristoteles kemudian dikembangkan dengan pemikiran pendekatan Islam, lahirlah filsafat Islam. Tokoh-tokoh yang mengusung filsafat islam antara lain al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina,al-Ghazali dan Ibn Rusyd. Pengaruh mereka menyebar dan mewarnai dunia Islam terutama abad pertengahan.
Sejarah mencatat bahwa filosof muslim pertama ialah Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi, hidup pada 180-260 H/796-873M) dilahirkan di Kuffah dan memperolah pendidikan masa kecil di Basrah. Ia tumbuh dewasa sampai meninggal di Bagdad.
Ketika ia masih usia anak-anak ayahnya wafat, meskipun begitu al-Kindi tetap dapat menuntut ilmu dengan baik. al-Kindi terlibat dalam gerakan penerjemahan yang mana ia memiliki perpustakaan pribadi yang dinamakan al-Kindiah, Jumlah karya tulis al-kindi sebanyak 241 dalam bidang filsafat, psikologi, astronomi, kedokteran, kimia, matematika, politik dan lain-lain.
Al-Kindi menguasai banyak macam ilmu pengetahuan, karena di Kufah ialah kota pusat perkembangan ilmu yang mana al-Kindi tumbuh dan besar disana setelah pindah ke Bagdad. Penguasaan ilmunya melipputi berbagai aspek, baik dalam dunia pendidikan atuapun filsafat yang merupakan induk dri keilmuan itu sendiri. Al-Kindi wafat pada tahun 260 H, Wafat sesudah berusia 80 tahun.
Pemikiran
Agama dan Falsafat
Ia berkeyakinan bahwa kitab suci Al-Qur’an berisi tentang argumentasi-argumentasi yang meyakinkan seputar kebenaran yang tidak akan pernah bertentangan dengan doktrin yang dihasilkan filsafat, dan proses pemaduan agama dan filsafat tidak mungkin terlaksana tanpa mengakui keberadaan alat kerja agama dan filsafat yang sama, bagi Al-Kindi, fakta bahwa filsafat bersandar pada kemampuan akal (rasionalitas) tidak berbeda dengan fakta bahwa doktrin agama juga memerlukan akal sebagai alat untuk memahami ajaranya.
Menurutnya, Terdapat perbedaan antara doktrin agama dan filsafat sebagai berikut : pertama, Filsafat merupakan bagian dari humaniora yang dicapai para filosof melalui proses panjang pembelajaran, sedangkan agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati tingkatan tertinggi karena diperoleh tanpa proses pembelajaran dan hanya diterima secara langsung oleh para Rasul melalui proses pewahyuan.
Kedua, jawaban terhadap filsafat menunjukkan ketidakpastian dan memerlukan perenungan yang mendalam, sedangkan agama lewat kitab suci memberikan jawaban yang pasti dan meyakinkan. Ketiga, filsafat menggunakan metode Logika, sedangkan agama mendekati persoalan manusia dengan keimanan.
Tuhan
Al-Kindi menggambarkan Tuhan sebagai bersifat tetap, tunggal , gaib dan penyebab sejati gerak. Al-Kindi mensifat Tuhan dengan mengistilahkan bahwa Tuhan adalah benar, bukan materi, tidak terbentuk , tidak berjumlah, tidak berhubungan, tak dapat disifati dengan ciri-ciri yang ada. Tuhan itu abadi oleh karena itu Tuhan Maha Esa. Dalih–dalih al-Kindi tentang kemaujudan Allah bertumpu pada keyakinan akan hubungan sebab akibat, segala yang maujud pasti mempunyai sebab yang memaujudkannya, rangkaian sebab terbatas, akibatnya ada sebab pertama (sebab sejati) yaitu Allah.
Dalam filsafat al-Kindi sebagaimana diulang dalam tulisan-tulisannya “Tuhan adalah sebab efisien” Ia memustahilkan paham ketuhanan trinitas tiga pesona Tuhan yang Maha Esa), tidak mungkin katanya Tuhan memiliki tiga pesona: bapak, anak dan roh kudus. Karena itu berarti bahwa ketiga pesona yang abadi itu tersusun dari suatu esensi yang umum bagi ketiga pesona itu, dan sifat khusus bagi setiap pesona, apa yang tersusun tidaklah abadi.
Untuk pembuktian adanya Tuhan al-Kindi memiliki tiga cara yaitu baharunya alam, keanekaragaman dalam wujud dan keharmonisan alam. Al-Kindi mengungkapkan bahwa alam lahir tidak mungkin rapi dan teratur kecuali adanya zat tidak terlihat, zat yang tidak terlihat tersebut diketahui dengan melalui bekas-bekasnya dan kerapian yang terdapat dalam alam ini.
Ruh dan Akal
Dalam Jiwa terdapat tiga daya ( daya marah dan daya syahwat (bernafsu), daya berfikir dan daya berfikir) ini disebut akal. Al-Kindi ia membagi akal terbiasa menjadi dua yaitu akal yang memiliki pengetahuan tanpa mempraktekannya dan akal yang mempraktekan pengetahuan, yang pertama seperti penulis yang telah belajar menulis, dan karenanya ia memiliki seni menulis, dan yang kedua seperti orang yang mempraktekan seni menulis itu.
Akal yang selamanya aktual yang memberikan ide-ide kepada jwa manusia disebut mufid (yang memberi). Sedang jiwa manusia yang menerimanya disebut mustafid (yang memperoleh).
Akal yang diterima oleh jiwa manusia disebut mustafad (akal perolehan) yang dapat ditangkap oleh jiwa manusia, terdiri dari dua macam bentuk; pertama, bentuk material yakni bentuk-bentuk dari benda-benda materi yang dapat ditangkap melalui indera dan kedua bentuk non-material yang dapat ditangkap oleh daya pikir jiwa
Menurutnya, Ruh tak pernah tidur hanya saja ketika tubuh tertidur, ia tak menggunakan indera-inderanya. Bila disucikan, ruh dapat melihat mimpi-mimpi luar biasa dalam tidur, dan dapat berbicara dengan ruh-ruh lain, yang telah terpisah dari tubuh-tubuh mereka. Menurut al-Kindi tidur ialah menghentikan penggunaan inderawi, dan hanya menggunakan nalar, maka ia bermimpi.
Karya-Karya al-Kindi
Tulisan-tulisan orisinalnya berjumlah 275 buah, termasuk buku-buku filsafat, logika, fisika, politik, psikologi, etika, astronomi, kedokteran, peradaban, teologi, musik, optik, geografi, fenomenologi, sejarah dan bidangbidang lainnya.
Adapun beberapa karya yang tulis al-Kindi adalah sebagai berikut: fil al-falsafat al-Ula; Kitab al-Hassi ’ala Ta’allum al-Falsafat; Risalat ila al-Ma’mun fi al-’illat wa Ma’lul; Risalat fi Ta’lif al-A’dad; Kitab al-Falsafat al-Dakhilatn wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma Faruqa al-Thabi’yyat; Kammiyat Kutub Aristoteles; Fi al Nafs.

Oleh: Ulfah Nur Azizah
Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta